#10 Anak Dusun ke Jakarta

agung cahya nugraha 28 Desember 2012

 

“Kami percaya, anak-anak di daerah tidak kalah pintar dari anak-anak kota,” adalah kalimat sakti yang baru saya alami kebenarannya.

Adalah Fitriyani (Pipit), siswi kelas 6 SDN Karang Agung Kec. Lalan Kab. Musi Banyuasin, Sumsel terpilih menjadi delegasi Sumsel (delegasi yang mewakili provinsi ) untuk Konferensi Anak Indonesia 2012 (Konfa 2012) setelah karangannya masuk majalah Bobo.

Ketika mendapat telpon dari pihak Bobo, “Fitriyani SDN Karang Agung kan mba?” saya sampai harus mengkonfirmasi ulang untuk meyakinkan bahwa memang ada siswa SDN Karang Agung yang mewakili Sumsel untuk Konfa 2012 di Jakarta. Soalnnya  ini ke Jakarta men, Jakarta!

Pihak sekolah begitu bersuka cita menyambut kabar baik ini. Sekolah kami menjadi terkenal. Pipit bahkan dibantu banyak pihak untuk memenuhi berbagai keperluan dan perlengkapan Konfa. Bahkan Pak Sam kepala UPTD yang membelikan langsung pakaian adat untuk Pipit ke Palembang.

Bukan kepalang bangganya sekolah, desa, dan kecamatan kami. Seumur-umur semenjak sekolah ini dibangun, bahkan sejak kampung ini ada, baru kali ini lah ada anak kami yang bisa tembus hingga ke Jakarta. Nyaris di semua event keguruan, seperti KKG (kelompok kerja guru) dan K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) Pipit dibahas dan di-mention, hal ini dilakukan bukan untuk pamer-pameran, tetapi untuk melecut semangat sekolah-sekolah lain agar bisa mengukir prestasi yang sama.

Kades (walau tidak bisa bertemu secara langsung), Camat, bahkan Bupati (walau waktu itu gagal bertemu sehingga diwakilkan kepada Pak Beni, Wabup Muba) ingin bertemu dengan Pipit untuk mengapresisasi prestasi anak ini. Bapak Camat bahkan menyuruh saya untuk membagikan tips and trick sehingga Pipit bisa tembus ke Jakarta pada kegiatan K3S mendatang. 

Bagi Pipit sendiri, Ini adalah kali pertama ia menginjakan kaki di Jakarta (anak ini bahkan baru 3 kali ke palembang, padahal Palembang adalah kota terdekat dari dusun). Banyak pengalaman ‘pertama kali’ yang Pipit alami. Naik pesawat, tidur di hotel ber AC, mandi menggunakan shower, menggunakan toilet duduk dan yang paling penting bertemu dengan anak-anak dari provinsi lain seluruh indonesia yang secara fisik berbeda. Bahagia sekali membayangkan apa yang Pipit rasakan saat mengalami semua first experiences ini.

Di Jakarta Pipit bergabung dengan 35 anak seluruh indonesia yang juga delegasi Konfa 2012. Mereka berbagi kamar dan kegiatan mengikuti rangkaian acara kunjungan ke berbagai tempat yang sangat seru. Seperti ke taman lalu lintas, mengalami menaiki berbagai alat transportasi (taksi, busway, kereta, sepeda, perahu, bahkan motor Harley Davidson). Anak-anak ini juga diberi kesempatan masuk ke tempat yang tidak boleh dimasuki oleh orang sembarangan seperti MTNC (Monitoring Traffiic National Center) Polantas dan Pusat monitoring jalan tol milik Jasaraharja.

Anak-anak ini mendapat berbagai gelar kehormatan yang disematkan oleh WHO (World Health Organization), Kepala Korps Lantas, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perhubungan.

Acara puncaknya, anak-anak ini menetapkan poin-poin penting dan mendeklarasikannya menjadi sebuah piagam mengenai keselamatan di jalan. 

Saya sebagai guru merasa sangat bahagia bisa menyaksikan anak-anak ini (terutama anakku, Pipit) bisa tampil dikancah nasional di umurnya yang baru 12 tahun (saya mungkin masih main layangan di sawah saat seusia dia ini). Ia sempat menujukan kebolehannya menari dan bersosiodrama dihadapan Bapak Menteri Pekerjaan Umum dan kementrian Perhubungan.

Air mata nyaris menetes saking bangganya. Bahkan Pipit mendapat kehormatan menjadi perwakilan yang disematkan tanda kehormatan oleh WHO.

Dalam event ini semua anak setara, tidak penting asal mereka dari kota atau desa pelosok yang seluruh fasilitasnya minim. Semuanya adalah tamu kehormatan, delegasi provinsi dan duta keselamatan lalu lintas.

Begitu pulang kembali ke desa, seluruh sekolah menyambut kami berdua dengan sangat meriah. Kami bahkan dikalungi kalung bunga yang dibuat anak-anak. Ini merupakan sambutan paling meriah seumur hidup saya. Anak-anak sudah berbaris memenuhi jalan-jalan menuju sekolah, menyambut kami dengan tatapan rindu, bahagia dan kagum.

Entah apa yang dirasakan Pipit, bagi saya sendiri ini adalah momen paling mengharukan. Saya belum bisa mengajar semua anak-anak ini, tapi mereka begitu tulus menyambut saya. Tak henti-hentinya senyum saya  terkembang menatapi wajah mungil mereka.

Mereka (sekolah, guru dan anak-anak) telah sepakat untuk tidak berhenti di sini, mereka telah menyusun sebuah mimpi besar, bergerak untuk bisa mengukir prestasi lagi, prestasi yang lebih membanggan dari Pipit yang pergi ke Jakarta.

Benar sekali kata pak Hikmat, CEO Indonesia Mengajar, “... Anak-anak di daerah tidak kalah pintar dari anak-anak kota...” kami di Karang Agung telah membuktikannya. []


Cerita Lainnya

Lihat Semua