Integritas Dari Bukit Batui

Ahmad Gusra 7 Maret 2015

Ini tentang seorang guru olahraga di SDN Trans Batui 5. I Made Mista, beliau biasa dipanggil Pak Made oleh teman guru dan para siswa. Sosok sederhana yang selalu menggunakan pakaian olahraga di sekolah. Seorang guru yang ramah kepada siapa saja, mudah tersenyum, dan sosok pegawai negeri yang menunaikan kewajibannya kepada negara dengan dedikasi yang tinggi.

Pak Made merupakan warga transmigran dari Bali yang menetap di Desa Trans Batui 4, desa yang berjarak sekitar 10 km dari Desa Trans Batui 5 tempat beliau mengajar. Setiap hari beliau harus melalui jalan kerikil dan berbatu untuk menjalankan tugasnya sebagai guru. Beliau juga harus menyeberangi sungai untuk bisa sampai di Desa Trans Batui 5. Terkadang sepeda motor yang beliau kendarai harus mogok karena mesinnya terkena air.

SDN Trans Batui 5 berdiri pada tahun 2003, bersamaan dengan pembentukan Desa Transmigran Batui 5. Sekolah ini terletak di Bukit Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Desa ini belum memiliki fasilitas listrik dari PLN. Direncanakan tahun 2015 ini PLN baru akan masuk ke Desa Trans Batui 5. Untuk alternatif penerangan rumah di malam hari, beberapa warga membeli mesin diesel sebagai alat penerangan dari jam 18.00 – 22.00 WITA.  Selain itu, sinyal telepon seluler juga belum ada. Jika ingin berhubungan melalui telepon genggam, warga akan pergi ke beberapa titik lokasi yang memiliki sinyal minimal untuk sekedar SMS atau telepon singkat.

Desa Trans Batui 5 berjarak sekitar 25 KM dari pusat Kecamatan Batui atau jalan poros. Jarak tempuh rata-rata dengan sepeda motor selama 1,5 jam. Jalanannya masih berbatu dan kerikil dengan jalur yang naik turun bukit. Di Desa dengan kondisi geografis seperti inilah Pak Made mengabdi sebagai guru olahraga selama 13 tahun.

Selama satu bulan saya ditempatkan oleh Indonesia Mengajar di SDN Trans Batui 5 ini,saya menyaksikan sendiri dedikasi yang dimiliki oleh Pak Made. Pada pukul 07.15 WITA beliau sudah hadir di sekolah bersiap untuk mengajarkan anak-anak berolahraga. Beliau baru akan absen ke sekolah jika sungai yang beliau seberangi sedang banjir, tubuhnya sakit, atau jika ada keperluan mendesak ke luar desa. Belum pernah saya melihat beliau tidak hadir karena alasan yang tidak jelas.

Cara Pak Made dalam mengajar juga sangat patut dijadikan contoh. Dengan sabar beliau latih siswa-siswi dari kelas 6 sampai kelas 1 yang masih sulit untuk diatur. Belum pernah saya melihat beliau memarahi siswa dengan suara yang keras apalagi memukul siswa. Setiap hari Jumat beliau melatih para siswa untuk melakukan senam sehat. Biasanya beliau meminjam laptop milik Pengajar Muda untuk menghidupkan suara musik senam.

Bagi saya, berinisiatif untuk mengajarkan siswa untuk membudayakan senam sehat di sekolah dengan kondisi fasilitas yang minim adalah sebuah langkah yang tidak semua guru olahraga di Indonesia mau melakukannya. Inisiatif yang dilakukan Pak Made ini mungkin nilainya sangat kecil, tergantung sudut pandang yang kita gunakan dalam menilainya. Namun apa yang telah dilakukan Pak Made harus menjadi contoh bagi kita semua agar menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai bidang kita dengan sungguh-sungguh.

Jika ada seribu saja pegawai negeri yang berdedikasi sama seperti pak Made di setiap kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, akan memberikan efek positif yang luar biasa bagi perkembangan kabupaten/kota tersebut. Apalagi jika semua pegawai negeri yang ada bisa menjalankan tugas dan fungsinya dengan benar, maka masalah-masalah bangsa kita ini akan dengan mudah bisa ditemukan solusinya.

Selamat menjalankan tugas kepada pegawai negeri di seluruh Indonesia. Semoga tugasmu kepada negara engkau jalankan dengan sungguh-sungguh. Tugasmu adalah tugas mulia, bekerja untuk negara demi kesejahteraan seluruh warga. Maka lakukanlah tugasmu dengan cara yang mulia pula.

Terima kasih kepada setiap pegawai negeri di seluruh indonesia yang telah menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dan penuh dedikasi.


Cerita Lainnya

Lihat Semua