Lihat Senyum Mereka (Sebuah Proses Kreatif)
Asril Alifi 5 Juli 2011
Apa yang anda bayangkan jika ada 51 orang anak muda berkumpul dalam suatu asrama dan menjalani setiap materi pelatihan yang bertubi-tubi tanpa henti selama tujuh minggu? dengan idealisme masa mudanya yang masih menggebu-gebu? Mungkin ada satu kata yang paling tidak terlintas sejenak : “SEMANGAT”..... tidak salah memang... tapi sebagai manusia biasa kami juga akan merasakan sesuatu yang sangat manusiawi di tempat itu, yaitu : Bosan.
Betapa tidak, selama tujuh minbggu kami hanya menjalani rutinitas yang sama. Bangun pagi, olahraga, lalu mengikuti berbagai materi pelatihan sampai jam 21.00 dengan beberapa selingan untuk makan, sholat dan istirahat sekitar beberapa waktu. Ditambah lagi dengan berbagai penugasan yang bejibun yang bikin mumet minta ampun....
Sebagai orang-orang yang akan ditempatkan di daerah sebagai pengajar di daerah terpencil, tentunya kami harus menjalani dengan penuh semangat hal-hal itu, karena kami yakin saat itu bahwa yang kami hadapi saat itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan kami hadapi nanti di daerah yang pastinya sangat jauh lebih sulit. Namun, sekali lagi, sebagai seorang manusia yang masih normal tetap saja rasa bosan menggelayut di diri kami. Beberapa sarana disediakan panitia untuk sekedar menepis kebosanan itu, diantaranya seperti sarana olahraga bilyard dan tenis meja dan beberapa alat musik sederhana seperti gitar akustik, seruling recorder, perkusi, dan pianika.
Di waktu senggang yang kami miliki itulah kami berusaha membunuh rasa bosan itu. dan salah satu yang favorit adalah bernyanyi bersama dengan Firman Budi Kurniawan sebagai sang komando yang memainkan jari-jarinya dengan lincah di sebuah gitar akustik. Begitu ia menggenjrengkan gitarnya dengan intro sauatu nada tertentu, kami biasanya langsung menyambardengan suara seenak hati kami meneriakkan lirik-lirik lagu mengiringi alunan gitar BK. Tanpa pedulienak atau tidak ditelinga, yang penting kami bisa lepaskan semua demi sejenak menghibur hati.
Lambat laun, kebiasaan ini tidak hanya terjadi di waktu-waktu senggang kami, namun juga di sesei-sesi materi resmi kami. Untuk sedikit menghibur dan mengalihkan rasa ngantuk di saat mengikuti sesi akhirnya beberapa orang berinisiatif untuk sedikit memberikan hiburan di tengah-tengah sesi. Firman BK, Dhika, aku, Alien, Roy, dan Agus adalah makhluk-makhluk pertama yang saat itu dengan pedenya berperan sebagai musisi dadakan untuk mengisi satu sesi dalam acara. Dan tampilan perdana kami adalah evaluasi di minggu pertama yang kebetulan di isi oleh sang Founder, Pak Anies Baswedan. Lagu dengan tajuk Semangat Baru yang dipopulerkan oleh Ello dan kawan-kawan menjadi pilihan utama kami untuk dapat sedikit menyemangati diri.
Hasilnya.... not bad lah..... dan akhirnya dalam beberapa sesi pelatihan selanjutnya band dadakan itu terus-terusan tampil untuk menghibur penggemarnya yang sedang haus hiburan .... hehe... becanda ding.
Namun bisa ditebak, lagu yang kami bawakan di tiap sesi hanyalah satu lagu itu saja tanpa ada yang lain. Maklum musisi dadakan. Masih kacangan. Hahahaha..... dan akhirnya, entah dari siapa muncul sebuah ide iseng, tidak di sengaja, asal njeplak dan lain-lain.... tercetus sebuah ide untuk mencari menu lagu lain untuk sesi-sesi selanjutnya. Lebih spesifik, menu lagu lain itu adalah lagu bikinan sendiri.
