Pahlawan Belum Menyentuh Anak-anak Saya

Anang Setiawan 30 Desember 2011

Sepuluh november 2011 lalu saat memperingati hari pahlawan saya beserta murid-murid saya yakni anak-anak kelas 5 SDN sungai Cingam 6 yang terletak dipulau Rupat – Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, membuat sebuah peringatan kecil. Kami membuat pesawat terbang dari secarik kertas. Anak anak begitu antusias menyobek kertas dari halaman tengah buku masing-masing, kemudian jari-jari kecil penuh harapan itu mulai melipat kertas tersebut menjadi sebuah pesawat terbang impian mereka.

Setelah jadi, saya meminta masing-masing anak untuk menuliskan nama mereka dan apa cita-cita mereka disisi pesawat sebelah kiri, sementara disisi sebelah kanan saya meminta anak-anak untuk menuliskan ucapan terimakasih kepada para pahlawan. Mata anak-anak itu berbinar penuh semangat memperhatikan saya menyampaikan instruksi tadi, tiba-tiba dari bangku disebelah tengah deretan kedua dari meja guru, seorang murid laki-laki saya yang berambut jabrik dan kulit coklat terbakar sinar matahari mengacungkan tangannya tinggi-tinggi pertanda ia ingin menanyakan sesuatu kepada saya, kemudian sayapun mempersilakannya untuk mengajukan pertanyaan, betapa tercengangnya saya mendengar pertanyaan murid saya tersebut. Ia bertanya apa pahlawan itu?

Seakan tak percaya dengan apa yang saya dengar sayapun meminta Ronaldi (demikian nama siswa tadi) untuk mengulangi pertanyaanya. Ternyata pendengaran saya masih sehat, namun hati saya benar-benar terkejut bahwa anak kelas lima belum tau apa itu pahlawan, bahkan siswa seperti Ronaldi yang menurut saya adalah salah satu siswa pandai dan rajin di kelas. Dengan sedikit harapan untuk mencari penyanggah dari keterkejutan saya tadi, saya melontarkan pertanyaan itu kepada siswa-siswa yang lain berharap ada yang tau jawaban dari pertanyaan tersebut, hasilnya tak seorang siswapun yang tau apa itu pahlawan.

Jadilah hari itu saya menjelaskan kepada anak-anak tentang apa itu pahlawan dan kenapa ada hari pahlawan, luar biasa ternyata anak-anak begitu bersemangat mendengarkan cerita saya tentang sekelumit sejarah bangsa ini. Bahkan ketika saya bercerita pada bagian Proklamasi bangsa Indonesia, mereka smua serentak berkata bahwa mereka hafal teks proklamasi tersebut. Sayapun meminta mereka untuk membacakannya untuk saya, bulu kuduk saya merinding ketika secara bersamaan mereka berdiri dan mereka meneriakkan teks proklamasi bangsa indonesia dengan serius dan khidmat.

Di sini saya merasakan adanya semangat  nasionalisme yang cukup tinggi dari anak-anak meskipun mereka jauh dari daerah yang disebut kota dan konsep pahlawan belum pernah menyentuh mereka. Bahkan anak-anak itu mengusulkan untuk melaksanakan upacara bendera untuk memperingati hari pahlawan . Namun karena tiang bendera disekolah kami sedang patah maka kami merayakannya dengan menyanyikan lagu Indonesia raya.

Inilah cerita anak-anak saya yang memiliki antusiasme dan rasa ingin tau yang sama tingginya dengan anak-anak lain d iluar sana. Namun keterbatasan sumber daya dan susahnya akses ke tempat kami, jadilah anak-anak kami kekurangan informasi bahkan untuk hal yang sederhana seperti apa makna hari pahlawan dan apa arti kata pahlawan mereka belum mengenalnya. Namun hari itu meski sangat sederhana merupakan salah satu hari bersejarah bagi saya dan anak-anak saya.

Karena hari ini pertama kalinya mereka mengenal hari pahlawan dan berkesempatan untuk memperingatinya meski dengan kondisi yang seadanya. Sederhana memang, namun bagi kami inilah awal nasionalisme ditumbuhkan dalam jiwa-jiwa murni anak-anak Rupat yang juga merupakan generasi penerus bangsa ini. Kenapa hal itu (nasionalisme) menjadi sangat penting untuk ditumbuhkan dalam diri anak-anak disini ? Ini dikarenakan letak geografis pulau rupat yang sangat dekat dengan Negara tetangga, yakni hanya 2 jam berlayar menggunakan speedboad untuk sampai ke Malaysia, akibatnya informasi Malaysia lebih banyak masuk ke pulau ini daripada informasi Mengenai bangsa Indonesia itu sendiri.

Bahkan seorang teman pernah bercerita bahwa ia pernah membaca postingan di sebuah blog yang menceritakan bahwa ketia ia bertanya kepada anak-anak di Pulau Rupat siapa Presiden negaranya, anak-anak itu dengan polosnya menjawab Ahmad Badawi (saat itu beliau adalah Perdana Mentri di Malaysia).


Cerita Lainnya

Lihat Semua