info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Trilogi Perjuangan Anak – Anak Karibia Part 3# Kepastian Yang Kutunggu

Angga Oktra Pria Fambudi 27 Desember 2014

Berada dikota cukup tak selamanya terasa menyenangkan bagi semua orang. Termasuk anak anakku ini. Biasanya hari – hari mereka habiskan dengan berjalan digunung, memancing ikan di jembatan kampung atau bahkan menembak ikan di lautan depan kampung. Namun ketika dikota semua hal itu tak bisa mereka temukan. Didepan rumah tempat kami tinggal sementara hanya ada pekarangan dengan pohon mangga yang tumbuh dengan suburnya, sedangkan ketika kami berjalan agak jauh kedepan sudah terlihat hamparan aspal hitam yang dilalui oleh kendaraan – kendaraan bermotor. Hal yang sunguh berbeda sekali dengan dikampung, pasir putih halus dan lembut terhampar dengan luasnya dan tentunya tidak ada kendaraan bermotor kecuali mesin kapal saja. Meskipun berada jauh dari kampung dan orang tua tak membuat buat anak – anakku berlama – lama bersedih. Mereka tetap riang karena keinginan mereka untuk tampil lebih besar daripada kerinduan mereka akan kampung dan segala kesenangan nya.

        Hari ini tanggal 15 November, sudah hampir satu minggu kami berada dikota. Kami bertahan demi menunggu hari penampilan kami di pentas hiburan yang diselenggarakan untuk memeriahkan HUT Kabupaten, Fakfak –Papua Barat. Persiapan kami untuk hal ini sudah bisa dikatakan maksimal sekali, mulai dari perjalanan mencari bekal, latihan untuk siaran di RRI dan juga latihan untuk tampil tari Indang tanggal 16 November besok. Kalau bisa dikatakan, anak – anak ini telah menghabiskan waktu mereka 2 minggu terakhir untuk latihan sampai malam hari, karena paginya mereka ada sekolah siang les, sore mengaji dan malam baru bisa melanjutkan latihan.  

        Perjuangan untuk tampil dikota ternyata tak semulus teduhnya air dilautan. Sampai H – 1 dari tanggal perayaan kami belum mendapatkan kepastian jadwal tampil kami, bahkan aku sempat dioper – oper dari satu orang ke orang yang lainnya  macam bola hanya untuk menanyakan kepastian penampilan anak – anakku. Khawatir itu sudah pasti, karena mereka berani berkorban sebesar ini kerena mereka percaya bahwa aku bisa membawa mereka siaran di RRI dan juga perayaan tanggal 16 besok. Siaran di RRI selesai dengan memuaskan, sekarang tinggal penampilan di perayaan HUT Fakfak yang belum jelas kisahnya. Aku tak ingin membuat anak – anak ini kecewa karena misskomunikasi dengan panitia yang masih serba tak karuan persiapannya itu. Yang kuinginkan hanyalah bisa membuat mereka berani tampil didepan umum melalui pertunjukan tari Indang yang merekakuasai.

        Ketika kekhawatiranku memuncak, akhirnya aku menemukan sebuah jalan menuju titik terang untuk penampilan anak –anakku. Aku harus bertemu orang yang benar – benar berpengaruh di kabupaten ini untuk meminta rekomendasinya agar anak – anak bisa tampil. Namun untuk bertemu saja tidak segampang itu, aku harus menunggu beliau punya waktu kosong agar bisa berbicara santai mengenai ini. Waktu yang tepat pun didapat, namun ada syarat yang harus kupenuhi yakni dengan menjadi volunteer notulensi rapat adat yang diadakan dikabupaten. Kalau boleh jujur aku malas sekali untuk datang, namun demi anak – anak apapun akan kulakukan kali ini.

        Tanggal 16 pagi aku sudah ada di gedung rapat adat. Aku tak datang sendiri namun aku mengajak seorang temanku yang kisahnya juga sama sepertiku, “ Menunggu Kepastian”. Kami berdua mengahadiri dan mencatat hasil rapat itu sampai akhirnya rapat selesai. Setelah rapat akupun langsung menemui orang yang punya kuasa tersebut dan akhirnya aku di berikan nomor seseorang yang nanti malam menjadi koordinator dalam malam perayaan HUT Kabupaten tempat anak – anakku tampil. Waktu itu langsung saja kutelepon orang tersebut dan akhirnya kepastiannya kudapatkan juga. Seusai mendapat kepastian tersebut akupun langsung pulang dan berpamitan dengan beliau yang memberikan nomor tersebut dan juga beberapa orang yang kukenal di dalam rapat. Tanpa tunggu lama lagi siang hari itu aku dan temanku langsung pergi ke tempat masing – masing untuk mempersiapkan anak – anak.  

        Sesampainya di rumah kepsek tempat kami menginap akupun langsung mengabarkan berita bahagia ini kepada semuanya. Sontak pada saat itu semua orang merasa senang sekali mendengarnya. Sejenak, kamipun langsung menyiapkan anak – anak mulai dari kostum mereka, makanan untuk sebelum berangkat dan juga transportasi untuk pergi ke tempat penampilan. Siang sampai malam tersebut menjadi hari paling menyenangkan sekali karena akhirnya aku bisa memenuhi janjiku untuk membawa mereka tampil di kota.

        Malam itu di tempat penampilan penonton ramai sekali berdatangan. Bukan hanya orang dari kota saja namun ternyata ada kejutan lain yang datang. Ada lumayan banyak orang – orang dari kampung yang ternyata sengaja datang untuk melihat penampilan anak – anak kampung mereka. Senang sekali melihat hal ini. Sebelum giliran penampilan mereka, sempat terlihat kegelisahan diwajah anak – anak karena mereka melihat penonton yang amat banyak tersebut mulai memenuhi lapangan tempat penampilan berlangsung. Melihat hal itu aku hanya bisa menenangkan mereka dan segera mengajak mereka berdoa agar mereka bisa sedikit tenang.

        Waktu tampil pun datang, anak - anak segera naik ke atas panggung dan menata posisi. Mereka berbaris lurus kemudian duduk dan mulai menari. Ketika diatas panggung keraguan dan rasa gugup di wajah mereka mulai hilang. Anak – anakku sepertinya sudah mulai menikmati penampilannya. Senang rasanya bisa melihat mereka berani tampil didepan publik seperti ini. Setelah mereka turun akupun memberikan applause kepada mereka sambil tak lupa memgabadikan momen kebehagiaan mereka pada waktu itu.

        Akhirnya perjuangan kami dikota pun selesai. Hampir satu minggu berada jauh dari kampung ternyata membawa kenangan tersendiri di benak kami masing – masing. Anak anak telah berani menunjukkan kehebatan mereka dan akupun senang bisa membawa mereka sampai sejauh ini melewati zona nyaman mereka. Paling tidak dengan membawa mereka sampai sejauh ini aku bisa mulai mendeteksi potensi mereka masing – masing. Sekarang tinggal kami pulang kekampung dan belajar lagi seperti biasa untuk mengejar ketinggalan pelajaran satu minggu ini.  Semoga lautan kan bersahabat juga esok hari. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua