Perbedaan adalah Bekal

Arumdari Nurgianti 23 Juni 2015

Kutulis rasa syukur ini di sela masa transisi, tepatnya di sebuah rumah yang akan menemani kami Pengajar Muda Bima bersembilan selama setahun kedepan. Terbayang napak kilas dua bulan pelatihan yang sudah terlewati. Mengembangkan diri...dulu sempat bingung “Aku akan menjadi sosok seperti apa setelah dua bulan ini?”. Dan kini aku sudah mengetahui jawabannya, tak lain untuk mempersiapkan diri, hidup lebih baik dan bermanfaat.

Angkatan muda, tapi yakin sama.

Terancam tidak bisa mengikuti Direct Assesment karena belum mendapat surat kelulusan. Dengan usaha permohonan surat keterangan akan sidang, akhirnya kebaikan Indonesia Mengajar mengizinkanku untuk mengikuti seleksi. Ijazah belum dapat, apalagi wisuda namun statusku sudah lulus... inilah nyatanya, aku berada di tengah pengajar muda angkatan sepuluh. Awalnya terbesit rasa minder dalam hati “mereka lebih dewasa, mereka lebih berpengalaman jadi udahlah kamu diam saja rum, pemikiranmu dibanding mereka itu jauh rum..bla..bla...” Pemikiran yang aku sesali, karena selama pelatihan, aku sama sekali tidak merasakan perbedaan itu, tugas yang sama, kesempatan pun sama, jadi tidak ada yang kupedulikan, mencoba mengembangkan diri dan belajar dari sosok karakter yang berbeda. Akhirnya aku dapatkan beberapa poin menuju kedewasaan dan pengembangan diri karena memanen inspirasi dari 75 Pengajar Muda juga hikmah di setiap perjalanan pelatihan.

IM Penuh kejutan

Selama masa transisi ini, terlihat bagaimana IM mengusahakan untuk kami berkesempatan mengembangkan diri. Bagaimana tidak, banyak perbedaan yang telah kulalui semenjak menempati desa Labuan Kananga, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat ini. Sebelumnya aku menempati rumah yang termasuk nyaman, tersedia kamar tidur, kamar mandi dan tempat santai. Setelah di tempat baru, Indonesia Mengajar memberiku sebuah arti kesederhanaan yang membahagiakan. Hidup di kamar tanpa kasur, beralaskan kayu. Sebelumnya aku sama sekali tidak suka makan priya, tapi didesa priya adalah makanan andalan. Sinyal bagus hingga bisa berjam-jam depan gadget tapi kini baterai tak kunjung habis karena HP hanya digunakan ketika sinyal datang.  Bisa tetap melihat jelas ketika malam karena terangnya lampu, tapi sekarang hanya mengandalkan solar yang mungkin tengah malam akan padam.

Perbedaan memang akan dirasakan, tapi lebih bijaknya  melihat keindahan  ketika aku bisa hidup dengan perbedaan itu.

Kebijakan itu akan menjadi kekuatanku untuk menjalani kehidupan bersama setahun mendatang.

“Wahai pengajar muda, mekarlah dimanapun kau ditempatkan”...Kan kuingat kalimat itu ketika letih menjalani.

Karena semua yang diberikan untukku tak lain untuk melengkapi kekurangan, mengetahui yang belum aku ketahui, merasakan yang belum aku rasakan.

Setahun kuhadapi untuk bekal Selamanya....


Cerita Lainnya

Lihat Semua