Euforia 6 Purnama Bertugas

SeptianiCaturasih Suyono 22 Juni 2015

"Euforia 6 purnama bertugas, bukan soal siapa yang menginspirasi tapi soal bagaimana caranya inspirasi itu sampai. Karena sebenarnya proses itulah yang menginspirasi"

 

Ini tanah Lampung ya? Serius nih udah di Lampung? Kek mimpi ya.... Sepertinya baru kemarin seruan-seruan itu bergema terus dalam hati dan pikiran. Tidak percaya tentunya bisa menginjak Pulau Sumatera, tidak ada sekalipun dalam bayanganku. Itu enam bulan yang lalu. Sekarang rasa-rasanya kami sudah hafal setiap jalan karetan atau jalan sawitan atau jalan di antara ladang singkong di desa, kecamatan bahkan di kabupaten penempatan kami, kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung, Pulau Sumatera. Note: ku bilang kami karena disini kami bertujuh :D, aku hanya satu dari kami.

Hari minggu sepertinya hari istirahat yah, tapi tidak bagi kami, baik hari minggu ini ataupun hari-hari minggu lainnya yang telah terlewati selama 6 bulan ini. Jika hari senin pagi hingga sabtu siang kami berada di desa masing-masing, mengajar dan belajar bersama anak-anak, para guru serta warga desa, maka hari sabtu siang hingga hari minggu sore itu adalah waktunya ngumpul bertujuh untuk sekadar sharing, evaluasi hingga rapat perencanaan program. Hari minggu ini pun kami berkumpul, mempersiapkan minggu site visit (orang kantor datang :P) dan menunggu site visitornya yang sedang dalam perjalanan dari bandara ke kabupaten. Maaf ya, kami ga jemput...hari minggu seh :P

Berbicara tentang site visit, ini bisa terjadi karena kita sudah 6 bulan. Hahaha, satu semester sudah kami lewati ternyata. Hmm, baiklah ayo kita melihat lagi apa yang sudah kami lihat, rasakan dan alami selama satu semester ini. Masih teringat, hari pertama ditinggal Pengajar Muda VII TBB (yang sebelumnya bertugas) langsung dihadapkan dengan deadline pendaftaran Olimpiade Sains Kuark 2015 yang setiap tahun biasanya diadakan di 3 kecamatan penempatan kami, Gunung Terang, Gunung Agung dan Way Kenanga. Menghubungi para kepala sekolah dan guru-guru untuk menginformasikan persiapan penyisihan OSK 2015 di kecamatan masing-masing, lucunya dengan cara itulah kami pertama kali berkenalan dengan banyak bakal calon penggerak.

Mengenai penggerak pendidikan di kabupaten, mereka ibu dan bapak kami disini, orang tua sekaligus rekan kerja yang keren banget. Ada Bunda Yulia (Guru SMA N 1 Tumijajar), Pak Conang (Pengawas Sekolah Dasar di Kecamatan Gunung Agung), dan Pak Apri Munzuri (Kabid Dikdas Kabupaten Tulang Bawang Barat) yang menjemput kami di bandara Radin Intan saat pertama kali sampai di tanah Sai Bumi Ruwai Jurai (bahasa daerah untuk tanah Lampung). Pak Andreas Damadji (Guru SDN 01 Gunung Agung, OSK Center) yang bawaannya awet muda dan kocak, penggerak pendidikan yang membuat kami percaya masih banyak guru yang berdedikasi di tanah Ragem Sai Mengi Wawai (bahasa daerah untuk tanah Tulang Bawang Barat).

Masih banyak lagi bapak ibu penggerak dan berpotensi menjadi penggerak yang kami temui selama 6 bulan ini, sebut saja Pak Widodo, Bu Lida, Bu Dwi, Bu Mus, Pak Sarkowi, Pak Romisan, Pak Suroso, Pak Yono, Bu Tri, Rini, Pak Imam, Bu Rohmah, Pak Ahyar, Pak Saryadi, Pak Mursalin, Pak Kotamad, Pak Paryo, Pak Rahmat, Mas Pratika, Mas Edi, Rini, Pak Joko, Pak Rusdi, Pak Mursito, Pak Isgiyono, bapak-bapak dari Dishubkomintel TBB, bapak ibu polisi di Polres Tulang Bawang dan....banyaaak kalau disebutkan satu persatu.. hahahha... semua orang yang kami temui itu adalah bakal calon penggerak... itu yang kami pelajari disini, dengan berpikir positif, senyum manis dan tawa yang renyah kami yakin..kami akan mendapatkan apa yang namanya penggerak itu.. cieee :P

 

“Karena semua anak itu berhak untuk bersekolah, dimana pun mereka ada” – Pak Apri Munzuri, Kabid Dikdas.

