Ujian Praktek Sekolah

Angga Oktra Pria Fambudi 3 April 2015

Bulan Maret tiba, artinya waktu untuk ujian nasional sudah semakin dekat. Sebelum menyambut ujian nasional di bulan Mei nanti ada satu ujian yang harus mereka lakukan, ujian praktek. Ujian Praktek di SDN Tarak ini rutin dilakukan pada bulan maret setiap tahunnya. Sebelum ujian dimulai aku menginformasikan perihal ujian ini kepada mereka agar mereka bisa bersiap – siap sebelum ujian dimulai;

                “Anak – anak hari Rabu kita mulai ujian praktek sekolah. Rabu, kamis, jumat dan sabtu. Ujian pertama hari rabu adalah ketrampilan, kamis praktek sholat kemudian jumat olah raga, terus sabtu bahasa Indonesia dan IPA !”

                “Ninooo.....”  terdengar mereka sedikit berteriak terkejut. Kemudian mereka menyahut lagi

                “Ujian praktek nya apa saja Pak Guru?”

                “ Ujian Praktek nya sama seperti ujian praktek tahun kemarin, ada olah raga, praktek sholat dan juga ketrampilan. Untuk olahraga nya ada lari 100 M, lompat jauh dan juga lompat tinggi. Sedangkan praktek sholatnya adalah proses sholat mulai dari wudlu kemudian langsung sholat seperti biasa. Kalau IPA kita pakai alat peraga saja nanti sedangkan Bahasa Indonesia membuat puisi dan membacanya!”

                “Oh, iya Pak Guru.... Siap !!”

                “ Nah tapi untuk ujian ketrampilan tahun ini berbeda dengan tahun kemarin nak. Tahun kemarin kan bermain musik, sekarang ujian ketrampilan nya adalah memasak”

Sambil menjelaskan aku menuliskan mengenai jalannya proses ujian ketrampilan di papan tulis karena ujian ini baru pertama diadakan di SDN Tarak ini.

                Ujian ketrampilan memasak kami bertemakan “Makanan Tradisional”. Semua bahan makanan harus benar – benar alami seperti keadaan beberapa puluh tahun yang lalu di pulau. Hal ini berarti tak ada nasi, hanya ada penggantinya yakni singkong, keladi dan juga pisang. Untuk menemaninya tak lupa ada sayur dan juga ikan. Temanya “Tradisional” jadi semua proses pemasakan nya pun harus benar – benar alami sehingga tak ada yang digoreng, semuanya di bakar ataupun direbus. Sedangkan untuk pelaksanaannya mereka akan dibagi menjadi dua kelompok karena dikelas enam yang kuajar hanya ada 13 siswa saja. Mendengar informasi tersebut mereka terlihat sangat antusias sekali untuk segara melaksanakannya dan sesaat setelah itu merekapun langsung berunding dengan kelompok masing – masing untuk pembagian tugasnya.

                Hari rabu pun tiba. Anak – anak kelas enam hari ini tidak pergi kesekolah karena mereka memasak makanan mereka diluar sekolah. Meskipun diluar sekolah namun akan tetap ada inspeksi mendadak ke rumah dimana mereka memasak untuk melihat proses kerjasama mereka dalam memasak. Mulai dari pagi hari sudah kulihat mereka sibuk dengan kegiatan mencari dan mengolah bahan. Anak laki – laki bersiap dilaut dengan perahu kecil mereka untuk mencari ikan sedangkan yang perempuan mengiris sayur dan menyiapkan bahan dirumah. Sayur yang diolah pun punya usaha keras tersendiri untuk mencarinya. Sehari sebelumnya mereka semua bergerombol pergi naik kegunung dibelakang gunung untuk mencari rebung, pare dan juga daun genemo (melinjo). Semua bahan dicari dengan perjuangan di supermarket terbesar dan terlengkap mereka, Alam. Disini alam masih menyediakan segala yang mereka butuhkan, sehingga tak perlu mengeluarkan uang untuk belanja dipasar karena memang tak ada pasar juga disini.

                Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIT. Satu persatu anak – anak datang kesekolah membawa hasil masakan mereka masing – masing. Dimeja yang mereka tata rapi sudah terlihat satu persatu makanan mulai tertata. Ada pisang rebus, singkong, keladi, jagung, sayur tagas – tagas (Sayur dari daun pepaya), sayur pare, bubur kelapa dan tak ketinggalan ikan bakar. Setelah diperhatikan semua makanan tersebut hanya dibakar dan direbus seperti kriteria awal, alami dan tradisional. Melihat hal tersebut ingin sekali segera menilainya untuk kemudian menyantapnya, namun hal tersebut tak bisa dilakukan karena pada siang hari ini kami dari pihak sekolah mengundang para tokoh tetua kampung untuk ikut datang mencoba mencicipi hasil ketrampilan memasak anak – anak SDN Tarak.

                Acara sambutan untuk siang ini tak berlangsung lama. Setelah sambutan dan proses penilaian makanan oleh dewan guru selesai para tetua kampung beserta dewan guru dan anak – anak pun mulai menyantap hidangan yang ada. Terasa sekali kehangatan kala itu. Beberapa tetua pun menyatakan serasa kembali ke waktu ketika mereka masih muda. Aku dan anak – anak pun tertawa mendengar hal itu dan kemudian melanjutkan menyantap makanan yang telah ada. Setelah kami semua selesai makan, acara siang itupun ditutup dengan kegiatan membersihkan kelas karena esok harinya akan dipakai kembali untuk belajar.  

                Ujian praktek hari kedua dimulai. Hari ini semua anak – anak sudah bersiap di masjid menggunakan baju kokoh dan mukena mereka untuk praktek sholat. Praktek sholat ini dilaksanakan di masjid agar anak – anak bisa lebih leluasa dan tak usah repot membawa tikar untuk kesekolah. Ujian kali ini dimulai dengan kegiatan awal berwudlu. Anak – anak satu persatu berwudlu lengkap dengan doanya. Berwudlu memang sudah menjadi kegiatan harian mereka sebelum pergi sholat, namun ketika ujian datang ada saja dari mereka yang lupa akan doa nya sehingga aku hanya bisa geleng – geleng melihatnya. Mungkin mereka gugup karena tahu hari ini adalah ujian.

                Setelah proses wudlu usai satu persatu dari mereka mulai memasuki masjid untuk praktek sholat. Di dalam masjid sudah menunggu Ibu Tin yang hari ini membantuku untuk proses ujian praktek agama ini. Satu persatu anak – anak mempraktekkan gerakan sholat dan bacaan nya. Kali ini mereka harus melafalkan bacaan nya secara jelas agar bisa dilihat apakah mereka sudah benar – benar hafal dengan bacaan sholat. Sekitar dua jam akhirnya praktek sholat pun usai. Setelah itu aku langsung memulangkan mereka untuk bersiap ujian praktek esok harinya.  

                Hari jum’at tiba, pagi hari anak – anak sudah rapi menggunakan baju olahraga dan sudah melakukan pemanasan. Setelah pemanasan usai kamipun langsung memulai tes pertama. Tes pertama adalah ujian lari 100 M. Pada tes lari ini mulai terlihat bakat alam mereka. Fisik mereka kuat dan lari 100 M ini bisa mereka selesaikan dengan baik sekali. Aku sempat berdecak kagum melihat hasil tes mereka. Lari 100 M ini memang tak seberapa jika mengingat setiap hari hutan yang menjadi tempat bermain mereka ketika sedang tidak sekolah.  

               Tes kedua dimulai, kali ini tes nya adalah lompat tinggi. Normalnya untuk lompat tinggi ini diperlukan tiang penyangga dan juga matras untuk tumpuan mendarat mereka. Namun, karena semua alat tersebut tidak ada kamipun mencari alternatif lain. Seperti pribahasa, tak ada rotan akar pun jadi, kami dari pihak sekolah mengakali alat yang tidak ada tersebut dengan segala yang tersedia. Besi untuk mengukur tinggi loncatan kami ganti dengan batang daun kelapa, sedangkan untuk tiang penyangganya kami meminta bantuan anak yang tidak ujian untuk memegang batang daun kelapa menggantikan posisi tiang penyangga. Setelah itu kami mencari tanah yang gembur untuk menjadi tumpuan mendarat mereka. Semua alat siap kamipun siap memulai tes lompat tinggi. Satu persatu terlihat anak – anak meloncat dengan lancarnya. Alat pengganti yang disediakan seakan tak menjadi masalah dengan mereka. Mereka malah senang bisa berloncatan untuk kemudian mendarat di atas tanah gembur yang alam sediakan. Seolah mereka telah menjadi satu bagian dengan alam itu sendiri. Tak ada rasa takut dan ragu pun dari mereka untuk meloncat tinggi – tinggi dan kemudian mendarat di tanah gembur lapangan.

                Lompat tinggi selesai, tes lompat jauh pun dimulai. Untuk lompat jauh ini kami tetap menggunakan tempat yang sama dengan yang kami gunakan untuk lompat tinggi. Lagi – lagi karena tak ada lapangan khusus untuk lompat jauh kami harus menggunakan apa yang kami temukan di sekitar. Namun sekali lagi hal itu seakan tak menjadi masalah. Anak – anak tetap santai saja dengan medan lapangan gembur yang kami sediakan. Satu persatu dari mereka meloncat dan mendarat mulus dengan lancar mulai dari peserta pertama sampai yang terakhir.

                Setelah ujian praktek olahraga, anak – anak pun bersiap untuk mengikuti ujian praktek terakhir esok harinya. Dihari sabtu ini mereka akan membaca puisi yang mereka buat dan juga mempraktekkan proses terjadinya gerhana matahari. Ujian bahasa Indonesia dimulai terlebih dahulu. Satu persatu dari anak – anak kelas enam mulai membaca puisi karyanya dan juga menjelaskan tentang cerita dibalik puisi yang mereka buat. Anak – anak melewati ujian pertama ini dengan lancar. Hobi mereka setiap kali menulis di diary memang membuat puisi, pantun dan juga cerita pendek. Jadi aku hanya bisa memberikan acungan jempol atas keberhasilan mereka di ujian ini.

                Namun ujian praktek belum selesai. Masih ada ujian IPA dihari yang sama menunggu. Sejenak setelah ujian Bahasa Indonesia selesai kamipun bersiap dengan alat peraga sederhana yakni globe, bola tennis, bola pimpong dan juga senter. Pada ujian kali ini kami akan mempraktekkan proses terjadinya gerhana. Setelah semua alat siap kamipun memulainya. Ujian praktek terakhir pun berjalan lancar seperti ujian dihari –hari sebelumnya.

                Dengan diselesaikannya praktek IPA, ujian praktek pun selesai. Semuanya berjalan lancar tanpa hambatan dan yang paling penting aku bisa melihat mereka semua menikmati ujian praktek yang berlangsung selama empat hari ini. Setelah itu akupun mengumpulkan anak – anak kelas enam untuk menutup ujian praktek yang telah kami selenggarakan. Sebelum pulang kamipun merayakannya dengan menikmati kelapa muda di pantai depan sekolah bersama - sama. Disitu bisa kulihat wajah senang mereka karena telah menyelesaikan tahap ujian awal menuju ujian terakhir di bulan Mei nanti. Kalau dilihat dari wajah mereka sepertinya mereka telah siap, tinggal menjaga semangat mereka saja agar tidak redup kala ujian nanti. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua