info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Kartu Nama Perdi

Aik Vela Pratisca 2 Desember 2014

Kartu Nama Perdi

 

 “Bu, Bu! Mak ini, Bu?”

 

Satu per satu anak kelas 1 rombongan belajar kelas B SD Negeri Karang Agung menunjukkan hasil karyanya. Mereka sangat antuasias ketika pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP). Riuh dan saling berebut mendapatkan perhatian guru. Dan ada satu suara yang terdengar dari bangku paling belakang.

 

“Bu, Mak ini Bu?”

 

Suaranya yang kecil dan terdengar aneh membuat perhatian guru teralih.

 

Anak-anak yang lain bersorak. Mereka mengecilkan suara mereka dan menirukan suara kecil dan aneh tersebut. Lalu, mereka tertawa tanda ejekan. Suara kecil itu tiba-tiba meredup.

 

Ternyata dia adalah Perdi. Perdi selalu duduk dengan teman akrabnya, Joni, di bangku paling belakang. Dia tidak pernah absen mengikuti pelajaran SBDP. Namun, hanya sekali suara kecil itu timbul di permukaan kelas selama lebih dari sebulan ia rajin belajar SBDP. Dan itu pun harus meredup karena di awal pertemuan kami, ia diejek teman-temannya. Bahkan, saat gurunya ini belum berkenalan secara langsung dengannya.

 

Perdi terus diam walau banyak trik yang diusahakan gurunya ini pada pertemuan selanjutnya, agar ia mau bicara setelah kejadian yang mungkin menyebalkan baginya. Lalu, keluarlah Kartu Nama Bicara.

 

Perdi mendadak sangat serius dengan selembar kertas warna biru berukuran 10x7 cm, yang kami sepakati bersama untuk dihias sebagai kartu nama masing-masing anak di kelasnya. Awalnya, Perdi masih tampak kebingungan menggambar wajahnya. Sesekali ia menatap wajah gurunya yang sedang berkeliling ke meja temannya. Kami saling mencuri pandang.

 

Dengan malu-malu, ia memberi isyarat pada gurunya ini untuk menuju bangku paling belakang.

 

Aku ndak pacak gambar aku dewe. Aku nyingok Ibu, bae.” (Saya tidak bisa menggambar diri Saya sendiri. Saya lihat wajah Ibu saja).

 

Perdi tersenyum, lalu menunjukkan kartu nama buatannya pada gurunya ini.

 

Perdi menggambar wajah gurunya ini dengan memakai baju bermodel kerah Shanghai. Perdi hafal betul jika gurunya sangat senang memakai kemeja berkerah Shanghai. Padahal, hari itu gurunya ini tidak sedang memakai kemeja bermodel tersebut.

 

Perdi suka matahari. Menyenangkan Perdi mau berbicara dengan berani lewat kartu nama berhias gambar matahari,awan, mobil, dan gambar gurunya sebagai wajah pengenalnya. Sungguh, Perdi begitu memerhatikan gurunya meski dalam diam dan berbagai upaya yang dilakukan gurunya ini untuk membuatnya berbicara. Dan ternyata, sebenarnya kami sudah saling berkenalan cukup lama, meski dalam diam.

 

 

Late post

Karang Agung, 12 September 2014

22.35 WIB


Cerita Lainnya

Lihat Semua