Mengejar Tokek

Astriwana, SPi 28 Februari 2013

 

 

“ Baribut apa ini ? ” Tanyaku pada anak-anak sembari melihat sekeliling. “Tarada Ibu, main-main saja ucap Elok sambil turun dari atas meja. “ Tipu saja, dorang ada kejar tokek, Ibu “ Mingki mencoba menjelaskan kejadian yang terjadi. Spontan saja beberapa siswa lainnya menghardik Mingki karena dianggap tukang lapor.

 Tokek adalah sebutan untuk cicak besar yang sering diburu oleh anak-anak di kelasku. Sebelumnya saya sudah pernah mendengar tenatang orang-orang yang berburu tokek bahkan saya sudah pernah melihat anak-anak berburu tokek di salah satu rumah warga kampungku. Namun tidak saya duga bahwa hari ini saya melihatnya di kelas saya. Itupun oleh laskar dua belasku.

“Komorang ada kejar tokek mo bikin apa?” tanyaku kepada anak-anak yang sibuk kembali ke tempat duduk masing-masing. “ Ibu, dorang ada kejar tokek buat dijual “ Mingki kembali angkat bicara. “ Betul ka tidak Elok ? “ sembari menantap Elok dari tempat duduk saya. “ Ah tarada, Cuma main saja. Dorang lagi ikut, Ibu “ jawab Elok menjelaskan sambil menunjuk beberapa teman-teman lainnya. “ Baru untuk apa ditangkap ?” saya masih mencari penjelasan. “ Ibu, orang bilang da pu harga saja mahal“ teriak Awal dari bangku belakang. Sempat kualihkan pandangan ke Awal tetapi hanya sebentar saja saya sudah kembali menatap wajah Elok. Elok pun terdiam.

“ Iyakah Elok ? “ tanyaku lagi dengan nada yang lebih ringan. “ Kasian itu tokek. Tahukah tidak, dia lagi bernapas macam kalian. Tokek juga butuh hidup, butuh cari makan macam kalian “. Saya diam sejenak menatap dalam wajah Elok sambil berjalan mendekati Elok “ Elok, kamu suka ka tidak kalo dilempar ?” kulihat wajah Elok tertunduk. “ Tidak Ibu “ jawabnya pelan. “ Takut ka tidak kalo ada yang kejar-kejar kamu ? “ Saya kembali bertanya. “ Tidak eh Iya “ dia menatap saya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Senyuman ringan pun saya lontarkan sambil menyentuh bahu Elok “ Bagaimana ko rasa kalo ada yang mau lempar kamu dengan batu besar ? “.  “ Marah o “ jawabnya yakin. “ Bagaimana kalo orang yang mau lempar kamu, bokar* ? “ tanya saya sambil memberi perumpamaan. “ Takut, Ibu. Lari sudah mo “ itu pilihannya. “ Nah kamu lagi takut sampe mau lari. Sama sudah dengan tokek. Dia juga punya rasa takut seperti kamu “. Elok tertunduk malu, Mingki memandangi Elok sedangkan Awal memandangi Tokek.

 “ Tokek juga makhluk hidup yang suka disayang. Kamu suka kah tidak disayang ? “ saya kembali mencoba mengajak Elok berdiskusi.  “ Suka, Ibu “ jawabnya lebih yakin. “ Kalo begitu perlakukan tokek seperti makhluk hidup, seperti kamu lagi mau diperlakukan. Biarkan dia hidup bebas. Sebagai manusia, kita lagi harus sayang dengan binatang. Bisa mulai belajar sayang sama binatang, Elok? “ Kali ini saya menatap mata Elok seakan bisa menebak apa yang akan dikatakannya. “ Bisa Ibu “ jawabnya sambil garuk-garuk kepala. “ Cieeee... “ Mingki dan Awal mencairkan suasana hati Elok. Hahahaha... ada-ada saja kelakuan anak muridku. Entah esok apalagi yang akan dilakukan mereka. Buat saya hari esok pasti ada hal menyenangkan yang bisa dipelajari lewat murid-muridku seperti hari ini saya belajar menghentikan tindakan kekerasan tapi tidak dengan kekerasan. Saya yakin mereka akan belajar menyayangi lewat kasih sayang ^_^.

 

Note : * bokar adalah sebutan untuk sesuatu yang besar atau raksasa


Cerita Lainnya

Lihat Semua