Berbagi Ilmu dengan Mendongeng

ARI ISMI HIDAYAH 8 Oktober 2016

Pagi hari ini bermodal sebuah kartu pos yang saya dapat dari teman di Jawa saya mencoba metode belajar baru untuk murid kelas 3. Kartu pos dengan gambar Candi Borobudur ini menjadi media baru saya mengajak murid-murid kelas 3 untuk semangat belajar membaca. Murid-murid kelas 3 di SD Asinua Utama memang belum mahir membaca. Setiap saya ajak murid-murid kelas 3 membaca dengan metode konfensional mereka merasa malas dan kurang tertarik.

Hari ini selama 10 menit saya mendongeng di depan murid-murid kelas 3 tentang Candi Borobudur, tentang letak Candi Borobudur, pendirinya, dan fungsinya sebagai tempat ibadah. Murid-murid kelas 3 mendengarkan cerita dengan antusias dan tertarik dengan cerita Candi Borobudur. Rasa antusias mereka ditunjukkan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan.

“Bu Guru, Candi Borobudur hanya untuk agama Budha sajakah?” tanya Haikal salah satu murid kelas 3.

Saya ceritakan kepada murid-murid kelas 3 bahwa semua orang boleh berkunjung ke Candi Borobudur namun Candi Borobudur memang merupakan tempat ibadah agama Budha. Pertanyaan baru pun di tanyakan Fadli.

“Bu Guru, memang ada agama apa saja?”

Pertanyaan mulai berkembang, pemikiran murid-murid kelas 3 mulai kritis dan rasa ingin tahunya mulai muncul. Murid-murid kelas 3 mulai bertanya banyak hal di luar Candi Borobudur.

Melalui selembar kartu pos murid-murid kelas 3 menjadi tahu tentang Candi Borobudur, pulau-pulau besar di Indonesia, lokasi mereka tinggal, agama-agama di Indonesia, dan hari besar agama. Walaupun murid-murid kelas 3 belum bisa membaca bukan berarti mereka kekurangan informasi. Metode mendongeng ini pun menjadi motivasi baru murid-murid kelas 3 untuk semangat membaca untuk mendapatkan banyak informasi lagi. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua