Tanggal Merah

Angga Oktra Pria Fambudi 26 Mei 2015

Hari ini tanggal 14 mei, aku mengajar sekolah seperti biasanya. Tak ada yang berbeda kecuali  hari ini kepala sekolah tidak mengajar bersamaku dan juga guru honor lainnya disekolah. Ditengah – tengah pelajaran berlangsung tiba – tiba seorang muridku ada yang ijin keluar. Aku mengijinkannya dengan syarat dia segera kembali kekelas. Sang murid pun keluar dan aku melanjutkan pelajaran seperti biasanya. Beberapa menit setelah itu kulihat muridku tersebut sudah berada didepan pintu namun aku heran kenapa dia tidak mau masuk. Kuhampiri pintu tersebut dan kemudian aku bertanya kepadanya

                “Usman kenapa kau tidak masuk?”

                “ Kaki beta Pak Guru. Sakit terkena beling!” sambil menunjukkan kakinya yang berdarah – darah.

                “ Aduh kenapa kok bisa sampe begini, ya sudah sekarang kau pergi ke ibu suster biar di bersihkan” Kemudian aku memanggil dua murid lainnya untuk mengantarnya ke Polindes disebelah sekolah. Setelah itu aku masuk kekelas untuk melanjutkan mengajar kelas lima dan enam yang kuajar.

                Sekitar lima belas menit kemudian usman datang kekelas dan terlihat tersenyum kesenangan. Melihat reaksi itu aku pun bertanya kepadanya.

                “ Kenapa man kau terlihat senang sekali begitu?”

                “ Itu Pak Guru, Kata Ibu Suster hari ini libur!”

                Aku kaget mendengarnya , maklum aku belum mempunyai kalender dirumah selain kalender di Handphoneku saja. Kukira dua guru honor yang mengajar bersamaku sudah mengetahuinya, ternyata mereka juga belum tahu. Setelah itu aku cek kalender dirumah Ibu Suster kemudian aku hanya bisa menepuk kepalaku. Aduh, ternyata hari ini memang libur dan bukan hari ini saja, melainkan beberapa hari lalu ternyata juga ada libur tanggal merah. Kemudian aku kembali ke kelas dan menginformasikan hal ini kepada anak – anak dikelas.

                “ Anak – anak, sudah tahu kalau hari ini sebenarnya hari libur?”

                “ Beluuuum Pak Guru!!” jawab mereka serentak.

                “ Bagus sudah, kalian memang anak – anak rajin!” kemudian anak – anak satu tertawa semuanya.

                “ Begini, hari ini itu seharusnya libur, tapi karena Pak Guru lupa tidak cek kalender jadinya Pak Guru kasih masuk”

                “ Oh iya Pak Guru. Tidak apa sudah” Jawab mereka tanpa terlihat adanya rasa menyesal telah masuk sekolah.

                “ Yasudah kalau begitu, sebentar lagi kelas lima sudah bisa pulang kalu sudah selesai mengerjakan soal IPA yang Pak Guru tulis, Sedangkan kelas enam tinggal dulu disekolah sampai jam sebelas nanti.”

                “Iyaaa Pak Guru”

                Sebuah kesalahan besar karena selalu lupa untuk membeli kalender. Ditambah lagi dikampung hanya ada beberapa orang saja yang mempunyai kalender, itupun bisa dihitung jari. Sebuah pelajaran yang kudapat di satu bulan terakhir menjelang kepulangan. Namun aku juga heran kenapa bisa sampai lupa akan  hari libur tersebut. Biasanya aku selalu ingat hal itu dan selalu mencatat tangal – tanggal merah di handphoneku. Yah mungkin aku sudah terlalu larut dengan suasana Kampung Tarak yang damai ini dan malas untuk mengingat tanggal kepulanganku yang sudah didepan mata. Namun tak ada salahnya juga masuk sekolah, karena sebentar lagi aku juga pasti akan merindukan sekolah tempat ku mengajar sementara ini begitupun para muridku. Sangkalku dalam hati. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua