info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Ujung Pasir, Kelas Jauh Kami

Agus Rachmanto 29 Januari 2011
Sekolah kami memiliki lokal jauh, istilah di sini untuk “kelas jauh”, yaitu proses pembelajaran sekolah yang dilaksanakan di tempat berbeda tetapi secara administratif legal formal menginduk pada “sekolah induk”. Sekolah kami, SD N 4 Titi Akar berjarak satu jam lebih dengan speedboat dengan lokal jauh Ujung Pasir. Di Ujung Pasir (katanya) ada tiga lokal (penyebutan lokal sangat jamak di sini untuk menyebut “ruang kelas”) yang terbuat dari tembok dan kayu, semi permanen. Saya perlu menggunakan kata “katanya” karena pada faktanya, saya memang belum pernah ke sana. Kelas jauh itu betul-betul jauh (sekali lagi, “katanya”). Tapi sepertinya memang jauh. Pak Azhar, Kepala Sekolah kami, baru sekali ke sana selama dua tahun lebih menjabat. Apa karena malas? Saya kira tidak. Pak Azhar adalah sosok yang memiliki dedikasi tinggi, terbukti ia rajin datang ke sekolah walaupun harus menyebrang selat selama 15 Menit setiap hari. Apa pasal? Mahal! Dengan speedboat, Pak Azhar yang datang ke Ujung Pasir beberapa hari lalu, menghabiskan Rp 1.300.000,00! Jangan berharap saya salah menuliskan angka “nol”, kebanyakan. Tidak. Itu angka valid. Nolnya memang lima biji mengikuti dua digit angka: tiga belas. Ya, satu juta tiga ratus ribu rupiah. Dan kapasitas speedboat, limited seats! Pak Azhar ingin sekali saya ikut (dan saya juga sangat berhasrat, tentu saja) tetapi saya harus kalah dari rombongan Pak Camat yang juga untuk pertama kalinya ke lokal jauh Ujung Pasir. Sebetulnya, selain dengan jalan laut, dari Hutan Samak ke Ujung Pasir bisa ditempuh dengan jalan darat. Begini rutenya: Di pelabuhan Hutan Samak, kita harus gotong-gotong Honda (di sini, semua merk sepeda motor disebut dengan “Honda”, bisakah kalian beritahu, ini majas apa? Saya benar-benar lupa) ke atas pompong. Sampai di Titi Akar, kita bisa lewat Pangkal Batang atau Muncung (yang memiliki nama alias Sido Makmur yang penduduknya mayoritas keturunan Jawa). Selanjutnya kita akan menyusuri tepi perairan sampai Pangkalan Nyirih. Kita perlu berdoa ekstra, terutama di daerah Hutan Alus karena kalau air sedang pasang, jalan tertutup air dan akan sangat repot. Saya pernah mengalami sedikit cobaan itu karena waktu itu air sudah mulai surut. Pun demikian, kami harus menuntun Honda dan harus didorong-dorong, copot selop (satu lagi istilah di sini, bermakna sendal), linting celanan. Setelah sampai Pangkalan Nyirih, silahkan nyebrang (lagi). Tapi sekarang sudah ada jembatan. Silahkan melanjutkan perjalanan dengan mayoritas jalan tak begitu baik. Saya pernah melewatinya bersama lima kawan, dengan tiga Honda. Satu Honda harus tersungkur! (untungnya tak ada luka). Perjalanan saya “hanya” sampai di Batu Panjang, Ibu Kota Kecamatan Rupat Selatan. Saya membutuhkan lebih dari tiga jam untuk sampai ke Batu Panjang, dengan sedikit sakit pinggang. Kata orang, ini kondisi terbaik jalan dari Titi Akar ke Batu Panjang. Hah! Nah, dari Batu Panjang masih dibutuhkan sekira satu jam ke Ujung Pasir. Nah lho! Secara administratif, Ujung Pasir masih masuk Desa Titi Akar yang memang luas luar biasa. Ujung Pasir berada di perbatasan Kecamatan Rupat Utara dan Kecamatan Rupat Selatan. Saya lupa berapa jumlah pasti murid di Ujung Pasir. Tapi sekitar tiga puluh, dengan tiga guru. Semua guru yang di lokal jauh berstatus guru honor. Dua diantaranya merupakan honor daerah, biasa disingkat Honda (ada dua istilah honda berarti). Yaitu dari dana APBD. Tahukah anda berapa gaji Honda di Bengkalis? Rahasia........! Yang pasti, ada dua murid kelas enam. Keduanya laki-laki: Okky dan Putra. Keduanya (keturunan) Jawa. Mereka tinggal di Ujung Pasir mengikuti orang tuanya yang bekerja di sana. Mayoritas orang di Ujung Pasir kalau bukan nelayan berarti pekerja di pabrik (akan saya ceritakan tentang “pabrik”). Sekolah kami sendiri merupakan sepotong tanah yang masih dimiliki pemerintah. Ujung Pasir (dan daerah di sekitarnya) hampir semua dimiliki “pabrik”. Dan hebatnya, Okky dan Putra datang ke Hutan Samak untuk ikut try out! Mereka diantar orang tua Putra dengan pompong pada minggu sore. Try out pada senin dan selasa. Mereka dijemput kamis sore. Saya ingin memeluk mereka. Mengatakan mereka luar biasa! Salut untuk kalian! Saya berjanji akan ke Ujung Pasir menemani kalian beberapa hari. Suatu saat nanti. Pada suatu hari. Saya berjanji..... Salam Pengajar Muda!

Cerita Lainnya

Lihat Semua