Ide yang sangat iseng itu ternyata tidak lagi menjadi main-main di tangan seorang Firman BK, yang ternyata adalah manatan personel band yang cukup berbakat. Beberapa lantunan melodi dan harmoni tiba-tiba muncul dari jari-jari lincah BK. Lalu kemudian Si Aheng (entah kapan tepatnya, dan entah dalam keadaan sadar atau tidak) mendendangkan sebuah lirik yang berbunyi “Tunjukkan Pada duniaaaaaaaaa....... mereka bisa...... mereka bisa..... tunjukkan pada semuaaaaaaaaa.... mereka bisaaaa.... mengubah dunia.... lihat senyum merekaaa....) dan akhirnya celotehan Si Aheng itu menjadi reff pada lagu kami dan kalimat terakhir akhirnya diputuskan untuk menjadi judul lagu ini.
Lagi-lagi dikarenakan jadwal pelatihan kami yang sangat padat, maka lagu kami hanya berupa reff doang dengan beberapa paduan chord tanpa ada kejelasan penyelesaian. Hehehe..... namun akhirnya, pada awal minggu ke lima niatan menyelesaikan lagu ini pun tembul lagi ke permukaan, lebih tepatnya karena paksaan, karena di minggu ke lima ini akan ada sesi syukuran Indonesia mengajar... dan salah satu agenda acara kami diminta membawakan lagu ciptaan kami yang belum selesai itu... hehehe....
Akhirmnya, beberapa orang saat itu : aku , BK, Rahman Adi, dan Arum menyusun siasat untuk merumuskan kesempurnaan lagunya. Adi menuliskan beberapa kalimat yang kalau gak salah begini bunyinya “Hai kawan, lihatlah binar mata mereka, senyum kecil mereka” yang akhirnya aku rombak menjadi :
“ooo.... jika kau lihat.... binar mata mereka... canda tawa mereka.....”
“ooo..... jika kau lihat..... senyum kecil mereka... ingatlah mimpi mereka...”
Dan jadilah bait di atas sebagai bait pertama lagu kami. Untuk baris ke dua.... (entah ini dari siapa aku lupa) sebuah kalimat yang berbunyi :’Katakan ya... pada diriku... pada dirimu.... bangkitkan mimpi mereka...” aku sempurnakan menjadi :
“Katakan ya... pada diriku... pada dirimu...”
Bangkitkan mimpi mereka
Katakan ya...”
Pada diriku... pada dirimu... wujudkan mimpi mereka...”
Sebelum menyempurnakan itu, aku sempat membuat beberapa lirik yang pada saat itu aku juga bingung mau ditaruh di bagian mana. Karena bait pertama dan ke dua sudah terisi, maka aku dan BK memutuskan untuk menaruhnya di bagian coda. Menentukan nada dan irama untuk coda memakan waktu yang sangat lama. Hingga kami berdua harus merekam dengan hp jika ketemu beberapa irama – agar tidak lupa.
H-1 sebelum acara syukuran Indonesia Mengajar, di meja makan malam, lagu itu sudah sempurna dengan tambahan improvisasi dari dhika yang lagi-lagi akan bertindak sebagai vokalis. Sebuaah kumpulan kalimat aku tambahkan di tengah-tengah lagu untuk melengkapi soul lagu ini, bukan untuk didendangkan, namun untuk dibaca layaknya membaca puisi.
Finish. Sekarang saatnya premier... hehehe.... penampilan pertama adalah di hadapan para pengajar muda dan tim IM di ruang matahari MTC usai makan malam saat itu. hasilnya.... hmmmm.... menurut teman-teman lagu ini oke dan seksi banget....
Syukuran Indonesia Mengajar pun di mulai. Namun ada sedikit perubahan jadwal acara.... dan kami tidak jadi tampil perdana di hadapan tamu-tamu yang hadir saat itu. tapi tak apalah.... kami tetap bisa mendendangkan lagu baru itu ketika acara usai. Dan tentunya di dengarkan secara internal. Hehehehe...... dan karya kami yang sederhana inilah yang akhirnya menjadi menu utama di setiap sesi-sesi pelatihan kami selanjutnya.
