Tiba juga di Pulau Rote

Agung Yansusan Sudarwin 5 Agustus 2011
Setelah menunggangi burung besi dari jakarta ke kupang selama kurang lebih 3 jam, dan menaiki kapal ferry selama dua jam, akhirnya aku sampai juga di tanah Rote (ayoo total perjalanan jakarta-Pulau Rote jadinya berapa jam anak-anak? #soal SD kelas 4). Pertama kali datang di Rote kami langsung menuju pusat ekonomi Rote yaitu Jalan Ba’a.  Di jalan inilah berbagai komoditas tersedia, dari mulai pedagang matrial sampai baso malang.  Lebar Jalan Ba’a hanya kurang lebih 8 meter, sempit dan satu arah. Sepanjang jalan terdapat kios-kios pedagang yang umumnya diisi oleh pedagang pendatang dari Cina, Jawa, Bugis maupun Sumatera. Kedatanganku di pelabuhan ba’a disambut oleh angin yang sangat kencang, kencang sekali, jikaku melihat semua perempuan yang berambut panjang disini, maka rambut perempuan-perempuan tersebut akan terurai ditiup angin, sungguh eksotis pemandangan Indonesia Timur ini. Sementara aku? Bulu hidungku yang sudah gondronglah yang terurai-urai karena tertiup angin kencang Rote, eksotis juga kan? Setelah berkumpul di Jalan Ba’a, kami semua datang ke kantor bupati dan disambut oleh permainan sasando (alat musik khas Rote) dan tarian selamat datang Rote. Sambutan dari pemerintah daerah cukup ramah sekali. Jadi serasa di pulau sendiri. Bersama sepuluh teman pengajar muda, kamipun berpencar ke desa kami masing-masing. Kami sebanyak sepuluh orang disebar keberbagai macam kecamatan. Setiap pengajarmuda mengisi satu kecamatan, dan kecamatan penempatanku bernama Kecamatan Rote Barat Laut. Aku pun pergi menuju kecamatan tempat dimana aku ditempatkan. Sepanjang perjalanan aku melihat disekelilingku banyak sekali hutan, gereja, rumah penduduk, sawah dan pohon lontar berada dimana-mana. Barangkali disinilah aku melihat banyak pohon lontar terdapat dimana-mana.  Selain itu, sepanjang perjalanan menuju rumah keluarga angkatku, aku meihat ada hamparan sabana yang luas dan indah, aku pun berkata, “ apakah ini New Zealand? Oh bukan ini Rote Ndao” sungguh indah sekali Indonesia. Aku sempat melihat beberapa pesisir ketika berada di jalan raya menuju kecamatanku. Pantai disini kebanyakan berpasir putih, berombak tenang, dan airnya berwarna biru muda gradasi menuju biru tua. Aku mendapat kehormatan untuk tinggal di kecamatan Rote Barat Laut. Di kecamatan ini aku ditempatkan di SD Inpres Oeoko desa Modosinal. Akhirnya aku mengetahui secara detail apa nama desaku dan nama sekolahku. Di desaku ini kaya akan hasil pertanian dan peternakan. Ketika masuk ke desaku ini, aku serasa masuk ke Taman Safari. Disini hewan ternak beragam, mulai dari ayam, kebo, sapi, kuda, kambing, domba dan babi. Semuanya berkeliaran sampai-sampai terkadang menghalangi jalan. Ada hal unik, disini banyak sekali babi berkeliaran, mungkin jika aku tinggal di Bandung, kucing yang banyak berkeliaran kesana kemari, tapi disini, babi merajalela! Aku kira babi itu binatang yang menjijikan, tapi perkiraanku itu semua salah, ternyata babi merupakan binatang yang lucu dan menggemaskan. Babi itu binatang pemalu, aku liatin matanya dia langsung berbalik badan, aku dekati dirinya dia langsung lari terbirit-birit sambil mengeluarkan suara ngok ngik ngok ngik. Apakah ini tanda dia menyukaiku dan ge er ketika aku memperhatikannya atau dia takut dengan keberadaanku? Hanya Tuhan dan babi itu saja yang tahu. Dan beruntung kau wahai babi, karena aku tidak memakan dagingmu. Kedatanganku di Desa Modosinal disambut meriah oleh para siswa dan warga, aku digiring menuju SD dan masuk kedalam suatu ruangan. Sebelum masuk kedalam ruangan, aku disambut oleh tarian foti dan diselendangkan semacam kain tenun khas Rote. Aku merasa seperti pejabat penting, padahal aku hanya seorang Agung Yansusan. Ya sudah, aku tetap mengapresiasi persembahan mereka untukku dan aku senang tiada kepalang karena inilah pengalaman pertamaku seumur hidup disambut meriah oleh suatu suku. Di otak ku hanya ada 2 kata, luar biasa. Setelah penyambutan, akhirnya aku dipertemukan dengan keluarga angkatku yang akan menerima dan mengurusku selama satu tahun. Keluargaku tersebut ialah keluarga Bapak Anis Modok. Sungguh ramah sekali keluarga Pak Anis, aku diperlakukan seperti keluarga mereka sendiri. Kebetulan anak paling besar mereka yang bernama Wan sedang pergi merantau ke Papua, jadi kedatanganku seakan-akan seperti pengganti Wan. Sungguh mengharukan. Dan akhirnya, aku menjalani kehidupanku di Rote, di rumah keluarga Bapak Anis. Keluarga bapak anis memiliki satu istri dan 4 orang anak. Yang sulung sedang merantau di tanah papua, dan yang sisa tiganya bernama nixon, mensi dan onsi tinggal di rumha bersamaku. Disinilah awal kisahku di Pulau Rote telah dimulai. Akan kuceritakan mengenai keluargaku satu persatu. Berikut ceritanya : 1.       Bapak Anis Modok Beliau adalah kepala keluarga disini. Umurnya sekitar 40 tahun-an. Beliau memiliki banyak keahlian. Bertani, tenaga bangunan, ahli meubel, petani lontar dan peternak. Hebat kan? Multi-talent banget. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, dia masih memiliki otot yang bidang, perut yang six-pack. Pokoknya badannya idaman temen-temen kampus saya yang sekarang sedang berjuang keluar masuk tempat fitness dan nabung beli susu penumbuh otot seharga 800 ribu. 2.       Mama Orpa Modok Beliau adalah ibu rumah tangga di keluarga ini. Beliau tidak kalah hebatnya juga dengan bapak Anis. Beliau memiliki banyak keahlian seperti membuat kue, berdagang, dan guru di gereja. Pokoknya kue buatan dia sering membuatku mabuk kepayang dan ketagihan. Luar biasa sekali. 3.       Wan Modok Beliau adalah anak pertama dari keluarga modok ini. Sekarang dia sedang berada di tanah Papua daerah Sarmin. Dia merantau untuk mencari pengalaman hidup dan tentunya uang juga. Dan konon katanya sedang mencari nona juga. Aku belum pernah bertemu dengannya, mungkin nanti bulan november 2011 aku akan bertemu dengannya. 4.       Nixon Modok Anak kedua dari pasangan Bapak Anis dan mama Orpa ini merupakan anak yang selalu tampil funky, trendy dan sexy (menurut dia sendiri sih). Dia mengenakan anting di telinga kirinya (untung masang antingnya gak di gusi), menandakan bahwa dia seorang lelaki maskulin. Sekarang dia meneruskan pendidikannya ke SMK di daerah Rote Barat Daya. 5.       Mensi Modok Dia adalah anak perempuan pertama dan satu-satunya yang paling cantik dan manis. Lesung pipitnya pasti membuat setiap orang dewasa ingin mencubit pipinya. Sekarang dia akan masuk ke kelas 7 SMP. Semangatnya untuk belajar bahasa inggris sangatlah besar. Luar biasa. Mudah-mudahan aku bisa berbagi ilmu bersamanya. 6.       Onsi Modok Anak ini merupakan anak bungsu. Onsi merupakan anak yang enerjik dan cekatan. Dia penuh dengan humor, semangat dan murah senyum. Mungkin skill humornya belum menyamai skill komeng atau tukul jika melawak, tapi lawakannya yang kadang tidak aku mengerti sering membuatku terpingkal-pingkal karena mimik mukanya yang lucu. Dia termasuk anak-anak cerdas di sekolahnya. Hal tersebut terlihat dari tidak pernah absennya dia dalam chart 3 besar ampuh SD Oeoko. Wow, aku aja di SD tidak pernah rangking satu, dan dia sudah beberapa kali jadi rangking 1. Keluarga baruku ini sangatlah unik, mereka semua berbakat, walau pendidikan paling tinggi mereka hanyalah SMP. Sekarang keluarga ini sedang berjuang untuk mendapatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Komitmen tersebut terlihat dari mereka yang sangat peduli sekali akan dunia pendidikan. Mama orpa yang selalu membantu SD Oeoko jika membutuhkan beberapa logistik dan konsumsi, Bapak Anis yang terkadang sering membantu mengajar seni budaya di SD Oeoko, Mensi yang kelak bercira-cita menjadi bidan dan Nixon yang gigih ingin melanjutkan menuju sekolah menengah kejuruan. Mudah-mudahan keberadaanku disini tidak menjadi benalu dan senantiasa selalu bisa memberikan kontribusi kebahagiaan dalam kehidupan keluarga Bapak Anis Modok ini. Aku hanya bisa berjuang dan berharap agar itu bisa terjadi.

Cerita Lainnya

Lihat Semua