Pertumbuhan Manusia
Anna Mahsusoh 2 Desember 2014Setelah berpantun ria, kini saatnya merayakan, tetapi perayaan yang kami lakukan adalah dengan membaca teks sumpah pemuda bersama-sama (kebetulan hari ini hari sumpah pemuda). Kemudian PM mengajak mereka main suit, mengingatkan bahwa jempol mengalahkan jari telunjuk, jari telunjuk mengalahkan jari kelingking dan jari kelingking mengalahkan jari jempol. Tetapi ada peraturan tambahan yaitu semua siswa harus ke depan dan duduk dibawah, berlagak seperti bayi dengan jalan merangkak.
Aturan mainnya adalah
1. Bayi akan suit dengan bayi lainnya, yang menang akan jadi remaja dengan jalan menggunakan lutut, dan yang kalah tetap jadi bayi.
2. Remaja (jalan dengan lututu) akan suit dengan remaja lainnya, yang menang jadi dewasa dengan berdiritegak dan jalan menggunakan kaki, yang kalah kembali lagi menjadi bayi (dan suit lagi dengan yangmasih bayi).
3. Dewasa akan suit dengan dewasa, yang menang duduk di bangku karena sudah tua dan yang kalah jadi remaja lagi (dan akan suit dengan remaja lainnya).
PM berteriak “Dalam hitungan ketiiga mulai, 1....., 2....., 3.....!!!!” ahhhh kelas mulai riuh sekali, ternyata siswa-siswi PM berimprovisasi dengan berlagak seperti bayi beneran yaitu menangis (sangat luar biasa bukan?). Mereka mencari cari lawannya, senang ketika menang dan bersedih ketika kalah. Bahkan mereka mengespresikan gerakan yang sangat lucu ketika dari remaja berubah jadi bayi lagi. (Ampun kelas sebelah, pasti terganggu, maaf ya pak bu...).
Setelah bermain 2 ronde, selanjutnya mari kita konfirmasi apa yang kita pelajari hari ini. Menurut pembaca kami sedang apa? Iyaaaa, kami sedang belajar pertumbuhan manusia.
Permainan ini hanya sebagai Apersepsi untuk membuat anak berada di gelombang Alfa. Sebenarnya cukup dilaksanakan 1 kali, tetapi karena kondisi tertentu PM membuat permainan menjadi 2 kali. Setelah permainan selesai, bisa langsung masuk materi pertumbuhan manusia.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda