info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Laskar 12

Astriwana, SPi 21 November 2012

            SD Inpres Offie kampung Offie Fakfak, di sanalah penempatan saya sebagai guru bantu dibawah naungan Indonesia Mengajar. 5 bulan sudah saya tinggal di sini. Tempat asing yang menjadi biasa, rumah baru yang menjadi rumahku, kampung yang menjadi kampungku dan keluarga baru yang menjadi keluargaku. Banyak hal yang sudah saya alami. Suka, duka, lelah, seru, semangat, mendebarkan dan mencengangkan. Namun sebelum banyak bercerita tentang hal – hal yang saya rasakan, saya ingin memperkenalkan dulu laskar 12 ku.

          9 Juli 2012, saya mengawali langkah sebagai guru di SD Inpres Offie. Saat itu, saya dipercaya sebagai wali kelas gabungan kelas 4 dan 5. Jadilah saya mengajar kelas rangkap dengan 9 orang siswa kelas 4 dan 11 orang siswa kelas 5. Akan tetapi, pada September 2012, sekolah kami mendapatkan guru tambahan yang oleh kepala sekolah diamanatkan untuk memegang kelas 4. Sejak itulah, saya resmi sebagai wali kelas 5 SD Inpres Offie.

          Awalnya kelas 5 terdiri dari 11 siswa yang terdiri dari Abdon, Ari, Awal, Faldi, Mingki, Elok, Rijal, Saidah, Munira, Sitria dan Ina. Pada  Oktober 2012, kelas kami kedatangan siswa dari Seram yang bernama Wahap. Dia lah yang menjadi pelengkap laskar 12, sebutan untuk murid – murid kelas 5 yang merupakan anak perwalianku.

          Laskar 12 terdiri dari (1) Abdon Mury yang dipanggil Abdon. Kepalanya botak plontos, berkulit hitam dengan senyum lebar dan gigi putihnya yang cemerlang. Pertemuan pertama di kelas, saya memintanya memperkenalkan diri. Tapi dia hanya menatapku sambil tersipu malu. Saat saya mendekatinya, dia malah menundukan kepalanya. Semakin saya mendekat, dia makin tertunduk hingga masuk ke kolong meja. Oleh karena itulah, saya mengajak para siswa membuat peraturan kelas dengan aturan pertama “dilarang menundukan kepala saat guru bertanya”. Selanjutnya (2) Ariyam Mury, biasa dipanggil Ari. Dia mungil berkulit hitam eksotik dengan khas rambut “talingkarnya”. Ari senang menggambar khususnya gambar bunga. Di samping itu, dia juga pandai dalam berhitung. Kemudian, (3) Awaludin Iha yang biasa dipanggil Awal. Dia siswa pindahan dari Sorong. Baru awal kelas 5 ini, dia bergabung di SD Inpres Offie. Kesukaannya bermain bola dan pelajaran bahasa Inggris biarpun sering kali salah dalam mengucapkan kata bahasa Inggris. Saat ini, saya mewajibkan Awal menulis dengan pulpen karena tulisannya yang halus sehingga bila menggunakan pensil  tulisannya tidak jelas terbaca.

          Siswa berikutnya adalah (4) Faldi, lengkapnya Ifaldi Ugar. Rambut keriting khas Papua namun berkulit lebih putih dibanding anak – anak lainnya. Sama halnya dengan Ari, Faldi juga suka menggambar. Setiap hari dia ke sekolah menggunakan motor pemberian ayahnya. Faldi senang jika ditunjuk menjadi pemimpin upacara. Saat ini, teman-teman sekelas mempercayakan dia sebagai ketua kelas 5. Selanjutnya ada (5) Mingki Damiyana Temorubun yang akrab dipanggil Mingki. Dia adalah bendahara kelas 5. Sejak kelas 1 sampai sekarang, predikat rangking 1 melekat padanya. Mingki adalah anak keturunan Key (salah satu suku di Maluku), berambut ikal panjang dan berkulit sawo matang. Mingki juga suka menggambar, suatu kali saya pernah menegurnya karena kedapatan menggambar saat pelajaran Matematika. Itu ia lakukan karena tugas yang saya berikan sudah selesai ia kerjakan.

          (6) Muhismal Mury biasa dipanggil Elok adalah siswaku yang senang mencari perhatian. Ada saja yang ia lakukan untuk membuatku memanggil namanya dengan nada tinggi. Menurut usia, harusnya Elok duduk di kelas 2 SMP namun beberapa kali dia harus tinggal kelas. Elok merupakan anak keturunan “Banda” yang senang bermain bola. Sama dengan Elok, siswa selanjutnya adalah (7) Rijal Patiran yang juga senang sekali membuat saya harus memanggil namanya setiap hari. Ada saja hal yang ia buat sehingga saya harus memperhatikannya. Rijal adalah anak yang mudah mabuk perjalanan bila menggunakan mobil bahkan perjalanan terdekat sekalipun. Rijal cadel dan seringkali salah menuliskan namanya dari “Rijal” menjadi “Lijar”.  Menurutku dari semua anak di kelas 5, dialah yang paling hiperaktif. Rijal merupakan anak keturunan Key berkulit hitam dengan rambut lurus.

          Berikutnya ada (8) Saidah Iha yang dipanggil Saidah. Dia adalah anak pertama di keluarganya. Rambut keriting, kulit hitam, bulu mata lentik dan beralis tebal benar-benar memperjelas dirinya adalah anak keturunan Papua. Daya tangkapnya perlahan tapi pasti. Di kelas dia tergolong pendiam. Selanjutnya ada (9) Siti Munira Patiran. Munira adalah anak keturunan Key yang juga merupakan adik perempuan Rijal. Munira dan Rijal adalah adik kakak yang seperti kucing dan tikus. Di sekolah maupun di rumah mereka sering kali tidak akur tetapi itulah yang menjadikan mereka sangat akrab. Munira berparas ayu dengan kulit hitam, rambut ikal dan tubuh yang tinggi. Ia sangat suka membantu orangtuanya memasak.

          (10) Sitria Patiran biasa dipanggil Tria juga merupakan anak keturunan Banda yang sedikit tomboy. Kesukaannya bermain bola. Dia sangat suka dengan pelajaran Matematika. Kemudian, (11) Sukaina Patiran yang akrab dipanggil Ina adalah siswi yang pendiam di kelas. Tubuhnya tinggi semampai dengan rambut kriting khas Papua. Ina juga siswi yang rajin dan tidak suka mengganggu teman. Terakhir siswa pindahan yang bernama (12) Wahap. Dia adalah anak keturunan Seram yang berkulit hitam. Kemampuan membaca dan menulisnya sangat kurang dibandingkan teman – teman lainnya. Mungkin karena masih anak baru, dia masih terlihat pendiam di kelas.

Itulah laskar 12 yang saat ini mewarnai hari – hariku. Waktu di sekolah pun menjadi terasa singkat jika sudah berhadapan dengan mereka. Murid – murid pertama yang berkata “Ibu kita, Ibu Wanya”.   

Fakfak, Koskosan, 10.54pm, 18 November 2012


Cerita Lainnya

Lihat Semua