Perpisahan itu Pasti Adanya

Anita 3 November 2011

Dini hari sekitar pukul 03.00 am tepat tanggal 3 November, terminal 2 F Bandara Soekarno Hatta diriuhkan oleh suara krasak krusuk dari 47 muda mudi yang sibuk mengeluarkan barang-barangnya dari bus. Terlihat juga disana telah hadir tim Indonesia Mengajar dan rombongan keluarga yang ikut mengantar kepergian anak-anak muda itu ke daerah tempat tinggal mereka satu tahun ke depan.

Satu persatu mereka masuk mendorong troli yang penuh dengan tas gunung besar dan ransel serta kardus-kardus berat berisi buku. Tampak jelas di wajah mereka rasa antusias karena tidak sabaran ingin segera melihat anak-anak SD yang akan mereka  ajar nanti.  Waktu pun berjalan seiring mereka memasukkan barang ke bagasi, saling berfoto ria hingga datanglah momen itu. Tibalah saatnya mereka bersimpang jalan, menempuh jalan masing-masing. Beberapa dari mereka akan mengepakkan sayap ke Indonesia bagian timur, tengah dan barat. Mencoba menjadi lilin di setiap titik kegelapan yang mereka temukan.

Perpisahan itu pasti adanya. Dan 47 pemuda yang telah merasakan kebersamaan dalam sebuah naungan tujuan yang sama kini akan berpisah. Jabat tangan. Peluk. Tangis. Haru dan sendu jelas terasa. Membuat siapapun yang menyaksikan tak kuasa menahan tangis. Berpisah atas nama pengabdian.

Burung besi bernama Garuda telah terparkir dengan apiknya. Suara merdu dari pengeras suara mengabarkan bahwa sang Garuda siap untuk terbang dan penumpang diharap untuk segera menaikinya. Sepuluh pengajar muda pun mulai memisahkan diri teman-teman mereka. Menyeret langkah yang terasa berat karena akan meninggalkan wajah-wajah yang selama 2 bulan terakhir selalu mengisi hari-hari mereka.  Lambaian tangan dan tatapan penuh doa mengantar kepergian mereka. Terbang sudah. Biar kau lihat sisi lain dari negerimu ini. Pergi sudah. Biar kau tinggalkan apa yang menjadi nyamanmu selama ini. Biar kau nyalakan lilin itu. Terangi tanpa harus kecami.


Cerita Lainnya

Lihat Semua