SCABIES, Penyakit Kulit yang Menular

Anies Wahyu Nurmayanti 10 Agustus 2012

           Pagi hari terlihat dari pintu masuk sekolah seorang siswa berjalan terseok-seok menuju kelas. Mata ini seolah terganggu dengan kedatangan siswa tersebut. Lama-lama semakin dekat dengan pandangan mata. Tangan anak ini terdapat luka seperti cacar air, lehernya pun ada bulatan yang mengering. Tak lama kemudian mata beralih ke bawah, awiiii.... di belakang betis anak ini ada luka bakar yang melebar seperti luka terkena air panas. Tiba-tiba ada siswa datang dan mengatakan, “Ibu, sebut saja Y kemarin kena tumpah bubur di rumahnya. Betisnya itu terkena bubur panas”. Pantasan saja jalannya seperti itu. Y, apa benar betismu kena bubur? Iya ibu, menjawab dengan raut wajah yang takut. Selesai apel pagi dan bersalaman dengan Bapak/Ibu Guru serta semua siswa, satu per satu siswa mulai masuk ke kelas masing-masing. 

                Y berjalan setengah mati menuju ruang kelas II. Semangat untuk belajar di sekolah telah menyurutkan rasa sakit di kakinya. Dia setiap pagi pergi ke sekolah berjalan kaki berangkat pukul 06.00 dari rumah. Jarak rumahnya ke sekolah cukup jauh, sesampai di sekolah Y agak terlambat dengan kondisi luka di betis kakinya. Sayangnya, Y belum lancar bahasa Indonesia sehingga sangat kesulitan berbicara dengannya. Untung saja ada Pak Guru yang membantu  menerjemahkan ke dalam bahasa daerah. Percakapan ini berlanjut dengan diskusi guru-guru di sekolah untuk membantu pengobatan. Melihat kondisi orang tuanya serba kekurangan, tidak mempunyai pekerjaan tetap dan anaknya banyak. Guru-guru bersepakat menyumbang biaya pengobatan Y.

                Dua hari yang lalu, datang berkunjung ke rumah Y menemui orang tuanya untuk menanyakan penyebab sakit yang diderita Y. Namun, orang tuanya pergi bekerja dan Y tinggal di rumah sendirian. Sungguh sangat disesalkan ingin segera membawa anak ini berobat, tetapi belum tahu apa sakitnya. Orang tuanya pun kurang perhatian kepada anaknya. Keesokan harinya bertemu dengan ayah Y dan menanyakan apa sebab penyakit Y serta meminta izin untuk dibawa berobat.

                Sore ini, Y dibawa ke dokter. Kata dokter, Bapak/Ibu penyakit Y susah disembuhkan tidak bisa satu kali berobat. Sudah berapa lama sakitnya? Sudah dari libur semester Dok, mamanya pernah membawanya berobat ke rumah sakit namun belum sembuh juga. Sudah lama juga ya sakitnya, kata dokter. Anak ini terkena penyakit Scabies, awalnya menyerang alat kelamin kemudian menjalar di sekujur tubuhnya. Scabies disebabkan oleh banyak faktor bisa dari kutu kotoran hewan, air yang kotor, sanitasi yang kurang bersih, kekebalan tubuh menurun. Bisa juga pada waktu masih bayi tidak diberi ASI ataupun sudah diberi makan sebelum umur enam bulan.

       Alergi terhadap makanan dan air kotor sebagai pemicu penyakit ini. Scabies termasuk penyakit menular, bisa melalui pakaian yang dipakai, tidur bersama penderita, dan lain-lain. Anggota keluarga atau kerabat dekat bisa saja mudah tertular. Makanan yang boleh dimakan adalah nasi putih, sayur, tempe, tahu, dan daging sapi tanpa vetsin (penyedap rasa). Seumur hidup makanan itu yang bisa dimakan, kalau lupa menaruh vetsin dan makan ikan laut maupun makanan yang dilarang akan cepat kambuh sakit itu. Dalam masa penyembuhan maupun pasca penyembuhan harus diperhatikan menu makanan yang dimakan. Bekas sakit ini tidak bisa hilang sampai berumur 12 – 13 tahun. Pengobatan dilakukan selama kurang lebih empat kali dan setiap satu minggu sekali wajib kontrol.  

      Setelah berbuka puasa dan menunaikan sholat mengantar Y ke rumahnya. Dengan pelan-pelan dan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang tuanya diberikan penjelasan mengenai sakit yang diderita Y dan cara merawatnya. Ternyata kakak Y sudah tertular, berawal dari adiknya sekarang Y dan kakaknya terkena scabies. Orang tua Y mau menerima penjelasan dan pengarahan untuk menjaga kebersihan tubuh termasuk pakaian, air mandi, dan makanan yang bisa dimakan. Kondisi yang serba pas-pasan, orang tua Y bersedia merawat Y dan kakaknya hingga sembuh dan memberikan makanan sesuai anjuran dokter. Semoga bapa mamanya diberikan kesadaran untuk lebih memperhatikan anaknya tidak hanya sibuk bekerja.

       Berdasarkan cerita dari beberapa orang tua, penyakit ini sering menyerang anak-anak. Anak-anak sering bermain di pasir, di got, air kotor tempat hewan seperti babi, anjing, sapi, kerbau, kambing mandi dan mengeluarkan kotoran. Selain itu juga, makan makanan ringan seperti chiki bisa menyebabkan alergi. Y adalah salah satu anak yang menderita scabies. Masih banyak anak lain yang terkena penyakit itu dan tidak pergi berobat ke dokter. Penyuluhan mengenai kesehatan sangat penting. Pendekatan secara personal maupun pemberitahuan dalam rapat desa, posyandu, ataupun pertemuan-pertemuan lainnya sangat dibutuhkan. Kebersihan badan, lingkungan, cara mandi yang benar, dan bahaya makanan yang mengandung pengawet serta penyedap rasa perlu diberitahukan kepada siswa sejak dini. Guru, orang tua, siswa, dinas kesehatan, pemerintahan desa, pemda disarankan untuk bekerja sama dalam mencegah penyakit scabies ini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua