SD Oeoko, SD yang Berusaha Memerangi Segala Keterbatasan

Amalia Fitri Ghaniem 29 September 2013
Itulah yang saya rasakan selama 2 bulan menjadi guru di SD Inpres Oeoko, Kabupaten Rote Ndao. Oeoko sendiri artinya dalam bahasa Rote yaitu tidak ada air. Jadi bisa ditebak bagaimana kondisi dusun Oeoko dan SD Inpres Oeoko, yaitu tidak ada sumber air. Sumber air di dusun ini hanya berasal dari sumur yang jumlahnya pun tidak banyak. Jika masuk musim kemarau (September-November) maka air di sumur akan semakin sedikit dan kering (kebetulan saat ini baru memasuki bulan kemarau sehingga air disumur belum mengering). Sering sekali jika saya bertemu orang atau stakeholder di luar Oeoko, mereka memberikan tawaran seperti “Oh Ibu di Oeoko, kasian’e, kesini sa kalau Ibu mau mandi atau cuci baju,” atau berkata “Di Oeoko penempatannya, Bu? Itu nanti kalau su masuk musim kering, sore narik air son untuk mandi sore, tapi untuk pagi, Bu, hahaha,” atau perkataan lain mengenai kondisi air di Oeoko. Di sekolah pun tidak ada sumber air. Setiap hari murid harus membawa air (di botol atau galon) untuk menyiram tanaman, menampung air di toilet, dan mencuci tangan. Sore hari pun murid-murid akan ke sekolah untuk menyiram tanaman dan bunga di depan kelas masing-masing agar tanaman tidak kering. Tidak seperti sekolah di kota pada umumnya yang sudah memiliki petugas yang bekerja khusus untuk menjaga keasrian sekolah sehingga jarang murid yang diharuskan merawat tanaman atau menyiram tanaman setiap hari. Murid-murid disini harus bekerja sendiri untuk merawat agar sekolahnya tampak asri dan hijau. Bahkan murid-murid yang membawa bunga atau tanaman sendiri untuk di tanam di halaman depan kelasnya. Mulai dari bunga-bunga sampai pohon pisang mereka bawa untuk mereka tanam. Minggu pertama saya di Oeoko, murid-murid bersama para guru sedang melaksanakan kerja bakti sebelum liburan kenaikan kelas, karena banyak pagar yang rusak sehingga tanaman-tanaman sering dirusak atau dimakan oleh ayam dan domba-domba yang masuk ke lingkungan sekolah (FYI, hewan ternak di Rote berkeliaran bebas). Jadi murid-murid membuat pagar baru dan memperbaiki pagar yang rusak. Mereka mencari kayu sendiri. Esok harinya mereka datang ke sekolah dengan membawa kayu (percayalah kayu yang mereka bawa tidak ringan) dan parang. Awalnya saya kira akan dikerjakan oleh orang dewasa, namun ternyata anak laki-laki di kelas besar (4, 5, dan 6) banyak yang bisa membuat pagar. Dalam waktu 3 hari, halaman-halaman sekolah sudah dipagar, kayu yang rusak sudah diperbaiki dan sekeliling sekolah sudah dipagari agar tidak ada hewan ternak yang masuk ditambah sudah ada kebun pisang di halaman yang kosong. Yang terlintas dalam pikiran saya, betapa hebatnya anak-anak ini. Membayangkan sekolah saya dulu yang juga sudah memiliki petugas untuk merawat sekolah dan memperbaiki segala sesuatu bahkan tidak pernah sekalipun murid memperbaiki pagar. Sering ketika saya sedang mengadakan les sore di sekolah, saya bertemu dengan murid-murid yang sedang mengepel kelasnya dan lantai di depan kelasnya. Yang lagi-lagi membuat saya berdecak kagum, betapa rajinnya mereka menjaga kebersihan kelasnya. Tidak seperti kebanyakan sekolah di kota, yang sudah terfasilitasi dengan petugas yang setiap pulang sekolah menyapu dan membersihkan kelas dan lantai sekolah. Anak-anak disini harus berusaha sendiri untuk menciptakan kelas yang nyaman dan bersih. Tidak sedikit dari mereka yang juga di rumahnya harus bekerja seperti menarik air, menjaga adik, membersihkan rumah, memasak, mencuci baju, membantu orang tua di ladang, dan tugas-tugas lainnya. Hal itu tidak membuat mereka malas untuk merawat sekolah mereka. Kata-kata yang paling berkesan bagi saya adalah ketika kepala sekolah berkata kepada murid-murid adalah “Orang bilang kita Oeoko, tapi jangan tampil Oeoko”. Walaupun oeoko, bukan berarti sekolah dibiarkan kering. Walaupun oeoko, bukan berarti tidak mandi. Walaupun oeoko, bukan berarti tidak cuci tangan. Walaupun oeoko, bukan berarti kita terbatas. SD Inpres Oeoko sedang berusaha memerangi segala keterbatasannya. Terbatas air, terbatas tenaga, dan terbatas kondisi. Di bawah arahan kepala sekolah yang visioner, saya yakin SD Inpres Oeoko akan selalu berusaha memerangi segala keterbatasannya dan membuat saya kagum dengan segala usaha mereka.

Cerita Lainnya

Lihat Semua