KLINIK PENDIDIKAN DESA LOKLAHUNG.
ANITA SYAFITRI S.Sos 1 Juni 2017Desa Loklahung adalah sebuah desa di Pegunungan Meratus tepatnya di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Menurut data dari Kantor Kepala Desa Tahun 2016, Desa Loklahung memiliki 5 dusun dengan junlah penduduk 532 jiwa dengan 134 Kepala Keluarga. Mayoritas penduduk adalah Suku Dayak dengan aliran kepercayaan Kaharingan. Mata pencaharian penduduk adalah bercocok tanam atau bertani dengan rincian Karet sebanyak 77 rumah tangga, Padi Ladang sebanyak 75 rumah tangga, Lumbuk atau Cabai Rawit sebanyak 51 rumah tangga, Kayu Manis sebanyak 48 rumah tangga, Kacang Tanah sebanyak 40 rumah tangga, dan Kemiri. Pendidikan masyarakat masih tergolong rendah dan di desa tersebut hanya memiliki 1 sekolah yaitu Sekolah Dasar SDN Loklahung.
Di SDN Loklahung inilah saya mengabdi selama satu tahun, berpindah dari Kota Medan ke Kalimantan untuk mengajar anak-anak serta pengembangan masyarakatmelalui Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar. SDN Loklahung terletak di kaki gunung dan di tepi sungai, sedangkan saya tinggal di rumah Pembakal (Kepala Desa) di Dusun Manotoi yang berada di atas bukit. Untuk sampai ke sekolah setiap harinya saya harus turun bukit dengan berjalan kaki bersama anak-anak. Kehadiran saya di desa ini tidak semata hanya menjadi guru saja, melainkan lebih untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak-anak mereka. Hal utama yang saya lakukan adalah menumbuhkan semangat anak-anak dan orang tua untuk terus berjuang demi pendidikan anak-anak mereka. Hal itu saya lakukan karena menurut mereka, di daerah ini, anak perempuan banyak yang hanya sampai tamatan SD, sedangkan anak laki-laki sampai SMP. Hal itu sesuai dengan pernyataan Ibu Tanarti seperti berikut ini “Kalau disini bu ai, bibinian[1] paling tamatan SD saja, lalakian[2] yang sampai SMP. Kebanyakan bibinian umur belasan hanya tamat-tamat SD langsung menikah”
Pendidikan yang rendah berdampak pada angka pernikahan dini yang tinggi di daerah ini, banyak pernikahan muda dikarenakan pola pikir masyarakat “ya kalau sudah tidak sekolah mau ngapain lagi?” sehingga banyak yang lebih memilih menikah padahal usia masih sangat dini. Sedangkan akar pendidikan yang rendah diakibatkan oleh semangat juang untuk sekolah yang masih sangat rendah. Hal itu terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti akses pegunungan yang sulit di tempuh dan jarak sekolah menengah yang cukup jauh, padahal pemerintah sudah memberikan bantuan seperti sekolah gratis serta adanya bantuan kepada keluarga yang tidak mampu melalui Kartu Indonesia Pintar. Tapi tetap saja usaha itu tidak berhasil sepenuhnya untuk mewujudkan salah satu cita-cita Negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan di sekolah karena semangat juang masyarakatnya masih minim untuk sekolah.
Permasalahan-permasalahan tersebut yang membuat saya berpikir pentingnya untuk membuka Klinik Pendidikan di Desa Loklahung.Klinik Pendidikan tidak terlihat secara fisik tetapi sebuah tindakan pendekatan ke masyarakat yang saya lakukan untuk membantu menumbuhkan semangat juang pendidikan anak-anak.Saya menyebutnya Klinik Pendidikan, karena saya bukan hanya bersedia untuk mengajari anak-anak belajar tetapi juga bersedia untuk menerima konsultasi orang tua tentang pendidikan anak-anak mereka. Konsultasi mungkin tidak langsung mendapat penyelesaian dari saya tetapi saya berusaha membantu memecahkan masalahnya melalui pemberian saran dan mencarikan informasi diluar seperti dari internet.
Yang saya lakukan bukanlah tindakan besar, tetapi saya yakin dengan kehadiran orang jauh dari kota terlebih dari pulau yang jauh dari tempat ini yang berniat tulus sepenuh hati membantu anak-anak mereka untuk belajar mampu menumbuhkan pemikiran mereka bahwa “orang lain saja peduli dengan pendidikan anak-anak mereka” Jika pemikiran tersebut sudah tumbuh, sangat diharapkan kesadaran mereka sebagai orang tua juga mampu tumbuh untuk terus mendukung anak-anaknya agar mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi, agar mau berjuang menepiskan segala hambatan baik dari segi fisik maupun mental untuk terus menyekolahkan anak-anak mereka.