LSM mungkin bukan Mars Indonesia mengajar. Tapi percayalah.... ketika saya mendengarkan dan memainkan lagu ini ada sebuah perasaan yang............. ah... sulit untuk mendeskripsikannya. Dan lagu inilah yang menjadi pengobat kerinduan saya kepada persahabatan dan kekeluargaan kami para pengajar muda dan tim IM. Lagu ini pula yang membuat saya untuk kembali ingat akan mimpi-mimpi dan visi misi Indonesia mengajar dan menjadi penguat ketika saya sedang down saat penugasan di daerah. Dan mungkin juga Pengajar Muda yang lain pun merasakan hal yang sama dengan saya.
Lalu apa sebenarnya yang ingin disampaikan dalam lagu ini??? apa makna sebenarnya yang terkandung dalam lagu ini??? dan saya akan menjawab “ karena karya seni bukanlah sesuatu yang harus saklek dan kaku. Setiap orang bebas menafsirkannya... so... enjoy this song.... dan Anda bebas menafsirkannya”.
Lihat Senyum Mereka
(Sebuah Proses Kreatif)
Apa yang anda bayangkan jika ada 51 orang anak muda berkumpul dalam suatu asrama dan menjalani setiap materi pelatihan yang bertubi-tubi tanpa henti selama tujuh minggu? dengan idealisme masa mudanya yang masih menggebu-gebu? Mungkin ada satu kata yang paling tidak terlintas sejenak : “SEMANGAT”..... tidak salah memang... tapi sebagai manusia biasa kami juga akan merasakan sesuatu yang sangat manusiawi di tempat itu, yaitu : Bosan.
Betapa tidak, selama tujuh minbggu kami hanya menjalani rutinitas yang sama. Bangun pagi, olahraga, lalu mengikuti berbagai materi pelatihan sampai jam 21.00 dengan beberapa selingan untuk makan, sholat dan istirahat sekitar beberapa waktu. Ditambah lagi dengan berbagai penugasan yang bejibun yang bikin mumet minta ampun....
Sebagai orang-orang yang akan ditempatkan di daerah sebagai pengajar di daerah terpencil, tentunya kami harus menjalani dengan penuh semangat hal-hal itu, karena kami yakin saat itu bahwa yang kami hadapi saat itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan kami hadapi nanti di daerah yang pastinya sangat jauh lebih sulit. Namun, sekali lagi, sebagai seorang manusia yang masih normal tetap saja rasa bosan menggelayut di diri kami. Beberapa sarana disediakan panitia untuk sekedar menepis kebosanan itu, diantaranya seperti sarana olahraga bilyard dan tenis meja dan beberapa alat musik sederhana seperti gitar akustik, seruling recorder, perkusi, dan pianika.
Di waktu senggang yang kami miliki itulah kami berusaha membunuh rasa bosan itu. dan salah satu yang favorit adalah bernyanyi bersama dengan Firman Budi Kurniawan sebagai sang komando yang memainkan jari-jarinya dengan lincah di sebuah gitar akustik. Begitu ia menggenjrengkan gitarnya dengan intro sauatu nada tertentu, kami biasanya langsung menyambardengan suara seenak hati kami meneriakkan lirik-lirik lagu mengiringi alunan gitar BK. Tanpa pedulienak atau tidak ditelinga, yang penting kami bisa lepaskan semua demi sejenak menghibur hati.
Lambat laun, kebiasaan ini tidak hanya terjadi di waktu-waktu senggang kami, namun juga di sesei-sesi materi resmi kami. Untuk sedikit menghibur dan mengalihkan rasa ngantuk di saat mengikuti sesi akhirnya beberapa orang berinisiatif untuk sedikit memberikan hiburan di tengah-tengah sesi. Firman BK, Dhika, aku, Alien, Roy, dan Agus adalah makhluk-makhluk pertama yang saat itu dengan pedenya berperan sebagai musisi dadakan untuk mengisi satu sesi dalam acara. Dan tampilan perdana kami adalah evaluasi di minggu pertama yang kebetulan di isi oleh sang Founder, Pak Anies Baswedan. Lagu dengan tajuk Semangat Baru yang dipopulerkan oleh Ello dan kawan-kawan menjadi pilihan utama kami untuk dapat sedikit menyemangati diri.
