Sehari Bersama Penuh Makna, Penuh Inspirasi

Ajeng Septiana Widianingrum 7 Juni 2015

Tanggal 1 Juni merupakan hari yang bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Tepat pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan konsep dan rumusan awal “Pancasila” sebagai dasar negara Indonesia Merdeka. 70 tahun kemudian, tanggal 1 Juni kembali menjadi hari bersejarah, khususnya bagi pendidikan di Kabupaten Bima. Pada hari yang juga diperingati sebagai Hari Anak Internasional, telah terselenggara Kelas Inspirasi Dana Mbojo di Kabupaten Bima.

Terlaksananya Kelas Inspirasi Dana Mbojo ini tak dapat lepas dari perjalanan panjang persiapannya. Berawal dari pertemuan Pengajar Muda dengan beberapa komunitas dan penggerak daerah yang memiiki cita-cita yang sama untuk dunia pendidikan, pada bulan Februari 2015 yang lalu. Pasang surut yang dirasakan serasa setimpal dengan pelaksanaan Kelas Inspirasi Dana Mbojo yang pertama kalinya ini. Relawan yang datang dan pergi, konsep yang berubah-ubah, hingga deadline pelaksanaan yang mundur teratur.

Gelisah karena tak kunjung terlaksana, Koordinator Kelas Inspirasi yang merupakan putra asli Bima, Rafiuddin, yang merupakan dosen salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Bima ini mencetuskan ide tentang pelaksanaan Kelas Inspirasi Mini. Yah, Bang Rafi menginisiasi adanya KI mini di Kecamatan Parado sebagai langkah awal pelaksanaan KI Dana Mbojo. Mengapa mini? Karena pelaksanaannya hanya ada di satu sekolah dan hanya beberapa inspirator. Inspirator pertama KI Mini di Kecamatan Parado adalah seorang Pengusaha Transportasi lokal yang cukup sukses di daerahnya. Respon ? Great !

Masih memenuhi hasrat terlaksananya KI namun belum dalam bentuk yang akbar, Pengajar Muda beserta dengan Local Champion atau penggerak daerah kembali mengadakan KI Mini. Kali ini daerah sasarannya adalah di Kecamatan Tambora, karena bertepatan dengan “Peringatan 200 tahun Meletusnya Tambora”. Kami berhasil “menculik” 2 orang tim Kompas dan 2 orang dari Telkomsel sebagai Inspirator yang kami datangkan di 2 sekolah di Desa Labuan Kananga.

Berkaca pada apa yang kami peroleh dari beberapa kali mengadakan KI mini, akhirnya kami merasa cukup percaya diri untuk kembali ke misi lama untuk mengadakan Kelas Inspirasi Dana Mbojo. Kami kumpulkan kembali para penggerak dan teman-teman untuk bersama-sama melaksanakan Kelas Inspirasi ini. Ternyata jalan yang ditempuh tidak lah mudah. Kembali, relawan datang dan pergi, tenggat waktu yang semakin menghimpit, konsep acara yang tak kunjung matang, dukungan dari tim Galuh yang kebetulan sedang freeze, alias tidak bisa mensupport kegiatan KI selama bulan Mei hingga Agustus, dan lain sebagainya. Biasanya, tim Galuh akan memberikan support berupa publikasi, rekrutmen di website kelas inspirasi, serta bantuan name tag, pin dan sertifikat untuk sekolah.

Hingga pada suatu hari kami mendapatkan tambahan bala bantuan dari pemuda-pemuda Bima yang aktif berkecimpung di aktivitas sosial. Amunisi semangat kami pun meningkat. Beberapa rapat singkat dan kami memutuskan untuk melaksanakan Kelas Inspirasi Dana Mbojo secara mandiri, dengan tenaga para relawan disini karena belum bisa mendapatkan support dari Galuh. Konsep penyelenggaraan pun kami modifikasi, disesuaikan dengan kondisidi Bima sendiri.

Dalam pelaksanaan Kelas Inspirasi Dana Mbojo ini, kami memutuskan untuk melibatkan 5 sekolah dari 5 gugus berbeda di Kecamatan Langgudu, salah satu Kecamatan penempatan Pengajar Muda yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi. Proses publikasi kami adakan seadanya dengan memaksimalkan mengandalkan kekuatan media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan juga kekuatan koneksi antar relawan. Selain itu kami juga melakukan “jemput bola”, dengan mengundang beberapa orang yang berpotensi untuk menjadi relawan inspirator seperti kepala bank, dan pengusaha sukses di Bima.

Total pendaftar KI Dana Mbojo ini kurang lebih ada 70an orang, jumlah yang tidak ami sangka sebelumnya, dengan berbagai macam ragam profes seperti asisten notaris, engineer, banker, sales promotion, dokter umum, dokter hewan, paramedik, enterpreuner, surveyor, designer, auditor, guru, sutradara, dan masih banyak lagi. Selain dai Kota Bima, para calon relawan pengajar ini juga berasal dari Jakarta, Bandung, Tangerang, Surabaya, dan Mataram. Para relawan selalu terlibat dalam setiap proses yang ada, termasuk proses seleksi dan pembagian kelompok. Akhirnya terpilih lah 40 relawan pengajar, 10 relawan fotografer, dan 5 relawan videografer.

Kami mengadakan briefing KI Dana Mbojo pada tanggal 24 Mei 2015 di Aula Dinas Dikpora Kabupaten Bima, dengan dihadiri oleh Bapak Kadis Dikpora dan juga perwakilan Pengawas dari Kecamatan Langgudu yang akan menghadiri briefing. Briefing dihadiri oleh sebagian relawan asal Bima dan sekitarnya. Sebagian relawan tidak menghadiri breifing karena berasal dari luar kota. Namun suasana briefing sungguh sangat hangat, semua relawan melebur menjadi satu dengan semangat yang sama.

Hari berselang, dan datanglah hari yang dinanti. Dengan adanya relawan dari berbagai macam kota, maka panitia membuat konsep bermalam bersama warga, karena bahkan orang yang berasal dari Bima pun belum tentu tau tentang daerah ini. Maka kami sepakati bahwa tanggal 31 Mei akan diadakan ­re-briefing sekaligus penjelasan mengenai teknis deployment para relawan ke desa masing-masing. Dalam pelaksanaan re-briefing ini jajaran Dinas Dikpora Kabupaten Bima dengan dihadiri langsung oleh Kadis Dikpora, Kabid Dikmen, serta jajarannya menyambut para relawan dan melepas para relawan secara langsung dari meeting point di Asi Mbojo.

Tanpa disangka, kendala lain kembali menyapa kami. Bus yang sebelumnya kami pinjam dari pemkab yang akan digunakan untuk mengantar para relawan ke desa-desa di Kecamatan Langgudu mengalami masalah teknis sehingga tidak bisa diberangkatkan. Panik. Kami memutar otak bagaimana caranya untuk dapat memberangkatkan para relawan dan juga panitia yang berjumlah hampir 80 orang ke Langgudu. Beruntung kami didukung sepenuhnya oleh Dinas Dikpora Kabupaten Bima. Bapak Amiruddin, Kabid Dikmen, segera menghubungi rekan-rekannya untuk membantu kami. Kamipun dilepas dan diantar dengan iring-iringan beberapa mobil menuju Kecamatan Langgudu.

Para relawan tiba di Kecamatan Langgudu, disambut dengan hangat oleh jajaran UPTD Dinas Dikpora Kecamatan Langgudu. Kami singgah sebentar untuk istirahat solat serta dijamu untuk makan siang bersama. Suguhan yang semula kami tidak sangka akan diberikan. Kami juga mendapatkan penjelasan serta pengarahan dari Bapak Ka UPTD Dinas Dikpora Kecamatan Langgudu. Selanjutnya kami berpisah untuk berangkat ke desa penempatan masing-masing. Para relawan, baik peserta KI maupun relawan panitia, semua sangat antusias, berinteraksi satu sama lain, dan tentu saja sangat menikmati kebersamaan yang dimiliki.

Setibanya kami di desa penempatan pun kami disambut tak kalah hangat dengan penyambutan di Kecamatan. Apalagi karena kami akan bermalam di desa, sehingga warga masyarakat yang menjadi tuan rumah benar-benar mempersiapkannya dengan apik. Rumah yang begitu hangat, dan bersahabat. Konsep bermalam bersama warga ini juga bertujuan agar para relawan memiliki pengalaman berinteraksi dengan warga setempat, merasakan dengan langsung kehidupan di akar rumput, sehingga ketika kembali ke rutinitas semula, mereka akan lebih menghargai sekitar dan memiliki pengalaman yang tidak akan pernah mereka lupakan.

Pada malam itu, Pengajar Muda menjadi saksi ruang-ruang interaksi yang baru saja tercipta, antara relawan lokal dengan relawan yang berasal dari luar Bima. Mereka berinteraksi, bertukar pengalaman, bertukar cerita, membuat perencanaan untuk pelaksanaan KI Dana Mbojo, maupun rencana mereka setelah KI ini. Para relawan pun berinteraksi dengan warga sekitar. Sekedar membantu masak di dapur, bermain dengan anak-anak, ngobrol dengan bapak-bapak, atau menikmati kopi bersama. Hal-hal sederhana seperti ini lah yang akan dikenang, baik oleh para relawan maupun warga.

Selama pelaksanaan KI Dana Mbojo, relawan bergotong royong mempersiapkan hari spesial mereka. Anak-anak sangat bersemangat menyambut guru baru mereka selama sehari. Guru-guru menikmati peran mereka yang tergantikan. Pun masing-masing relawan memiliki pengalaman berkesan yang tidak akan mereka lupakan.

Sesi refleksi diadakan pada siang harinya. Para relawan berkumpul kembali di pusat kecamatan untuk melaksanakan refleksi bersama. Hal ini dilakukan karena untuk mengakomodir relawan yang berasal dari luar kota agar dapat mengikuti refleksi. Relawan Pengajar, Fotografer, dan Videografer, hingga perwakilan Kepala Sekolah memberikan masing-masing pengalamannya selama pelaksanaan Kelas Inspirasi ini. Para relawan saling berbagi pengalaman sehari. Pengalaman mereka masuk ke kelas, pengalaman mereka berinteraksi dengan warga, dan pengalaman interaksi sesama relawan yang ternyata saling memberi kesan satu sama lain. Saat sesi refleksi ini, perwakilan relawan pengajar mengungkapkan rasa terimakasih kepada para guru atas dedikasi mereka untuk pendidikan. Ternyata pengalaman mereka sehari berada di sekolah menyadarkan mereka dan membuat mereka lebih menghargai peran guru.

Ternyata tagline Kelas Inspirasi “Sehari Mengajar, Seumur Hiduo Menginspirasi” itu memang benaar adanya. Tidak hanya anak-anak sekolah yang terinspirasi untuk tetap sekolah demi mengejar cita-citanya, guru-guru semakin bersemangat menggunakan metode belajar yang lebih menyenangkan, dan para antar relawan pun saling menginspirasi satu sama lain. Beberapa bahkan berjanji untuk saling mengunjungi satu sama lain.

Virus kerumunan positif ini ternyata telah menjangkit hingga Bima. Saya sungguh sangat bahagia menyaksikan para relawan menciptakan sendiri ruang interaksi antar mereka. Beberapa relawan bahkan sudah menyatakan untuk siap sedia untuk keberlanjutan Kelas Inspirasi ini. Dengan ini saya yakin, bahwa keberlanjutan ini akan terus ada, tongkat estafet sudah siap diserahkan kepada para penggerak yang dengan sadar dan tanpa paksaan ingin membangun sendiri daerah mereka. Sehingga kelak saya pun memiliki alasan untuk kembali lagi ke Bima.


Cerita Lainnya

Lihat Semua