Klinik Pendidikan ini pula memiliki perbedaan dengan bimbingan belajar yang banyak terdapat di Kota. Perbedaannya seperti tempat belajar yang fleksibel. Biasanya saya mengajar di beberapa tempat yang berbeda, pemilihan tempat yang berganti akan membuat anak-anak tidak bosan. Bahkan tempat yang kami gunakan tidak hanya di dalam ruangan, tetapi juga di alam, Di dalam ruangan misalnya, kami memakai balai adat yang biasa digunakan jikalau ada aktivitas adat tahunan.Tidak hanya balai adat, penggunaan tempat in door lain adalah rumah tempat saya tinggal yaitu di rumah Pembakal. Ruangan tamu yang cukup besar kami jadikan ruang belajar anak-anak. Keluarga Pembakal mengizinkan jika rumah mereka digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Jadi setiap malam, anak-anak ramai mendatangi rumah Pembakal untuk belajar bersama saya. Selain itu, Klinik Pendidikan ini juga dilaksanakan di luar ruangan atau out door. Biasanya pemilihan tempat tergantung pada cuaca, jika cuaca cerah kami dapat belajar dimana saja seperti di Air terjun Riam Barajang atau Riam Hanai, Sungai, Taluk, Lapangan Sekolah, dan lain sebagainya. Saya membuat tempat yang berbeda dan juga di alam bertujuan agar anak-anak tidak bosan dalam belajar.Bahkan bentuk pembelajaran tidak harus lama dan tidak harus formal. Sekedar saling bercerita namun tetap menyelipkan ilmu pengetahuan kepada mereka.
Selain strategi tempat yang berpindah, strategi metode pembelajan yang saya laksanakan juga berbeda. Saya membuat metode kreatif bertemakan “Smart and Fun”. Metode tersebut dibuat sekreatif mungkin agar anak-anak yang notabenenya masih sangat suka bermain akan merasakan bermain tetapi esensinya adalah belajar. Misalnya saja melalui games Benar atau Salah yang pelaksanaanya mirip permainan ranking 1, hanya saja benar atau salahnya menggunakan tangan dengan cara berbeda. Hal itu sangat menyenangkan dan tidak memerlukan alat-alat yang mungkin sulit untuk dibawa. Atau membuat olahan barang bekas untuk dijadikan bahan belajar yang kreatif seperti “My Bottle” botol Aqua bekas dipotong setengah dan ditempel di kardus yang sudah di potong membentuk persegi. Di aqua tersebut dihias dengan kertas origami yang sudah ditulis nama tiap-tiap anak dan kertas kardus tersebut di tempel di dinding. Jadilah media pembelajaran menulis. Setiap anak diharuskan menulis surat dan dimasukkan ke botol temannya. Metode ini cukup sederhana tetapi sangat menyenangkan buat anak-anak. Tidak hanya itu saja, ada pula Kalender Tempel. Kalender ini juga terbuat dari bahan bekas seperti kertas kardus dan kertas karton biasa. Kertas kardus di buat kotak-kotak seperti kalender yang hanya ditulis nama-nama hari saja, sedangkan untuk tanggal, bulan, dan tahun di tulis di kertas karton yang digunting seukuran kotak-kotak yang dibuat di kardus tadi. Lalu ditempel dengan double tape atau masking tape sesuai kalender yang sebenarnya. Setiap tanggal dibuat warna karton yang berbeda, angka genap yaitu 2,4,6,8,10 dst… dibuat warna merah, dan angka ganjil yaitu 1,3,5,7,9 dst… dibuat warna biru. Selain mengajarkan tentang nama-nama hari dan bulan, anak-anak juga dapat lebih paham tentang perbedaan bilangan genap dan bilangan ganjil.
Semua hal tersebut dibuat dengan maksud agar anak-anak tidak bosan belajar dan membuat belajar mereka menyenangkan. Bahkan banyak games dan tepukan-tepukan jikalau mereka sudah penat dan bosan dalam kegiatan belajar di Klinik Pendidikan ini. Klinik Pendidikan hanya sekedar konsep namun memiliki dampak yang sudah cukup terlihat. Misalnya saja saya sering mengikut sertakan anak-anak dalam perlombaan-perlombaan seperti lomba menulis surat, lomba olimpiade sains, lomba cerdas cermat dan lain sebagainya. Anak-anak cukup senang, sembari saya memberikan penguatan mental pemenang. Tujuannya jika mereka kalah, mereka tidak akan terpuruk dan jika mereka menang, mereka tidak akan sombong. Anak-anak kini siap menghadapi kemenangan ataupun kekalahan. Tidak hanya itu saja, bahkan berdampak pada kepedulian orang tua kepada anak-anaknya. Saat ini luaran nyata yang terlihat adalah 2 orang tua siswa mengatakan kepada saya bahwa mereka sudah bertekat untuk menyekolahkan anaknya hingga sarjana. Mereka akan menabung dan mengirimkan anaknya ke kota untuk sekolah dan akan menjemput anaknya jika sudah sarjana. Sebagai wujud nyata keinginan tersebut, kedua orang tua tersebut meminta bantuan saya untuk mencarikan sekolah bagi anaknya di Kota serta kos untuk mereka tinggal. Hal itu akan dilakukan jika mereka sudah menginjakkan bangku SMP atau SMA sekitar 2 atau 3 tahun lagi saat dirasa kedua anak tersebut sudah cukup dewasa untuk dikirimkan ke kota. Harapannya, kepedulian tersebut menular kepada orang tua yang lain dan membantu upaya pemerintah agar anak-anak tidak putus sekolah.
[1]Bibinian sebutan perempuan dalam Bahasa Dayak
[2]Lalakian sebutan laki-laki dala Bahasa Dayak
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda