Mita yang makin tertata

Atika Fara Amalia 1 Mei 2012

 

Adakalanya kita butuh berjuang untuk membujuk anak murid agar mau belajar lebih giat. Memang semua itu membutuhkan proses yang tidak sebentar. Hal ini saya alami sewaktu mengajak bersekolah murid kelas 2 SD yang bernama mita. Hari-hari awal saya berada di desa Seunebok Aceh, mita belum tergerak hatinya untuk ikut belajar ke sekolah. Setiap pagi, saat saya dan beberapa murid berangkat sekolah bersama-sama, saya sempatkan berhenti di kedai tempat dia selalu duduk, menunggu mamaknya untuk berangkat ke ladang.

“Assalamualaikum.wr.wb mitaaaaa, lagi ngapaen?”ucap saya sembari mendekatinya.

“hehehe..” mita hanya tersenyum malu-malu.

“ayo ikut ibu sekolah, mau ndak?”kata saya sambil merayunya.

Mita hanya geleng-geleng kepala sambil lari sembunyi. Begini yang terjadi selama hampir 2 minggu. Mamak selalu minta tolong kepada saya untuk membujuk mita, agar mau sekolah.

Hingga keajaiban itu datang. Pagi-pagi mita datang menjemput saya untuk berangkat sekolah. Waktu itu saya baru selesai mandi. Mita dengan seragam putih merahnya masuk rumahku.

“Assalamualaikum bu, jak kolah bu (pergi ke sekolah bu)?” ucapnya sambil menghampiriku.

“Waalaikumsalam wr wb mitaaaa. Iyaa ibu jak kolah kok. Tunggu sebentar ya, ibu ganti baju dulu.” Jawab saya yang baru keluar dari kamar mandi berkalungkan handuk.

Benar-benar sebuah kejutan di pagi hari. Subhanallah. Mita yang tiap hari hampir selalu menolak pergi ke sekolah. Pagi ini, dia datang menjemputku untuk berangkat ke sekolah berasama-sama. Mita adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Kakaknya yang nomor 4 juga masih SD. Lega rasanya melihat mita sudah mulai terbuka pintu hatinya untuk berangkat sekolah.

Setelah saya siap berangkat, kamipun melangkah keluar rumah menuju ke sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh.

“Terima kasih ya mita sudah menjemput ibu. Sekolah itu menyenangkan lho mita.” Puji saya untuk mita.

“Iya bu, besuk berangkat bareng lagi ya bu.” Jawabnya sambil tersenyum ceria.

Senyum itu benar-benar terpancarkan sangat tulus dari hatinya. Sepanjang jalan dia tersenyum hingga ke sekolah. Kebetulan mita pulang sekolahnya lebih cepat dari saya, karena pukul 10 pagi kelas 1 dan 2 sudah pulang. Lagi-lagi kejutan itu datang. Ketika jam pulang sekolah kelas tinggi, mita sudah main di halaman sekolah. Sewaktu melihat saya keluar dari kelas, mita langsung lari mengahampiri saya.

“Bu, jak wa (pulang)?” tanyanya saat saya baru keluar dari kelas.

“Eh ada mita. Iya ibu pulang, sebentar lagi.” Jawabku sambil berjalan bareng mita dan beberapa murid menuju kantor guru.

“Ibu, mau ambil tas ya?” tanyanya lagi.

“Iya nak.”

lung (saya) bawakan ya bu, tasnya?” ucapnya sambil memegang tas saya.

Lambat laun mita mengalami perubahan. Perubahan itu memang tidak bisa secepat kilat karena membutuhkan sebuah proses. Dan saya atika fara amalia, sangat menikmati proses perubahan anak murid saya ke arah yang lebih baik.

***

Seperti biasa, setelah pulang sekolah anak murid saya datang ke rumah untuk belajar. Kelas rendah maupun tinggi semuanya hadir. Mulai dari pukul 12 siang hingga 6 sore. Mereka secara bergantian datang ke rumah saya. Nah..sewaktu mereka belajar, mitapun ikut hadir di tengah-tengah anak murid saya yang belajar. Mita masih belum mau memulai belajar bersama teman-temannya. Bujuk rayu saya lancarkan lagi. Dan seperti biasa, mita masih belum tergerak hatinya untuk belajar. Dia masih asyik main ditengah-tengah anak yang belajar. Terkadang dia curi-curi pandang ke temannya yang sedang saya ajar.

“hei mita, sini...sini...ikut belajar bareng teman-teman. Ndak usah malu.” Ucap saya sembari memegang buku anak murid saya untuk dikoreksi.

Mita hanya menjawab dengan gelengan kepala dan kemudian dia lari ke halaman rumah untuk main lagi bersama beberapa anak murid saya. Hem..tampaknya mita sedang berproses. Hal ini berlangsung beberapa kali. Hampir 2 bulan mita belum mau juga untuk belajar bareng dengan kawan-kawannya. Namun saya yakin, pasti suatu saat nanti mita mau belajar. Entah kapan waktu itu datang.

***

Sore itu, tinggal beberapa anak yang belajar di rumah saya. Salah satunya adalah cudbit, kakak mita. Tiba-tiba dari kejauhan mita lari menuju rumah saya. Kaki dan bajunya terlihat sangat kotor. Segera saya sapa dia.

“Darimana mita? Kok kotor semua?” tanya saya.

“Dari kebun bu.” Jawabnya.

Setelah itu dia membisikkan sesuatu ke kakaknya. Dan jreng jreng......mita menyodorkan selembar kertas kepada saya.

“Bu, lung kasih soal.” Ucapnya.

“Oh..iya mita, mau berapa soal?” kata saya terkesima.

“5 soal bu, tambah-tambahan ya bu.”Ujarnya sambil meminjam pena ke kakaknya.

“oke mita. Besuk kalau belajar ke sini bawa buku sama pulpen ya mita.”

Dia hanya manggut-manggutkan kepalanya saja sembari tersenyum. Kubuatkan soal yang agak mudah terlebih dahulu, saya ingin mengetahui sampai dimana kemampuannya. Alhamdulillah mita tidak malu untuk bertanya. Saat itu memang dia belum bisa sama sekali cara menambahkan angka-angka tersebut. Saya ajarkan pelan-pelan cara menghitungnya. 5 soal telah terlewati. Dan dia tersenyum puas dengan berteriak “HORE”. Kakaknya cudbit pamit mau pulang karena sudah mau maghrib. Mita buru-buru minta dituliskan PR. Ih...wow..begitu semangatnya mita. Ada rasa senang yang tak terbayarkan dihati saya ini.

Selanjutnya setiap pulang sekolah dia datang ke rumah saya untuk belajar. Perlahan-lahan dia mulai memahami bahwa belajar itu asyik. Dan lagi-lagi saya menemukan permata yang tersimpan di pelosok negeri ini yaitu mita. Dia sangat cepat dalam menangkap apa yang saya katakan dan ajarkan. Mita mulai mengalami peningkatan dalam belajar. Saya tidak menyangka bisa secepat ini.

Pernah suatu siang, dia datang ke rumah saya sendirian dengan membawa buku dan pena. Hari itu memang kakaknya cudbit tidak datang belajar.

“Bu, kasih soal lagi.” Kata mita saat baru datang ke rumah.

“Oke mita, kak cudbit kemana kok gak ikut?” tanya saya.

“Itu bu, ikut mamak.” Jawabnya.

Mitapun mengerjakan soal-soal yang saya berikan. Apabila dia mengalami kesulitan, pasti langsung bertanya. Saya sungguh terpesona akan perubahannya. Sejak siang hingga matahari beranjak ke ufuk barat, mita tidak ada lelah mengerjakan setiap soal yang saya berikan. Padahal tingkat kesulitan soal tersebut semakin bertambah. Tanpa putus asa sedikitpun dia mengerjakan dan menyelesaikan soal tersebut. Permata dimanapun berada memang tidak akan pernah pudar pesonanya.

Mulai sejak itu mita rajin datang ke rumah untuk belajar. Walaupun terkadang rasa malasnya itu kambuh. Mamak dan abahnya tidak pernah bosan mengingatkan mita untuk belajar ke rumah saya. Alhamdulillah orang tuanya sudah mulai mendukung. Lambat laun mita mulai menata dirinya untuk menjadi lebih baik.

Semangat terus ya mita. Pasti semua kerja keras mita akan membuahkan hasil nantinya.

 

*dari ujung barat Indonesia*


Cerita Lainnya

Lihat Semua