info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Tentang Kamera yang Menggantung di Leher

AndriRahmad Wijaya 23 Juli 2015

"Pak, di sini pemandangannya bagus loh. Coba liat pak”

“Wooooaaaahhhhhhhh... Iya keren banget”

“Nggak mau difoto pak?”

“HP bapak yang ada kameranya udah mati, foto pakai apa?”

“Itu yang menggantung di leher kamera kan Pak?”

Dialog di atas adalah nyata dan benar adanya. Tanpa dibuat-buat, hanya diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia yang mudah dimengerti para pembaca. Semenjak sampai di tanah Borneo ini memang kebiasaanku menggantungkan kamera di leher tidak berubah. Hanya saja seringkali keberadaan kamera itu terlupa dan luput dari otakku. Seolah kamera itu tidak ada. Hampir untuk setiap aktivitasku dengan anak-anak di desa keluputan ini menjangkit. Lucu memang, di saat sekarang tren mengarah ke selfie, foto pemandangan, foto anak-anak dan instagram aku malah jadi makin malas untuk menjepret apapun di sini. Bukannya tidak menjual di media sosial, bukannya tidak percaya dengan hasil jepretan, toh IM juga mendorong kami para PM untuk sebanyak-banyaknya mendokumentasikan. Hanya saja mungkin aku yang terlalu sentimentil dan egois.

Semenjak kejadian beberapa hari lalu itu aku memang mencoba lagi untuk kembali aktif menjepret. Namun namanya hati kalo gak pengen itu ya susah. Tapi alasan itu kemudian kusadari dan mampu ku bahasakan. Aku terlalu sayang untuk melewati semua momen di sini tanpa terlibat. Aku terlalu sayang untuk meluangkan waktu dan sejenak menjadi orang asing yang mengambil gambar. Karena saat mengambil gambar, diri kita harus keluar sejenak dari ruang dan waktu yang tengah dinikmati. Semua momen di sini begitu indah, hingga rasanya merugi jika sedikit saja aku lupa menikmati masa di sini. Egois dan sentimental, bukan?

Ini perihal prinsip, perihal pilihan. Sekarang hingga nanti entah kapan aku memilih untuk menikmati menjadi mereka. Masuk ke dalam mereka seutuhnya. Jadi, mungkin kamera ini akan tetap menggantung di leher hingga waktu yang tak bisa dipastikan. Menjadi mereka sekarang jauh lebih menyenangkan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua