Hore.. Kami dapat sahabat pena
ArvidaRizzqie Hanita 14 Juli 201615 April 2016.
Anak-anak kelas 3 mendapatkan balasan surat dari sahabat pena mereka. Hari ini jadwal kami belajar bahasa Indonesia. Saya pikir wah kebetulan lah, kalau saya membagikan surat hari ini.
Ketika saya masuk kelas, sembari membawa kantong berisi amplop. Mereka menyambut dengan senyum sesumbar yang bahagia. Menantikan surat balasan mereka, yang sebelumnya telah kami kirimkan terlebih dahulu ke Sekolah Global Mandiri di Cibubur.
"Ibu... Surat kami kah itu Ibu?" Tanya mereka
"Menurut kalian?" Tanya saya balik
"Horeeeee...." teriak mereka bahagia.
Saya pun langsung membuka bungkusan plastik yang berasa surat-surat tersebut dan langsung membagikannya kepada anak-anak. Di bagian depan amplop sudah tertera nama mereka masing-masing, sehingga saya hanya langsung memanggil nama anak saja yang tertera di kertas amplop tersebut.
Beberapa anak telah mendapatkan surat, bahkan ada satu anak yang mendapatkan surat lebih dari satu, dua tiga bahkan empat surat dari sahabat penanya. Saya pun bingung, entahlah mungkin di sana pun kebingungan karena kelas kami terlalu banyak murid yang mengirimkan surat. Sedangkan sekolah global mandiri satu kelas berjumlah sekitar 20 orang.
Well, beberapa anak sudah mulai dag dig dug entahlah. Mungkin mereka ada yang takut dan kecewa karena nama mereka belum dipanggil-panggil oleh saya. Dan memang benar, beberapa anak, mungkin sekitar 16 anak yang belum mendapatkan surat balasan. Sekitar 7 surat masih ada di tangan saya, namun beberapanya untuk anak yang memang hari itu tidak masuk sekolah dan beberapa surat tidak ada tertulis nama penerimanya. Sehingga, saya mulai berfikir bahwa saya bagikan saja suratnya untuk beberapa anak yang belum mendapatkan surat balasan.
Saat itu hanya ada 2 surat yang tidak ada nama penerimanya, sehingga saya harus memilih 2 orang dari 16 anak yang belum mendapatkan suratnya. Semua anak pun berebut ingin mendapatkannya. Akhirnya, saya pun memutar cara supaya mereka tidak berebut untuk dapat mendapatkan surat tersebut.
Saya memberikan tes perkalian kepada mereka. 2 orang yang menjawab benar, akan mendapatkan surat ini, dan mereka boleh membalasnya. Saya pun memberikan 2 soal perkalian, dan mereka antusias untuk menjawab pertanyaannya tersebut. Alhasil, yang mendapatkan surat tersebut adalah Daniel dan Mei. Karena mereka berdua menjawab dengan betul pertanyaannya.
Apa kabar yang lain?
Ah, mereka selalu saja membuatku merasa bersalah :( Dan akhirnya saya pun menawarkan kepada anak-anak:
"Anak-anak, kalian mau tidak untuk berbagi surat kepada teman kalian yang belum mendapatkan suratnya? Kan ada yang mendapat surat lebih dari satu kan?" Tanya saya
"Iya Bu! Kami mau berbagi surat kami ke teman-teman yang lainnya". Jawabnya.
Entahlah, rasa berbagi mereka sungguh luar biasa. Meskipun terkadang harus saya dulu yang memulai melakukannya. Namun, akhirnya mereka pun mengalah dan melakukan hal tersebut. Pernah suatu ketika, salah satu meja kami rusah parah. Akhirnya karna tidak ada yang mau berbagi, saya pun menawarkan untuk mengambil meja saya. Mereka pun tetap bilang "Ndak usahlah Ibu. Mereka duduk dekat kami saja. Kami bersama-sama meja juga di sini." Ucapnya.
Daaannn tadaaaa... mereka pun sudah mendapatkan surat semuanya. Bahagianya mereka meskipun di awal mereka agak sedikit kecewa, namun dengan cara seperti ini pun masih saja membuat mereka bahagia :)
--Arvida Rizzqie Hanita, SDN 005 Sebatik Tengah--
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda