Kelas Baru

Angga Oktra Pria Fambudi 25 Februari 2015

Pagi itu aku, kepala sekolah dan ibu guru sudah siap di lapangan menggunakan baju olahraga. Seperti biasa, kami menyiapkan anak – anak untuk pemanasan sebelum olahraga dimulai. Namun setelah olah raga aku tak mengijinkan mereka untuk langsung turun kelapangan untuk memainkan bola yang selalu menjadi teman baik mereka ditiap hari jumat. Mendapati instruksiku untuk tidak mengijinkan mereka bermain bola tiba – tiba seorang anak bertanya;

                “ Pak Guru kenapa katong tara( Kita Tidak) boleh main bola?”

                “ Pak Guru punya sesuatu yang anak – anak perlu bantu pagi ini!”

                “ Bantu apa pak guru?”

Aku menunjuk kelas baru yang selama ini selalu mereka tunggu untuk digunakan.

                 “ itu , ada kelas yang harus kita bereskan sebelum dipakai!”

                “ Horeeeee, kelas baruuu”

Mereka bersorak senang sekali karena akhirnya kesempatan untuk masuk gedung baru itu tiba.

                “Nah, kalau begitu masih mau main bola atau bantu pak guru dorang buat bereskan kelas?”

Serempak mereka menjawab lagi

              “ Bantuuu Pak Guruuuu”

                Sekejap setelah itu mereka semua langsung bergerak denganku dan para guru untuk membereskan kelas yang ada. Seperti halnya gedung baru, kelas tersebut masih kosong dan masih banyak terlihat sisa - sisa proses pembangunan didalamnya. Melihat keadaan itu kamipun langsung membersihkannya. Satu persatu sapu dan kain pel masuk ke dalam kelas. Sedikit demi sedikit dua kelas baru tersebut mulai terlihat makin bersih. Setelah proses pembersihan selesai kamipun mulai memasukkan meja dan kursi. Proses ini cukup berat karena kami harus memisah meja dan kursi dari dua kelas yang sebelumnya kami pakai untuk enam rombel, memisahkannya, menata ulang meja baru kemudian memindahkannya.

                Lelah dan keringat mulai mengucur di kening kami semua. Meskipun begitu tak terlihat adanya keluhan diwajah anak – anak ini ketika membantuku dan para guru untuk membereskan kelas baru ini. Mungkin mereka senang karena kelas yang selama ini mereka tunggu akhirnya hadir didepan mereka langsung. Sekitar tiga jam kami membereskan dan akhirnya proses membereskan kelas baru pun selesai. Setelah pemberesan kelas selesai akupun mengumpulkan mereka semua dipantai depan sekolah untuk kemudian menyiapkan mereka untuk pulang dan bersiap – siap untuk sholat jumat. Sebelum pulang ada dari mereka yang bertanya;

                “Pak Guru, kelas baru itu nanti buat kelas berapa?”

                “Kelas tiga, empat dan lima, enam nak “

                “ Horeeee, seru anak – anak kelas tiga sampai kelas enam”

                “Pak Guru tanya lagi, nanti kalau masuk kelas baru sepatu dipakai atau dilepas?”

                “Dipakai nak, seperti di kelas lama sudah”

                “ Yah, padahal beta kira dilepas, jadi beta bisa bawa tikar terus belajar dibawah saja biar enak”

                “ Yang ada kamorang nanti tidur dikelas kalau belajar dibawah pakai tikar begitu”

                “Hahahahahaeeee, betul Pak guru”

Mereka semua tertawa dengan lepasnya.

               Mendengar pertanyaan itu ditambah lagi dengan semangat mereka ketika membereskan kelas tersebut membuatku tak sabar untuk menantikan esok hari ketika mereka menggunakan kelas baru. Terlihat sekali kesenangan diwajah mereka. Tak beda dengan mereka, akupun senang karena akhirnya aku tak harus melihat mereka bergantian sekolah pagi dan siang ataupun menggunakan perpustakkan untuk kelas lagi seperti beberapa waktu lalu ketika sekolah kami masih mempunyai dua ruang kelas. Akhirnya sekarang sekolah kami sudah mempunyai dua gedung baru sehingga sudah ada empat kelas yang siap dipakai dan juga satu ruangan perpustakaan sederhana. Semoga kelas ini akan memberikan motivasi lebih untuk anak – anakku dalam proses belajar mereka.

                Menutup tulisan ini akupun hanya bisa berdoa, semoga usaha kami untuk mendapatkan dua gedung tambahan untuk sekolah kami akan terjawab lagi tahun ini. Agar anak – anak bisa belajar dikelasnya masing – masing dengan fokus dan agar sekolah kami juga bisa mempunyai enam kelas seperti halnya sekolah lainnya. Amin.


Cerita Lainnya

Lihat Semua