Mami Jeanne

AnggiPresti Adina 2 Mei 2015

Orang-orang akrab memanggilnya Tante Jannah. Tapi berkat keakraban kami (para PM IX) dengannya, akhirnya kami punya sapaan nge-hits untuknya, yaitu “Mami Jeanne”. Beliau tak lain adalah Ibu angkatku di penempatan. Sosoknya inspiratif. Bahkan atas nama keberlanjutan, beliau tergolong kaum penggerak lokal karena aksi nyatanya untuk lingkungan di sekitarnya, termasuk pendidikan anak.

Wanita yang menjadi transmigran mengikuti suaminya ini merupakan tamatan SD dengan tambahan paket B. Menikah di usia sangat muda juga karena dijodohkan oleh orang tuanya. Tetapi semangatnya gak pernah padam bahkan aku yang baru beberapa bulan tinggal dirumahnya terkadang ngerasa jiper alias “Da aku mah apa atuh” kalo dibandingkan dengan perjuangan Ibu Jannah untuk Desa Rantau Panjang ini.

Gimana enggak??Kegiatan beliau setiap harinya adalah sebagai berikut; pagi-pagi pergi ke pasar belanja kebutuhan warung dan dapur, pulang kerumah kemudian berkreasi di dapur demi terciptanya gorengan yang rasanya ajib dan digemari satu desa. Setelah itu, sore hari adalah waktu dimana Ibu Jannah mengajar ngaji anak-anak di Taman Baca Rumah Pintar. Tak hanya itu, Ibu Jannah plus Bapak Samsul (suami Ibu Jannah sekaligus Ketua RT yang selanjutnya merupakan Bapak angkatku)   aktif menggerakkan warga melalui rapat dan kerja bakti bulanan warga. Tambahannya, kelompok qasidah dan pengajian ibu-ibu warga transmigran di desa kami juga greget dihidupkannya untuk sekedar agenda latihan rutin atau persiapan manggung.

Banyak tambahan hal-hal menggembirakan dari pergerakan nyata beliau selama ini, contoh konkretnya adalah; beliau bukanlah guru ngaji biasa, karena acapkali mengajak anak-anak menulis karangan dengan tema diri sendiri, keluarga, teman, dan rumah pintar, bahkan menambahkan agenda seperti menjenguk orang sakit, membuat tabungan bersama, mengadakan perlombaan dalam rangka hari besar Islam, mengajak anak-anak menginap dan mendirikan sholat tahajjud berjamaah, serta membersihkan lingkungan rumah pintar secara gotong-royong.

Lain halnya nih kalau Ibu Jannah sedang berperan sebagai Ibu RT. Warganya dibiasakan setiap rapat dan kerja bakti menggunakan teknik fasilitasi (alamak, ternyata beliau jago betul memfasilitasi warganya). Aksinya setiap mendampingi Bapak adalah membuat pertanyaan terbuka tentang kondisi lingkungan terkini yang perlu ditingkatkan di RT 07, seperti kondisi jalan, rumput-rumput liar di sepanjang jalan, de el el yang berkaitan tentang kehidupan bertetangga dan warga di desa. Kemudian daripada itu, untuk mewujudkan masyarakat madani, kreatif, sehat, dan agamis (seperti slogan Mami Jeanne), seluruh masukan dari perwakilan warga yang datang rapat ditampung dan dirumuskan bersama menjadi sebuah kesepakatan yang adil, praktis, dan menyenangkan semua pihak.

Berangkat dari semangat sederhana ‘Mengedukasi Banyak Orang’, Ibu Jannah seperti tak pernah kehabisan tenaga dan waktu untuk terus menggerakkan semua pihak dengan aneka kegiatan yang dikemasnya secara apik.

“Duh Nggi, yang Ibu punya di dunia ya cuma semangat ini, Ibu dulu mah kan gak  sekolah tinggi, Ibu bisanya ngaji sm nyanyi qasidah, ya Ibu ajarin warga, biar mereka semangat dan punya kegiatan lain”

Ya, Ibu berkata demikian jika sedang bercerita tentang Desa ini kepadaku. Aku kerap cuma bilang “Emmmm,,gitu ya Bu” sambil berdecak kagum dalam hati dan kehabisan kata. Udah cantik, baik, tergolong penggerak lokal pula. Begitu kiranya jika aku sedang menceritakan Mami Jeanne kepada orang lain. Terimakasih Ibu atas semangatnya. Terimakasih atas inspirasinya, Bu. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua