Walau soal berbeda namun tetap senada

Atika Fara Amalia 24 April 2012

Kecerdasan anak murid itu memang tidak bisa disamakan. Setiap anak memiliki kecerdasan yang beragam. Saya melihat anak murid saya ini sungguh istimewa. Banyak keunikan-keunikan yang mereka miliki. Awal saya datang ke daerah ini memang kaget dan terkejut dengan kondisi anak murid. Namun ini membuat saya untuk mengobarkan semangat belajar kepada mereka.

Saya mulai pendekatan kepada mereka semua. Mulai ngobrol dari hati ke hati dan mengajak mereka untuk belajar bersama di rumah mamak angkat saya. Kebanyakan dari anak murid saya bila pulang sekolah langsung main atau pergi ke kebun. Sewaktu mau pulang sekolah saya selalu, selalu, dan selalu mengingatkan untuk belajar di rumah.

“Nanti sore ibu tunggu di rumah ya, kita belajar bareng.” Ucap saya kepada anak murid sembari jalan pulang.

“Iya buuuuuu,” jawab mereka serempak.

“Bu, saya ndak bisa datang, karena harus jaga adik.” ucap yana sambil menundukkan kepala.

“Oh ya, ndak apa-apa. Besuk kalau tidak jaga adik, datang ke rumah ibu ya nak.”

Sewaktu saya sampai dirumah, sudah ada beberapa anak kelas 1 dan 2 yang menunggu di rumah untuk belajar bersama. Wow..semangat sekali ya mereka, saya belum sampai rumah, eh mereka sudah nongkrong di teras rumah. Subhanallah.

“Assalamualaikum wr wb,” sapa saya ke anak murid yang sedang menunggu.

“Waalaikumsalam. Wr. Wb,” jawab mereka serempak.

“Bu..saya kasih soal bu,” salah satu dari mereka menghampiri saya dan menyodorkan buku tulisnya.

“Iya nak,” jawab saya sambil duduk diteras.

Belum sempat saya ganti baju dan masuk rumah anak murid sudah menyodorkan bukunya. Beberapa dari mereka berebut minta soal untuk mereka kerjakan. Saya selalu memberikan soal yang berbeda kepada setiap murid walaupun mereka satu kelas. Tujuannya agar saya bisa tahu kemampuan mereka dan mereka tidak mencontoh hasil kerja temannya. Tingkat kecerdasan mereka  memang tidak sama. Mereka selalu bergembira apabila soalnya berbeda. Tersirat rasa puas apabila mereka mengerjakan dengan jerih payah sendiri.

Kebanyakan soal yang saya berikan adalah berhitung. Sebagian besar anak murid saya memang masih belum lancar untuk menghitung. Apabila yang datang 10 anak, ya mereka saya buatkan soal sendiri-sendiri. Setelah selesai mengerjakan dengan berpeluh-peluh, buku tulis diserahkan kepada saya untuk diteliti. Tiap anak selalu melakukan hal yang sama, minta soal, setelah selesai mengerjakan saya teliti. Apabila jawabannya ada yang belum benar, mereka selalu semangat untuk memperbaiki dan tidak malu-malu bertanya apabila kesusahan mengerjakannya. Tidak hanya 1 atau 2 soal saja yang mereka minta. Sesorean terkadang tiap anak mengerjakan 20 hingga 30 soal. Jika belum dijemput orang tua untuk pulang atau suara bedug masjid belum berbunyi, mereka tidak akan berhenti mengerjakan soal tersebut.

“Buuu..besok lagi dikasih soal yang berbeda ya.” Kata dewi sembari pamitan pulang karena sudah maghrib.

“Iyaaa nak.” Jawab saya.

Terdengar ada beberapa murid yang bercengkerama sewaktu pulang, mereka saling berlomba banyak-banyakan soal yang sudah dikerjakan.

Ka, pa dum soal (Kamu, berapa soal?)” tanya Mariyati

Lung, 15 soal, ka?( saya 15 soal, kamu?)” jawab Murida

Lung 20 soal.” Jawab mariyati sambil tersenyum bangga.

Walaupun membuat soal dan meneliti banyak kerjaan dari anak murid itu capek, namun ada kepuasan tersendiri bagi saya. Dengan memberikan soal yang berbeda kepada mereka, saya menjadi tahu kemampuan masing-masing dari anak saya. Setiap hari pasti ada kemajuan dari mereka, walau tidak banyak. Soal mereka memang berbeda, namun jiwa mereka tetap senada untuk belajar demi meraih cita-cita.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua