Rote Timur Ingin Dilirik

Andita Destiarini Hadi 22 Juli 2011

Desa Mukekuku, Kecamatan Rote Timur, Rote Ndao.

Ketika pertama kali pengumuman daerah penempatan Indonesia Mengajar Angkatan II, jujur saya sedikit kaget mendapatkan daerah penempatan Rote Ndao.  Saya kurang informasi mengenai pulau ini dan info pertama yang saya cari dari pulau ini adalah tempat wisatanya. Maklum saya sangat hobi mengunjungi tempat wisata. Ternyata  ada satu tempat favorit wisatawan asing untuk berselancar yaitu Nembrala yang terletak di Rote Barat. Setiap tahunnya di sana diadakan kompetisi selancar internasional, pesertanya dari seluruh dunia. Bahkan pemerintah setempat berkata bahwa Pantai Nembrala merupakan tempat berselancar terbaik kedua setelah Hawaii (untuk masalah ini saya belum mencari kejelasannya, maaf..hehe). Semangat saya semakin tinggi untuk segera berangkat ke Rote dan berharap ditempatkan di kecamatan Rote Barat. Namun, Tuhan berkata lain. Ternyata takdir saya menjadi bagian penduduk Rote Timur. Tidak ada bayangan sama sekali tentang Rote Timur, bahkan ketika mencari informasi tentang Rote Timur di internet, data yang didapatkan sangat sedikit. Ketika saya bertanya kepada orang Rote, jarak dari Rote Timur ke Barat minimal 3 jam naik mobil. Oke, saya mencoba meluruskan tujuan mengikuti Program Indonesia Mengajar,bukan untuk wisata tetapi memajukan pendidikan di Indonesia dengan mengisis kekosongan guru di daerah pelosok.

Tiba waktunya menginjakkan kaki di Rote Ndao dan ternyata Rote Ndao pulau yang terletak di Selatan Indonesia yang  memberikan kejutan-kejutan mata bagi siapa saja yang mengkunjunginya. Lautnya biru tersinari matahari membuat kita semakin penasaran dengan Rote Ndao, ibaratnya dicolek sedikit langsung minta lagi. Jalanan berbukit, kanan kiri sabana dan stepa. Hewan ternak berlarian di jalanan. Di Rote tidak ada lampu lalu lintas tetapi yang ada mobil berhenti karena ternak  menghalangi jalan. SERU!!!.. kapan lagi kita dihalangi sapi yang sedang merumput..hehehe.

Belum tenang rasanya belum menginjakkan kaki di Rote Timur dan akhirnya untuk pertama kalinya saya tiba di Rote Timur yaitu pukul 17:30 wita, tentu saja hampir gelap. Bahkan laut di depan sekolah pun tidak terlihat lagi. Saya ditugaskan di SD. 14 Inpres Batula, Desa Mukekuku, Kecamatan Rote Timur. Untuk mencapai sekolah tempat saya ditugaskan, saya harus menempuh jarak sekitar 50 km dari kota. Jalanya bermacam-macam dari aspal, tanah hingga pasir dengan medan jalan yang sangat “menantang” (motor matic tak akan bertahan di sini). Penilaian awal daerah sekitar sekolah tidak bisa dilakukakn pada hari itu. Keesokannya saya kembali ke Desa Mukekuku, Dusun Batula. Selama perjalanan menuju Dusun Batula, saya dimanjakan oleh pemandangan yang membuat mata tak berkedip memandangi pantai dan deretan pohon lontar,  walaupun di dalam mobil saya merasa seperti naik kicir-kicir karena jalan yang tak rata dan naik turun bahkan kami melewati jembatan yang harus kami susun dulu sebelum melaluinya. Rote timur sudah membuatku jatuh cinta dengan keelokan pantainya.  Rote Timur tak berhenti sampai disana membuatku terpukau. Suatu sore, saya berjalan bersama penduduk Dusun Oeulu (bersebelahan dengan Dusun Batula, namun masih termasuk Desa Mukekuku) menuju salah satu bagian pantai Rote Timur. Berjalan cukup jauh, apalagi pakaianku lebih cocok pergi ke kantor bukan ke pantai (maklum, tak sempat berganti pakaian setelah pengumuman kelulusan di SD tempatku bertugas), namun setibanya di Pantai yang sampai sekarang saya tidak tau namanya, saya hanya takjub luar biasa..... Indahnya bukan main. Pantai yang dikeliling karang yang membuat air terperangkap, namun di sisi yang lain terdapat pasir putih yang sangat halus, terdapat juga batu-batu tinggi yang sangat bagus untuk berfoto. Luar biasa. Namun, tiba-tiba muncul dibenakku: “ Mengapa pantai seindah ini tak terdengar sampai keluar pulau Rote?”.  Memang Pantai ini langsung berhadapan dengan Samudra Hindia sehingga ombak sering kali besar, tetapi menurut saya, itu bukan alasan unuk tidak mengembangkan panatai di daerah Rote Timur ini. Setidaknya jalan menuju Desa Mukekuku harus diperbaiki. Jalan yang menjadi penghubung penduduk Desa Mukekuku dengan dunia luar sangat tidak layak untuk dilalui. Apabila musim hujan tiba, jalanan yang sebagain besar tanah berpasir berubah menjadi lumpur (orang sini sering menyebutnya lumpur Lapindo 2). Terdapat dua jembatan yang sudah hancur, yang satu disiasati oleh penduduk sekitar dengan menggunakan kayu bekas pohon lontar yang harus disusun terlebih dahulu sebelum melintasinya sedangkan yang satu lagi dibiarkan rusak. Akses yang kurang mendukung ini bisa jadi salah satu faktor yang menyebabkan wisata di Rote Timur kurang berkembang. Bagi para pemegang kepentingan, liriklah Rote Timur, agar Barat dan Timur seimbang dalam pembangunan.  Bagi pecinta jalan-jalan atau travelling, sesekali kunjungilah Rote Timur demi memajukan pariswisata Indonesia.... :-)


Cerita Lainnya

Lihat Semua