Dia Bernama Ibu Betsy

Amalia Fitri Ghaniem 2 April 2014

Dia Bernama Ibu Betsy

Adem, modis dan bersahaja. Itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan pendeta di Desa Modosinal, Ibu Betsy. Tiga tahun lebih berada di Desa Modosinal, Beliau sudah menjadi bagian dari masyarakat dan aktif mengawasi kegiatan agama di Desa Modosinal. Minggu lalu saya diberi kesempatan untuk melihat langsung aksinya Ibu Betsy. Beliau turun langsung untuk mengajar sekolah minggu begitu tahu bahwa sekolah minggu di desa Modosinal sudah lama tidak berjalan. Beliau langsung memberi contoh kepada guru PAR dan menggerakan anak muda (SMP dan SMA) untuk membantu guru PAR menangani sekolah minggu.

Kegiatan pemuda juga sedang menjadi perhatiannya saat ini. Beliau berkeinginan untuk menghidupkan lagi pemuda gereja agar bisa ikut menghidupkan gereja dan Desa. Saat ini beliau mengepalai 4 gereja di 2 desa. Walaupun begitu banyak yang harus jadi perhatian beliau, tingkat mobilisasi yang tinggi, tapi beliau selalu berusaha melakukan yang terbaik. Kesehatannya sering terganggu bukan menjadi halangannya.

Salah satu hal yang membuat saya kagum dengan sosok beliau adalah sikapnya yang berani dan tegas. Walaupun beliau perempuan, tapi beliau bisa menjadi pemimpin dan berani menegur masyarakatnya secara langsung jika ada yang salah.Karena ketegasan itulah beliau bisa menggerakan orang-orang, mulai dari para Ibu, Anak Muda, Remaja dan anak-anak. Tegas tapi bersahaja. Masyarakatpun jadi segan bukan takut. Saat ini beliau bisa dibilang local champion Di Desa Modosinal, selain Maneleo (Kepala Suku).

Pembuatan PAUD di samping gereja Oeoko juga merupakan salah satu idenya. Sebelum ditempatkan di Desa Modosinal, beliau juga berhasil membuat PAUD di penempatan sebelumnya dan saat ini sedang mengurus berkas-bekas untuk mengajukan PAUD untuk Desa Modosinal.

Pengajar Muda sebelumnya sudah berhasil membuat perpustakaan di gereja, untuk memfasilitasi anak-anak agar meningkatkan minat baca. Namun dalam keberjalanannya, perpustakaan ini sempat terhambat karena belum ada pengurus yang merupakan bagian dari masyarakat Desa sendiri. Saya dan Ibu Betsy akhirnya mendiskusikan masalah ini, apalagi sebentar lagi akan didirikan PAUD di desa. Hasil diskusi berbuahkan sesuatu yang positif. Kami sepakat untuk mendekati dua anak remaja yang aktif berkegiatan di gereja, Risna dan Yulista untuk menjadi pengurus perpustakaan. Perpustakaan akan dibuka setiap minggu sebelum sekolah minggu dimulai. Sehingga dua pengurus ini tidak kewalahan dan tidak menganggu sekolah mereka.

Lagi-lagi yang saya kagum adalah, beliau bergerak cepat. Segera setelah ditemukan solusinya, besok Ibu Betsy langsung mengumpulkan perwakilan majelis gereja, guru sekolah minggu, perwakilan orang tua dan kedua anak itu dalam sebuah rapat. Rapat berlangsung kondusif, dalam waktu setengah jam, kesepakatan sudah dibuat. Beliau meminta bahwa semua buku yang ada di perpustakaan agar segera diinventaris agar perpustakaan bisa segera dibuka. Beliau juga meminta bantuan Guru sekolah minggu dan pengurusnya untuk membantu mengawasi keberjalanan perpustakaan ini. Ibu Betsy pun akan terus mengawasi keberjalanan perpustakaan ini.

Saat ini saya dan kedua pengurus baru perpustakaan, dibantu dengan anak-anak yang peduli sedang membenahi lagi perpustakaan agar bisa berjalan dengan baik. Jika bukan karena Ibu Betsy yang peduli dan segera bertindak, maka mungkin saat ini buku-buku itu masih ada di dalam lemari, di pojok belakang gereja, penuh debu menanti untuk dibaca. Semoga dengan kembali hidupnya perpustakaan ini, bisa memberikan dampak yang baik, terutama bagi anak-anak di Desa Modosinal.

Satu setengah tahun lagi, masa tugas Ibu Betsy di Desa Modosinal akan segera berakhir. Tapi saya berdoa semoga perpustakaan ini akan selalu berjalan ada tau tidaknya Ibu Betsy. Harapan saya, Ibu Betsy juga bisa memberikan inspirasi bagi penduduk Desa sehingga semua bisa memiliki rasa kepedulian untuk keberlangsungan Desa, terutama pendidikan dan anak-anak . Saya juga berharap  Risna dan Yulista bisa memberikan inspirasi bagi anak remaja dan pemuda di Desa, untuk ikut peduli dan aktif berkegiatan seperti mereka. Semoga bisa menginspirasi masyarakat Seperti mereka menginspirasi saya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua