Sendu di Senin Kelabu Part 2

Andrio 21 November 2011

Upacara penaikan bendera hari Senin pun terpaksa ditiadakan karena memang tidak banyak siswa yang hadir. Bahkan, hanya ada enam siswa kelas 6 yang hadir tepat waktu di sekolah. Saya dan beberapa guru memutuskan untuk menunggu siswa-siswa yang masih dalam perjalanan menuju sekolah hingga pukul setengah 9. Namun, siswa kelas 6 yang datang hanya 8 orang. Dan saya bersama dua siswa berkeliling desa menjemput para siswa yang nampaknya masih terlelap tidur setelah begadang semalaman, menikmati hiburan dangdutan.

Satu hal yang saya pelajari dari Bapak Patrya Pratama, Pengajar Muda 1 yang sebelumnya ditempatkan di desa ini, mengunjungi rumah anak-anak, mengingatkan untuk bersekolah. Kunjungan dadakan di pagi hari itu dimulai. Dan yang saya temui di tiap rumah, sesuai dengan perkiraan. Sebagian besar dari mereka masih tertidur lelap.

“Hendri, ini guru mu datang. Belum bangun dia Pak, masih tidur. Baru tadi pagi dia tidur Pak”, sala seorang wali murid menjawab ketika saya bertanya kenapa anaknya belum ada di sekolah. Sang Ibu pun berkeluh kesah, tidak bisa membangunkan anaknya untuk disuruh pergi ke sekolah. Tampaknya si anak cukup sulit diatur di rumah. Dan hal yang sama saya temui di tiap rumah yang dapat dikunjungi pagi itu; mereka belum bangun tidur. Akan tetapi, kunjungan saya ke beberapa rumah cukup mengagetkan karena orang tua pun tidak mengetahui dimana anaknya menginap kemarin malam.

Kunjungan pagi itu diakhiri pada pukul 09.00 WITA. Ketika saya memulai KBM, satu per satu anak yang saya kunjungi tadi mulai berdatangan. Dan di akhir jam pelajaran, ada 15 siswa yang hadir di kelas 6 mengikuti KBM.

Senin di hari itu memang kelabu, awan mendung menggelantung sepanjang hari, menutup pancaran sinar matahari pagi di desa ini. Dan hari itu pun sendu karena tidak adanya upacara penaikan bendera merah putih dan sedikitnya siswa yang hadir di sekolah akibat acara hiburan kemarin malam.

Namun, hal ini menjadi catatan tersendiri bagi saya tentang tantangan besar yang masih harus dihadapi untuk menumbuhkan semangat belajar siswa tanpa adanya dukungan yang cukup kuat dari orang tua. Melihat kondisi ini pun saya teringat ucapan seorang teman: “Orang tua harus mampu menjadi guru bagi murid di rumah.” Namun di desa ini, saya melihat dan merasakan sesuatu yang baru: “Guru harus mampu menjadi orang tua bagi murid dimana pun ia berada, bukan hanya sebatas mengajar saja. Karena apa? Karena anak-anak disini juga butuh perhatian dan kasih sayang. Jadi, jangan marah. Sayang dan tegas lah terhadap mereka. Pasti mereka bisa.”


Cerita Lainnya

Lihat Semua