Hasilnya.... not bad lah..... dan akhirnya dalam beberapa sesi pelatihan selanjutnya band dadakan itu terus-terusan tampil untuk menghibur penggemarnya yang sedang haus hiburan .... hehe... becanda ding.
Namun bisa ditebak, lagu yang kami bawakan di tiap sesi hanyalah satu lagu itu saja tanpa ada yang lain. Maklum musisi dadakan. Masih kacangan. Hahahaha..... dan akhirnya, entah dari siapa muncul sebuah ide iseng, tidak di sengaja, asal njeplak dan lain-lain.... tercetus sebuah ide untuk mencari menu lagu lain untuk sesi-sesi selanjutnya. Lebih spesifik, menu lagu lain itu adalah lagu bikinan sendiri.
Ide yang sangat iseng itu ternyata tidak lagi menjadi main-main di tangan seorang Firman BK, yang ternyata adalah manatan personel band yang cukup berbakat. Beberapa lantunan melodi dan harmoni tiba-tiba muncul dari jari-jari lincah BK. Lalu kemudian Si Aheng (entah kapan tepatnya, dan entah dalam keadaan sadar atau tidak) mendendangkan sebuah lirik yang berbunyi “Tunjukkan Pada duniaaaaaaaaa....... mereka bisa...... mereka bisa..... tunjukkan pada semuaaaaaaaaa.... mereka bisaaaa.... mengubah dunia.... lihat senyum merekaaa....) dan akhirnya celotehan Si Aheng itu menjadi reff pada lagu kami dan kalimat terakhir akhirnya diputuskan untuk menjadi judul lagu ini.
Lagi-lagi dikarenakan jadwal pelatihan kami yang sangat padat, maka lagu kami hanya berupa reff doang dengan beberapa paduan chord tanpa ada kejelasan penyelesaian. Hehehe..... namun akhirnya, pada awal minggu ke lima niatan menyelesaikan lagu ini pun tembul lagi ke permukaan, lebih tepatnya karena paksaan, karena di minggu ke lima ini akan ada sesi syukuran Indonesia mengajar... dan salah satu agenda acara kami diminta membawakan lagu ciptaan kami yang belum selesai itu... hehehe....
Akhirmnya, beberapa orang saat itu : aku , BK, Rahman Adi, dan Arum menyusun siasat untuk merumuskan kesempurnaan lagunya. Adi menuliskan beberapa kalimat yang kalau gak salah begini bunyinya “Hai kawan, lihatlah binar mata mereka, senyum kecil mereka” yang akhirnya aku rombak menjadi :
“ooo.... jika kau lihat.... binar mata mereka... canda tawa mereka.....”
“ooo..... jika kau lihat..... senyum kecil mereka... ingatlah mimpi mereka...”
Dan jadilah bait di atas sebagai bait pertama lagu kami. Untuk baris ke dua.... (entah ini dari siapa aku lupa) sebuah kalimat yang berbunyi :’Katakan ya... pada diriku... pada dirimu.... bangkitkan mimpi mereka...” aku sempurnakan menjadi :
“Katakan ya... pada diriku... pada dirimu...”
Bangkitkan mimpi mereka
Katakan ya...”
Pada diriku... pada dirimu... wujudkan mimpi mereka...”
Sebelum menyempurnakan itu, aku sempat membuat beberapa lirik yang pada saat itu aku juga bingung mau ditaruh di bagian mana. Karena bait pertama dan ke dua sudah terisi, maka aku dan BK memutuskan untuk menaruhnya di bagian coda. Menentukan nada dan irama untuk coda memakan waktu yang sangat lama. Hingga kami berdua harus merekam dengan hp jika ketemu beberapa irama – agar tidak lupa.
H-1 sebelum acara syukuran Indonesia Mengajar, di meja makan malam, lagu itu sudah sempurna dengan tambahan improvisasi dari dhika yang lagi-lagi akan bertindak sebagai vokalis. Sebuaah kumpulan kalimat aku tambahkan di tengah-tengah lagu untuk melengkapi soul lagu ini, bukan untuk didendangkan, namun untuk dibaca layaknya membaca puisi.
Finish. Sekarang saatnya premier... hehehe.... penampilan pertama adalah di hadapan para pengajar muda dan tim IM di ruang matahari MTC usai makan malam saat itu. hasilnya.... hmmmm.... menurut teman-teman lagu ini oke dan seksi banget....
Syukuran Indonesia Mengajar pun di mulai. Namun ada sedikit perubahan jadwal acara.... dan kami tidak jadi tampil perdana di hadapan tamu-tamu yang hadir saat itu. tapi tak apalah.... kami tetap bisa mendendangkan lagu baru itu ketika acara usai. Dan tentunya di dengarkan secara internal. Hehehehe...... dan karya kami yang sederhana inilah yang akhirnya menjadi menu utama di setiap sesi-sesi pelatihan kami selanjutnya.
LSM mungkin bukan Mars Indonesia mengajar. Tapi percayalah.... ketika saya mendengarkan dan memainkan lagu ini ada sebuah perasaan yang............. ah... sulit untuk mendeskripsikannya. Dan lagu inilah yang menjadi pengobat kerinduan saya kepada persahabatan dan kekeluargaan kami para pengajar muda dan tim IM. Lagu ini pula yang membuat saya untuk kembali ingat akan mimpi-mimpi dan visi misi Indonesia mengajar dan menjadi penguat ketika saya sedang down saat penugasan di daerah. Dan mungkin juga Pengajar Muda yang lain pun merasakan hal yang sama dengan saya.
Lalu apa sebenarnya yang ingin disampaikan dalam lagu ini??? apa makna sebenarnya yang terkandung dalam lagu ini??? dan saya akan menjawab “ karena karya seni bukanlah sesuatu yang harus saklek dan kaku. Setiap orang bebas menafsirkannya... so... enjoy this song.... dan Anda bebas menafsirkannya”.
Lihat Senyum Mereka
Lagu : BK
Lirik : Asril, Aheng
Ooo...Jika kau lihat
Binar mata mereka
Canda tawa mereka
Ooo... jika kau lihat
Senyum kecil mereka
ingatlah mimpi mereka
*katakan ya.... pada diriku.... pada dirimu....
Bangkitkan mimpi mereka
Katakan ya.... pada diriku.... pada dirimu....
Wujudkan mimpi mereka.
Reff:
tunjukkan pada dunia...
mereka bisa.... mereka bisa....
tunjukkan pada semua....
mereka bisa.... mengubah dunia
lihat senyum mereka
Back to
*Reff
Puisi: Hampir saja
Buih-buih ombak menggulung segala cita
Membuka lebam berkepanjangan
Tak tahu kapan berkesudahan
Hampir saja
Semua mimpi runtuh bersama buliran peluh,
Berhamburan bersama keluh.
Tanpa hati yang teguh, mungkin pasrah akan tumbuh.
Muram...
Tertimbun sekam...
Luruh harapan...
Maukah kau duduk bersamaku
Memungut dan merapikan lagi
Reruntuhan mimpi yang berurai
Merangkai harapan dengan sangat hati-hati
Lalu mengibaskan ke segala penjuru bumi
Coda :
Dan pabila segalanya hilang
Tenggelam dalam kelam
Jagalah mimpi mereka
Tegakkan mimpi mereka
Dan pabila langit meredam
Hanyut di gelap malam
Bentangkan mimpi mereka
Kuatkan mimpi mereka
Reff:
tunjukkan pada dunia...
mereka bisa.... mereka bisa....
tunjukkan pada semua....
mereka bisa.... mengubah dunia
lihat senyum mereka
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda