Guru Panggilan Hati Part II #Sebuah Aksi Nyata Untuk Perubahan
Angga Oktra Pria Fambudi 7 November 20143 tahun yang lalu sekolah kami terdiri dari dua lantai, lantai kanan dan lantai kiri yang dipisahkan oleh sebuah lorong yang kosong. Meskipun begitu, anak – anak dari kelas 1 – 6 tetap dengan semangat pergi belajar kesekolah setiap harinya. Dengan hanya dua ruang kelas yang ada, para guru harus membagi dua shift belajar, yakni pagi untuk kelas 5-6 di satu kelas, dan kelas satunya kelas 1-2. Sisanya jelas disiang hari ketika kelas pagi sudah usai. Kukira berbagi hanya menjadi kebiasaan dirumah ataupun ketika bermasyarakat, namun disini ruang kelaspun harus berbagi. Haha, hal ini memang terdengar lucu dan tak jarang orang menganggap kalau kenyataan ini hanya ada cerita dalam film yang didramatisir saja, namun hal ini memang nyata adanya.
Dirumah guru, terdapat delapan tumpukan kardus berisi buku tambahan pelajaran dan juga bacaan untuk anak – anak. Disamping semua tumpukan itu, ada juga beberapa tambahan kardus yang berisi media – media pembelajaran. Semuanya barang tersebut menumpuk dan seakan tak terjamah lagi. Keadaan tersebut jelas bukan kemauan kami, namun karena memang tidak ada ruangan untuk menyimpan itu semua jadi kami sementara membiarkannya terbaring disitu sampai ada ruangan perpustakaan baru untuk menyimpannya. Sangat beresiko untuk menyimpannya dikelas karena keterbatasan almari penyimpanan dan juga tenaga yang akan menjaganya.
Tidak tahu kenapa susah sekali mendobrak pintu birokrasi untuk menambahkan gedung ruangan kelas ataupun sekedar perpustakaan di sekolah kami. Usaha penambahan ini sudah mulai dirintis sejak tahun 2011 diteruskan ketahun 2012 dan terakhir tahun 2013. Namun usaha tersebut sepertinya masih belum membuahkan hasil selain janji manis semata.
Diawal tahun 2014, ada seorang kepala sekolah baru yang bertugas dikampung kami. Pak Guru Kasim namanya. Beliau adalah orang dari kampung sendiri (Kampung Tarak) yang sebelumnya sempat mengajar di SD sebelah. Sekitar 3 tahun lalu Beliau sempat mengajar di kampung untuk beberapa bulan sebelum akhirnya berpindah mengajar lagi di SD kampung sebelah. Sempat kudengar cerita tentang beliau dari Mas arif yang menjadi Pengajar Muda pertama dikampung ini tiga tahun lalu. Mas arif berkata jika beliau ingin sekali membantu mengembangkan SD di kampungnya ini, namun pada waktu itu beliau belum mempunyai kekuatan yang cukup untuk hal itu. Rencana tersebut sempat menjadi wacana yang menggantung selama beberapa tahun karena belum adanya waktu dan kesempatan untuk melakukannya.
Sepertinya harapan yang sempat terlontar beberapa tahun lalu akan mulai menemukan titik terangnya ditahun ini. Tuhan telah menjawab keinginan beliau ini dengan akhirnya menjadikannya kepala sekolah di SD Tarak kampungnya sendiri. Dibeberapa bulan pertama beliau menjabat, kegiatan ekstrakurikuler untuk anak – anak mulai berkembang sedikit demi sedikit. Mulai dari diikutkannya anak – anak dalam kegiatan jambore di distrik(Kecamatan) sebelah yang memerlukan pengorbanan cukup besar dari sekolah, penambahan alat olahraga berupa lapangan bola pimpong dan juga pengadaan kegiatan olahraga sepak takraw yang sebelumnya belum pernah ada disekolah.
Disamping hal itu, harapan anak – anak dan warga kampung mengenai penambahan gedung sekolahpun mulai menemukan titik terang. Berkat usaha keras beliau dalam mendobrak pintu birokrasi di jajaran pemerintahan daerah, akhirnya penambahan gedung belajar untuk anak-anak pun terjawab. Setelah tiga tahun menanti akhirnya gedung sekolah baru datang kekampung. Meskipun hanya dua gedung, namun kami sangat bersyukur karena paling tidak, sekarang kami mempunyai 4 gedung sekolah untuk belajar dan anak – anak tidak harus sekolah dalam dua shift lagi seperti orang kerja dikantor.
Kukira upaya beliau akan berhenti sampai disitu, namun ternyata rasa puas beliau untuk mengembangkan sekolah masih belum terpuaskan. Dipertengahan bulan September ketika gedung sekolah masih belum selesai, tiba – tiba beliau mendatangiku dan mengutarakan keinginannya untuk membangun perpustakaan mini dilorong kelas yang ada. Alasan beliau sangat masuk akal sekali, beliau berkata jika kita menunggu bantuan gedung perpustakaan, sampai beberapa tahun kedepanpun belum tentu dijawab, jadi lebih baik kita swadaya sendiri dengan menyisihkan sedikit dana sekolah. Mendengar hal tersebut akupun merasa sangat senang, karena sepertinya harapan beberapa tahun silam akan pembangunan perpustakaan akhirnya bisa terpenuhi lagi ditahun ini.
Lorong diantara kelaspun disulap menjadi ruang perpustakaan mini. Dengan hanya bermodal triplek dan kayu seadanya yang dibeli dengan menyisihkan sedikit dana sekolah, beliau membangun perpustakaan tersebut dengan bantuan beberapa tukang. Beberapa hari setelah itu, akhirnya kamipun memindahkan buku – buku dan alat peraga yang menumpuk dirumah guru ke perpustakaan mini kami. Tak bisa kutuliskan bagaimana ekspresi kegembiraan anak – anak pada hari itu ketika mereka melihat ruangan perpustakaan baru mereka sudah jadi. Mereka sangat senang dan kemudian beramai – ramai membantu mengangkat, membersihkan dan juga menata buku diperpustakaan. Sekarang sudah ada perpustakaan disekolah, anak – anak akhirnya bisa membaca buku disekolah dengan senang, karena pilihan bukupun sudah mulai banyak.
Disuatu sore, aku sempat mengobrol santai dengan beliau di pantai depan sekolah untuk menghabiskan sore. Kita berbicara banyak sekali mengenai sekolah dan juga perkembangan akademik anak-anak disekolah. Tiba – tiba ditengah obrolan tersebut terselip lagi keinginan beliau akan usaha pengembangan sekolah. Disitu beliau berkata jika tahun depan, ditahun 2015 nanti, beliau ingin sekali membeli peralatan video lengkap dengan audio dan genset untuk sekolah, karena beliau ingin mengembangkan bakat anak – anak lebih jauh lagi bukan hanya dibidang akademik dan olahraganya. Akupun bertanya balik kepada beliau mengenai anggaran yang akan digunakan untuk membeli peralatan tersebut. Dengan santainya beliau menjawab, “Nanti tahun depan insyaallah, sekolah akan usahakan dana untuk itu, kita cari sudah dananya sampai dpat terus nanti kita atur mengenai penggunaan nya, selama untuk kemajuan sekolah insyaallah akan saya usahakan semaksimal mungkin”.
Mendengar hal ini aku merasa sangat senang dan termotivasi juga dengan semangat beliau ini, bisa dibilang kalu rasa ingin mengembangkan diri sendiri dan lingkungan disekitarnya sangat tinggi. Tahun ini sepertinya menjadi tahun yang dinanti sejak beberapa tahun yang lalu, keberlanjutan, keterlibatan dan juga kontribusi mulai jelas dan nyata terlihat dalam kurun waktu kurang dari satu tahun beliau menjabat. Pak guru, teruslah berkreasi, akan selalu kubantu dan kutungu inisiatif kreatifmu untuk sekolah ini....
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda