Sepucuk Surat Dari Papua

Angga Oktra Pria Fambudi 24 Desember 2014

Perlahan kubaca satu persatu surat yang ditulis oleh anak – anakku disekolah pagi tadi. Beberapa dari mereka berkata dalam suratnya,

       “ Pak presiden, saya ingin guru disekolah ditambah biar sekolah ramai”

      “ Pak presiden, disekolahku sekarang ada 4 kelas saja, aku ingin ruang kelasku ditambah biar kelas enam bisa belajar di kelas sendiri”

       “ Pak presiden, datang kesekolah ya kalau ada libur, kami ingin bapak mengajar disekolah kami”

       “Pak Presiden, aku mau ruang kelasku ditambah agar kelas enam tidak ganggu-ganggu anak kelas lima lagi dikelas”

       “ Bapak datang ke kampung ya biar bisa molo – molo(menyelam) dengan kitorang”

       Yah, itu adalah beberapa isi surat dari anak – anakku tercinta. Hari ini aku mengajak anak – anakku untuk menulis surat, namun surat ini bukan surat biasa, melainkan surat untuk Presiden. Langsung untuk orang nomor satu di Indonesia ini. Tahu suratnya akan dikirim untuk Presiden, mereka semua sontak antusias untuk segera menulis. Banyak sekali pertanyaan yang terlontar dari mereka, seperti;

       “Pak guru, isi suratnya seperti apa?”

       “Pak guru beta boleh cerita kampung kah tidak ke pak Presiden?”

       “Pak guru”, “Pak guru”, “Pak guru” dan masih banyak lagi..

       Banyaknya pertanyaan yang terlontar menunjukkan tingginya minat mereka untuk menulis surat tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa akan ada banyak hal yang ingin mereka sampaikan ke pak Presiden. Senang melihat hal ini, karena berarti anak – anakku memang sudah mengerti dan memahami tentang pelajaran yang aku ajarkan tentang membuat surat minggu kemarin..

       Polos dan jujur, itulah kesan pertama yang aku dapat ketika membaca surat mereka. Beberapa kali aku tak kuasa menahan tawa sampai akhirnya tertawa lepas ketika membacanya. Yang mereka inginkan tidak muluk – muluk dan mungkin terkesan bukan hal yang “wah”bagi anak – anak dikota dan bagi saya sendiri, guru mereka. Ruang kelas, tambahan guru, dan bahkan ingin dikunjungi Presiden secara langsung. Itulah hal yang mereka inginkan. Tak ada satupun yang menuliskan Playstation, Mobil, jalan – jalan keluar negeri ataupun mainan terbaru. Hal itu mungkin terlalu jauh untuk mereka idamkan. Aku sempat bertanya kepada mereka akan barang – barang tersebut hari itu, namun  jawaban mereka sempat membuatku tersenyum senang,

      “Anak – anak, ada tidak dari kalian yang ingin playstation, mobil, jalan jalan dan juga mainan”

       Merekapun menjawab,

       ”ingiin pak guruuu, tapi kitong maunya pak guru baru atau bu guru baru biar kitorang ini bisa belajar setiap hari terus pergi ke jakarta lihat Monas”

       Kemudian ada lagi yang menyahut dari belakang,

       ” Benar pak guruuuu, kalau jalan - jalan kitong bisa jalan gunung pilih pala lebih enak, atau kelaut molo ikan (menembak ikan sambil menyelam) terus dibakar sambil minum kelapa di pantai”

       Aku hanya bisa tertawa mendengar jawaban mereka,

       “ Terserah kamorang sudah, yang penting kamong semua rajin belajar yah, main gunung dan mandi air garamnya dikurangi sedikit buat belajar dengan pak guru”

       Dengan kompak mereka menjawab lagi

       “ Siaaaaaaaap pak guru”

       Akupun tertawa lagi, tertawa senang melihat semangat mereka yang kelihatannya tak pernah padam itu. Namun aku tak bisa berkata banyak selain menyemangati mereka dan selalu mencarikan kesempatan bagi mereka untuk berkreasi dan berkompetisi. Apalagi kalau bukan untuk memberikan kepada mereka sebuah tujuan dan alasan untuk selalu berusaha dan berdoa agar keinginan mereka tersebut bisa terlaksana. Dan didalam surat tersebut tersirat sedikit harapan yang mereka idamkan dan mungkin hal tersebut bisa membuat mereka lebih semangat dalam mengejar keinginan mereka,  karena memang isi surat itu adalah mereka sendiri yang menulisnya. Aku tak ingin ikut campur dalam proses pembuatannya karena itu adalah isi hati mereka dan aku tak punya hak untuk mengubahnya. Biarkanlah hati mereka sendiri yang berkata sehingga kita bisa tahu apa yang mereka inginkan sehingga kita juga tahu bagaimana dan darimana harus membantu mereka untuk mewujudkannya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua