Ibu Guru, Saya Juga Mau Menulis Surat !

Ajeng Septiana Widianingrum 4 Maret 2015

Hari itu, kami mendapat sebuah kiriman dari Jakarta. Sebuah paket yang sudah ditunggu-tunggu oleh anak-anak. Paket itu berasal dari seorang kawan lamaku ketika aku tinggal di Jakarta dulu. Dia pernah berjanji untuk mengirimkan mainan kepada anak murid di sekolahku, dan kuputuskan untuk membagi sebagian mainan untuk anak-anak di Dorole’de. Ketika paket dibuka, isinya adalah hotwheels. Mainan yang sama sekali belum pernah dilihat oleh anak-anakku disini. Anak-anak begitu gembira, dan kelas langsung bubar karena anak-anak terlalu sibuk bermain dengan mobil barunya.

Sebelum kelas beralih fungsi menjadi sirkuit balap hotwheels, aku ajak anak-anak untuk menuliskan sebuah surat. Surat tanda terimakasih untuk teman Ibu Guru yang sudah berbaik hati berbagi koleksi kesayangannya. Gayung bersambut, dan kelas pun bisa kukendalikan lagi. Anak-anak sangat tertarik dan tidak sabar untuk bercerita di surat. Maka, kubagikan kertas untuk murid-murid kelas 3 dan 4 yang ada di kelas, sedangkan murid kelas pendengar tidak kuberikan kertas untuk menulis karena mereka belum bisa lancar menulis.

Namun ternyata ada satu cerita lucu ketika kami menulis surat, dari seorang murid pendengarku yang bernama Yudi. Yudi belum cukup umur untuk masuk ke tingkat SD, sehingga Yudi dan beberapa anak seusianya hanya ikut datang dan bermain saja di sekolah. Tidak dipungkiri, kadang aku merasa kewalahan dengan tingkah polah mereka yang terkadang annoying. Kadang mereka mengganggu kegiatan belajar di kelas. Dan Yudi ini adalah salah satu dari murid pendengarku yang super. Yudi tidak pernah kehabisan energi untuk berlari kesana kemari, untuk mengganggu teman-teman lain, dan tak pernah kehabisan energi untuk menangis. Pernah suatu hari kami iseng-iseng menghitung frekuensi Yudi menangis, dan hari itu Yudi menangis hingga 9 kali dalam satu hari.

Entah mukjizat darimana, memasuki semester baru ini Yudi menjadi lebih kalem. Dia dapat mengikuti instruksi dengan lebih baik. Yudi mau belajar, meskipun kadang-kadang Yudi masih suka berlari-lari di dalam kelas. Tapi buatku, ini adalah kemajuan yang baik. Yudi bahkan sudah mau pakai baju seragam, walaupun kalau hari sudah mulai siang dia akan melepas seragamnya karena panas. Yudi rajin membawa buku tulis yang sekarang selalu dibawanya kemana-mana. Yudi ingin belajar menulis, tidak cuma menggambar yang memang selalu menjadi favoritnya. Bahkan tak jarang Yudi sekarang mulai menggelendotiku, bersikap manja.

Yudi ingin ikut menulis seperti kakak kakaknya yang duduk di kelas 3 dan 4. Walaupun tulisan Yudi masih sering terbalik, tapi Yudi sekarang selalu bersemangat untuk menanyakan bentuk huruf yang ia tidak tahu. Yudi tau bahwa dirinya sebenarnya belum mampu untuk menulis surat, tapi Ia juga ingin ikut menulis. Akhirnya aku perbolehkan Yudi untuk menulis surat. Beberapa kali Yudi bingung bagaimana menulis huruf. Ia mendatangiku untuk menanyakan bentuk huruf yang Ia maksud. Dan ah, Ia mulai resah. Dia bingung. Dia masih saja duduk melihat kertasnya, sedangkan teman-temannya sudah asyik bermain di bagian kelas yang lain.

Kudatangi anak kecil itu dan kutanya dia, “Yudi mele’ tulis ape?” (Yudi ingin menulis apa?). dia diam dan tersenyum. Rupanya dia frustrasi karena belum bisa menulis surat seperti kakak kakaknya yang lain. Karena selama ini Yudi masih dalam tahap belajar, maka aku tawarkan untuk menirukan tulisanku di kertas lain, tapi Yudi sendiri yang buat kata-katanya.

Halo, nama saya Yudi

Saya kelas nol, belum kelas satu

Saya belajar sama Ibuk Ajeng

Saya senang dapat mobil baru

Mobil saya warnanya biru

Terimakasih sudah mau berteman sama saya

Dari Yudi di Dorole’de

Biasanya Yudi dapat menirukan tulisan contoh dengan baik tapi entah kenapa kali itu ketika kami menulis surat dia tak bisa menirukan dengan baik, bahkan untuk kata-kata yang dia sudah susun tadi. Kurasa kali ini karena dia gugup, dia terlalu senang karena tulisannya akan dikirim ke Jakarta sehingga Ia tidak bisa menulis dengan baik.

Tapi terimakasih sudah sangat berusaha keras Yudi. Besok kita belajar tulis lagi yah Nak.


Cerita Lainnya

Lihat Semua