 

Kalimat itu dan banyak hal yang ditemui di desa, membuat teman-temanku yang tersayang ini bisa mati-matian dan ngotot mengejar anak-anak yang putus sekolah atau enggan ke sekolah. Mulai dari Retno yang mencari anak kelas 6 ke sawah, Taufik yang memutar otak untuk menghadapi kelas 6 yang istimewa, Wido yang hampir nekat mengejar anak kelas 6 ke kabupaten lain, Maya yang keras kepala mengajak anak didiknya yang tidak mau sekolah, Ditha yang entah bagaimana bisa tau caranya berkomunikasi dengan anak tuna rungu, Diyon yang bisa mengeluarkan effort lebih untuk dua sekolah tempatnya mengajar, dan seabrek cerita lainnya yang kita alami dan yang tidak sanggup kami ungkapkan dalam kata-kata ( :P ).

Dari semua cerita itu, ternyata jika semua anak berhak mendapatkan pendidikan, maka semesta harus menyediakan lingkungan yang bergerak untuk mendukung pendidikan itu. Bukan hanya sekedar sarana prasarana, fasilitas yang bagus,, tapi semua pihak yang wajib memanusiakan manusia itu sendiri juga harus siap. Mulai dari guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, UPTD atau koordinator pengawas, pemerintah desa, orang tua, dinas pendidikan, dan seabrek stakeholder lain di pemerintah daerah untuk bergerak menciptakan lingkungan itu. Lalu, 6 bulan cukupkah? Tidak.

Indonesia Mengajar telah ada 4 tahun 6 bulan di Tulang Bawang Barat, tereprensentasikan lewat kami para Pengajar Muda Indonesia Mengajar dari angkatan I, III, V, VII, dan IX. Ditugaskan sebagai guru, role model, dan pemberi motivasi, bekerja secara estafet dari satu angkatan ke angkatan lainnya. Selama 6 bulan angkatan IX ada, seperti menyusun kepingan puzzle, menemui satu demi satu bapak ibu rekan penggerak pendidikan yang mengenal para Pengajar Muda dari setiap angkatan, masing-masing angkatan punya kenalannya. Menggerakkan semua pihak demi lingkungan pendidikan yang lebih baik. Pergerakan ini kemudian menjadi euforia, yang bukan sekedar euforia 6 bulanan namun euforia 4 tahun 6 bulanan, di Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) 2015.

Ruang Berbagi Ilmu (RUBI) TBB, salah satu wahana FGIM 2015 menjadi sukacita tersendiri bagi kami, para Macan TBB (sebutan untuk semua PM TBB), ternyata estafet itu bisa ya. Terlepas dari program Tulang Bawang Barat Cerdas yang diinisiasi oleh Pemda Tulang Bawang Barat sendiri (mengadopsi dari program Indonesia Mengajar), yang sedang mengadakan perekrutan Pengajar Cerdas yang akan dikirim ke 10 kampung tua di Tulang Bawang Barat. Estafet pelari terakhir sudah di tengah jalan.

Enam purnama sudah terlewati, dirangkai dengan Site Visit oleh Galuh (kantor Indonesia Mengajar di Jakarta), membuat kami semakin melow dengan romantisme akan 6 bulan terakhir yang akan datang. Sudah setengah jalan untuk kami, tim macan bungsu. Sudah hampir berakhir untuk lari estafet keluarga macan besar. Enam bulan kedepan masih ada rencana, masih ada beberapa langkah yang kami harus persiapkan, harus lewati lagi untuk menyerahkan seutuhnya tongkat estafet kepada pemilik aslinya, Pemerintah, Dinas dan Masyarakat itu sendiri. “Kemandirian daerah terhadap pengembangan dan keberlanjutan pendidikan di daerahnya senidiri” (kata Mbak Mesike – Pengajar Muda III TBB).

Euforia 6 purnama bertugas, bukan soal siapa yang menginspirasi, tapi soal bagaimana caranya inspirasi itu sampai. Karena sebenarnya proses itulah yang menginspirasi.

Fighting sampai akhir!

Terima kasih bapak ibu guru, terima kasih ^_^


Cerita Lainnya

Lihat Semua