Kebanggan Si Kecil Rensal

Amalia Fitri Ghaniem 1 Maret 2014

Di semester 2 ini sudah saatnya semangat baru. Pohon di kelas 2B yang sudah pernah ditumbuhi daun bendera merah putih bertuliskan cita-cita para murid kelas 2B (Bulan Agustus) dan daun harapan murid-murid di rapor semester 1 mereka, maka di semester 2 ini sudah saatnya daun itu mekar menjadi bunga kebanggaan. Ya tema bulan Februari ini adalah “Kebangganku”.

Minggu ini saya membagikan kertas berwarna-warni berbentuk bunga kepada masing-masing murid. Saya meminta mereka memikirkan kebanggaan mereka terhadap diri mereka sendiri (walaupun agak susah di awal menjelaskan arti bangga :) ). Lalu menuliskan di bunga tersebut “Saya bangga dengan diri saya sendiri karena...”. Bunga tersebut akan ditempelkan dalam gambar pohon besar yang menghiasi kelas 2B, mengganti daun hijau yang sudah pernah ditulisi harapan mereka.

Setelah di beri waktu memikirkan dan menuliskan kebanggaan mereka terhadap diri mereka sendiri, saya kemudian memanggil mereka satu per satu ke depan untuk menceritakannya di depan kelas. Siapa sangka kebanggan mereka sederhana dan beraneka ragam. Dengan malu-malu mereka pun maju kedepan dan mengatakan kebanggaannya.

Reno, Yunior, Aldi, dan Desri bangga dengan dirinya sendiri karena pernah mendapatkan rangking di kelas.

Marni bangga karena bisa naik ke kelas dua (Dulunya sempat tahan di kelas 1).

Ada Ningsi bangga karena sudah bisa baca (di semester 1 kemampuan membacanya masih kurang).

Ada Selomita, Inggrid, Adit, Jembri, Yuni dan Elfira yang bangga karena bisa bersekolah.

Miranda bangga karena mempunyai Papa, Mama dan Adik.

Yongki mengatakan dia bangga dengan dirinya sendiri karena sudah bisa memasak nasi.

Sandi bangga karena sudah bisa cuci piring.

Frit dan Julio yang bangga dengan dirinya karena sudah bisa menulis dengan benar.

Lalu tibalah giliran Rensal, murid saya yang berbadan kecil, bersuara nyaring, dan selalu terdepan jika disuruh mengumpulkan tugasnya. Si Kecil Rensal yang sudah tidak mempunyai ayah lagi, maju ke depan dengan malu-malu, lalu mengatakan “Saya bangga dengan diri saya sendiri karena saya tidak pernah memaki mama

Dari awal hati saya sudah tersentuh mendengar kebanggan mereka. Tapi mendengar kebanggaan Rensal, yang sangat sederhana tapi mempunyai arti yang begitu besar, membuat hati saya semakin tersentuh dan terharu.  Di daerah tempat saya tinggal, memang saya masih mendengar anak-anak yang memaki orang tuanya. Saya pun sering mendengar keluhan ini dari beberapa orang tua murid. Namun si kecil Rensal ini tidak memaki Ibunya dan dia bangga dengan dirinya karena hal itu. Ibu mana yang tidak bangga jika mendengar anaknya mengatakan hal ini. Saya sebagai gurunya saja sangat bangga.

Kebanggaan mereka memang sangat sederhana, bisa saja dipandang sebelah mata. Tapi itulah pencapaian terbesar mereka. Sekecil dan sesederhana apapun, untuk mencapai itu saya yakin mereka sudah berusaha.  Merekalah kebanggan saya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua