"Snowball Effect" di Banggai

Ahmad Gusra 15 April 2015

Indonesia Mengajar. Gerakan yang mengirimkan sarjana-sarjana muda terseleksi secara ketat untuk menjadi guru selama satu tahun di beberapa desa di pelosok Indonesia. Gerakan yang _menurut saya_mengedepankan jiwa kerelawanan tanpa menghilangkan unsur profesionalitas. Setiap orang boleh menjadi relawan, namun tetap harus ada seleksi untuk memberikan dampak yang maksimal.

Indonesia Mengajar_lagi-lagi menurut saya_telah berhasil menjadi pemicu munculnya begitu banyak gerakan kerelawanan di seluruh Indonesia. Saya tidak mengatakan bahwa Indonesia Mengajar adalah gerakan kerelawanan pertama dan terbaik di Indonesia. Banyak sekali gerakan-gerakan kerelawanan yang lebih heroik dan melegenda di masa lalu sejak bangsa ini merdeka, bahkan sebelum Indonesia ini bernama Indonesia. Namun saya merasa beruntung bisa mendapatkan kesempatan mengenal gerakan ini lebih dalam. Saya beruntung bisa melihat secara langsung “snowball effect” dari gerakan ini di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, yang merupakan lokasi penugasan saya.

Indonesia Mengajar telah memasuki tahun ketiga mengirimkan Pengajar Muda (PM) di Kabupaten Banggai. Apa saja yang sudah terjadi selama dua tahun yang lalu, bisa saya lihat hasilnya di tahun ketiga ini. Fakta yang terjadi di lapangan telah membuktikan bahwa Pengajar Muda angkatan V dan VII (PM tahun pertama dan kedua) telah bekerja sangat keras selama mereka bertugas.

Mari kita lihat satu persatu fakta yang saya saksikan selama tiga bulan penempatan saya di Kabupaten Banggai ini.

Pertama, Munculnya komunitas kerelawanan yang menamakan diri “Relawan Oke” dan “Penyala Banggai”.

Komunitas yang pertama merupakan kumpulan pemuda-pemudi yang pernah menjadi Inspirator dalam kegiatan Kelas Inspirasi (KI). Di tahun pertama penempatan PM, mereka menyelenggakan KI mini di SDN Inp Solan (salah satu sekolah penempatan PM). Kemudian di tahun kedua, Pemuda yang terlibat dalam KI mini di tahun pertama berinisiasi menyelenggarakan Kelas Inspirasi Kabupaten Banggai tahun 2014 bekerja sama dengan PM VII. Sehari setelah pelaksanaan KI Banggai 2014, para pemuda tersebut langsung menginisiasi KI di Kabupaten Banggai Laut, yang berhasil terlaksana di awal tahun 2015. Uniknya, di KI Banggai laut ini peran PM sudah sangat sedikit. Kami hanya membantu diproses seleksi inspirator dan briefing. Sedangkan semua urusan persiapan, lobi perizinan dan publikasi kegiatan di kelola sendiri oleh para pemuda keren tersebut. Setelah kegiatan KI Banggai Laut, mereka berinisiasi membentuk komunitas yang diberi nama “Relawan Oke”. Saat ini komunitas tersebut sedang dalam proses persiapan menyelenggarakan Festival Kelas Inspirasi dengan berbagai menu kegiatan yang positif.

Komunitas yang kedua adalah gerakan yang berjejaring dengan gerakan Indonesia Menyala di seluruh Indonesia. Mereka lebih spesifik meningkatkan minat baca siswa dan masyarakat umum. Berbagai kegiatan telah mereka lakukan. Bekerja sama dengan teman-teman Relawan Oke dan PM tahun ketiga, mereka baru saja memfasilitasi berdirinya rumah baca di desa Ondo-Ondolu SPA. Saat ini mereka sedang persiapan menyelenggarakan kegiatan memotivasi siswa di salah satu Sekolah Dasar di Kab. Banggai.

Fakta kedua, munculnya inisiatif masyarakat lokal untuk membangun daerahnya secara gotong royong. Rumah Baca yang didirikan di Desa Ondo-Ondolu SPA awalnya diinisiasi oleh seorang guru SD yang tinggal di desa tersebut. Beliau menyampaikan keinginannya dan bersedia menjadikan rumahnya sebagai lokasi Rumah Baca sekaligus beliau bersedia menjadi pengelolanya.

Fakta ketiga, muncul semangat untuk saling berjejaring antara aktor pemerintahan dan pemuda daerah. Kegiatan Festival Kelas Inspirasi yang diinisiasi “Relawan Oke” sampai saat ini mendapatkan respon yang positif dari berbagai pihak pemerintahan. Begitu juga kegiatan yang diinisiasi oleh “Penyala Banggai” mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Bahkan salah satu Kepala Dinas Pemda bersama koleganya akan menjadi salah satu motivator dalam kegiatan tersebut.

Fakta-fakta di atas, membuat saya merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari gerakan ini. Saya menarik kesimpulan bahwa ciri khas yang dimiliki oleh Indonesia Mengajar adalah “KEBERLANJUTAN”. Gerakan ini tidak berbicara tentang banyaknya jumlah program yang mampu  diselenggarakan Pengajar Muda di Desa. Bukan juga tentang jumlah bantuan buku dan gedung sekolah yang mampu diberikan untuk sekolah-sekolah di Desa. Tapi tentang munculnya semangat kerelawanan dan saling berjejaringnya antar aktor-aktor daerah untuk membangun daerahnya secara mandiri. Sehingga meskipun Indonesia Mengajar tidak mengirimkan lagi Pengajar Muda ke daerah tersebut, program-program positif akan terus hidup dan berkembang atas inisiatif pemerintah daerah dan seluruh masyarakat daerah tersebut.

Ditahun ketiga ini, kami berharap dapat memberikan yang terbaik agar “KEBERLANJUTAN” yang dicita-citakan semakin menguat. Kami juga berharap semakin banyak bermunculan gerakan-gerakan baru yang dengan semangat kerelawanan membangun Kabupaten Banggai menjadi lebih baik.

Mari berkolaborasi membangun negeri. Satu “lidi” akan kesulitan menyapu “sampah” meskipun dalam ukuran kecil. Namun jika ada seratus, seribu, bahkan jutaan “lidi” yang diikat menjadi satu akan mampu menyapu lebih banyak “sampah” di negeri ini.  Seperti apa yang dikatakan inisiator gerakan ini, “secara formal, pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah. Tapi secara moral, pendidikan adalah tanggung jawab dari orang-orang terdidik”.


Cerita Lainnya

Lihat Semua