Dengar dan dendang
Atika Fara Amalia 22 Juni 2012Siapa sih yang tidak pernah bernyanyi atau berdendang? Pasti semua orang pernah merasakan bernyanyi, bersenandung atau berdendang. Entah orang yang sudah berumur, masih remaja, terlebih-lebih yang masih anak-anak. Seperti halnya anak murid saya di Sekolah dasar ini. Begitu diberi sentuhan lagu sedikit saja, mereka langsung mendengarkan secara seksama dan secara perlahan menirukannya.
Awalnya anak murid disuruh bernyanyi memang agak malu-malu dan cenderung tidak mau mencoba. Alasannya Cuma satu “suara saya jelek bu”. Padahal saya tahu mereka itu masih malu untuk mengeluarkan suaranya. Butuh suntikan semangat dan penguatan keyakinan kepada mereka bahwa mereka itu BISA ! Perlu diketahui bahwa anak murid saya agak awam dengan lagu-lagu nasional. Mereka bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya namun dengan nada dan logat daerah. Hosh...telinga ini seolah berontak dengan keadaAn seperti ini. Rada aneh memang bila mendengarkan mereka menyanyi. Oleh karena itu, seribu cara saya luncurkan supaya mereka mengenal lagu nasional dan daerah.
Jurus pertama yang saya luncurkan adalah jurus menyanyi didepan mereka dan mereka mendengarkan secara langsung.
“So (siapa) yang suka bernyanyi atau melagu?” tanya saya sama anak murid kelas 6. Dan beberapa anak murid kelas 5 ikut ngintip di balik papan penyekat.
“Lung bu, lung.” jawab beberapa murid secara berebutan.
“Oke. Kalau begitu mari kita bernyanyi lagu Indonesia Pusaka” ujar saya.
Sssstttttttt..........mereka kemudian terdiam. Oh. Ada apakah ini saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Saya jadi bingung melihat reaksi anak murid yang kebingungan. Lalu saya ajukan beberapa pertanyaan ke beberapa anak murid.
“Kenapa? Kok jadi diam? Jeut melagu Indonesia pusaka?” tanya saya.
“Han jeut bu.” Jawab mereka serempak.
“Kiban bu melagu Indonesia Pusaka? Ibu para melagu dulu” ucap muna.
“Oh... han jeut melagu Indonesia Pusaka” ucap saya sambil manggut-manggut, dan senang menemukan titik persoalannya.
Akhirnya saya bernyanyi didepan anak murid. Satu baris saya ajarkan ke mereka. Setelah anak murid hafal liriknya. Kemudian dicoba untuk menyanyikan secara lengkap dengan nadanya. Dan apa yang terjadi saudara-saudara, ternyata anak murid saya tetap bernyanyi dengan nada atau logat daerah.
Sayapun pulang dengan pikiran yang berkecamuk. Dan tiba-tiba terbesit ide dengan memperdengarkan lagu-lagu daerah dan nasional setiap pagi di sekolah sebelum bel masuk. Kebetulan SD saya mendapat bantuan tape yang bisa dicolokkan flash disk dan bisa digotong didepan kantor. Suaranyapun bak sound system yang handal.
Keesokan harinya, sayapun mencari keberadaan tape yang handal itu. Setelah menemukannya kemudian flash disk yang sudah saya isi dengan lagu-lagu nasional dan daerah saya pasang. Dan alhamdulillah bisa menyala dan terdengar suaranya. Yes, saya bawa tape ini ke depan kantor. Huft..girang bukan main saya, karena bisa mengenalkan lagu daerah lewat tape. Inilah jurus kedua saya dalam memperkenalkan lagu-lagu nasional dan daerah.
Setiap hari saya selalu memperdengarkan lagu-lagu itu kepada anak murid. Ternyata secara tidak langsung anak murid saya hafal beberapa lagu yang diputar. Mereka menjadi tahu lagu garuda pancasila, sajojo, walang kekek dan beberapa lagu nasional lainnya. Bahkan lagu Indonesia Pusaka yang awalnya mereka susah menghafal tiba-tiba anak murid saya hafal dengan sendirinya.
Ternyata banyak jalan untuk mengenalkan lagu-lagu yang mendidik kepada anak murid. Berusaha itu memang harus. Saat kita akan berputus asa disitulah terletak solusi yang luar biasa. Memang berputus asa itu bukan cara yang baik, marilah kita berusaha sekeras mungkin bahwa dimana ada masalah, disitu pasti ada jalan dan solusi.
SEMANGAT!!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda