BANK RITA

Alyandra Gusman 21 November 2017

 

"Bing beng bang yookk kita ke bank.. Bang bing bung yookk kita nabung.. Tang ting tung hei jangan dihitung.. Tahu-tahu kita nanti dapat untung.."

Apakah bank ini milik Mbak Rita? Acil Rita? Bu Rita?

Bukan, Rita adalah singkatan dari Riam Talo. Sebuah sekolah yang terletak di Telaga Langsat, tempatku mengabdikan diri setahun ke depan. Tidak jauh dari jalan utama Kandangan-Loksado, belok masuk ke arah Desa Sindawak.

Sekolah ini walaupun kecil, tapi ngangenin. Tidak sulit untuk merangkai kebahagiaan dari hal-hal kecil. Melihat senyum kecil adik-adik di sini saja membuatku terbang.

Adik-adik? Iya, adik. Karena aku di sini dipanggil Kakak oleh mereka.

Bukan karena Pramuka saja aku dipanggil Kakak, memang menjadi panggilan untuk Pengajar Muda, bukan Bapak, nanti jadi Pengajar (Nggak) Muda.

Susah nggak sih mengajari anak untuk hidup hemat?

Kira-kira berapa uang saku anak yang diberikan orang tuanya untuk jajan dalam sehari?

Kalau punya uang, akan mereka gunakan untuk apa saja?

Menggelitik ingin menjawab.

Anak-anak di sekolahku sekarang belajar menabung loh.. Mereka menabung di Bank Rita. Setiap PagiBank Rita bukalapak dan uniknyaTeller dan Customer Service-nya Kelas 6, dong, sekalian belajar menghitung dan manajemen pencatatan.

Kak banknya sudah buka kah?

Pertanyaan ini ramai disampaikan oleh anak anak kelas 1 dan 2 pagi ketika aku sampai di sekolah. Tidak sabar rupanya menungguku, si Kakak PM, untuk menginstruksikan kelas 6 membuka Bank Rita.

Tidak mudah lho menyampaikan awalnya bahwa menabung itu banyak manfaatnya. Uang jajan tidak seberapa, tapi kalau sudah melihat pentol dan es satrop, sudahlah, lupa dunia.

Anak-anak belajar menyisihkan uang jajan setiap harinyaitu untuk ditabung. Sebenarnya bisa setiap hari menyetorkan uang untuk ditabung, bahkan kelas 6 sampai dikejar-kejar untuk mencatatkan tabungan yang disetorkan. Keseruan kelas kecil mengejar kelas 6, jangan ditanya, bukannya berhenti lalu melayani nasabah, eh malah kejar-kejaran dan bermain.

Orang tua tentu sangat mendukung anak-anaknya untuk menabung. Anak-anak belajar megelola uang saku, yang tidak sekaligus dihabiskan untuk jajan, tetapi ada yang disisihkan untuk disimpan, kelak bisa digunakan pada saat dibutuhkan.

Kalau ditanya, “Untuk apa nanti uang tabungannya?” Jawabannya beragam. Ada yang ingin beli mainan, ada yang beli pakaian, ada yang untuk bekal belanja di kota (kota ini maksudnya adalah Kandangan, ibukota HSS), beli peralatan sekolah, dan lain-lain.

Apapun motivasi anak untuk menabung, yang penting itu bukan untuk membeli apa tabungan itu tapi budaya menyisihkan sebagai harta untuk kepentingan yang lebih manfaat.

Eh Kakak pembaca di luar sana, dapat salam dari Bank Rita..

Salamnya, “ Hemat pangkal kaya, menabung pangkal selamat. Sudahkah menabung hari ini?”

 

Editor : Kris


Cerita Lainnya

Lihat Semua