#3 'S' untuk Senin :)

agung cahya nugraha 27 Juli 2012

 

My first school day.

Pagi ini aku terbangun saatudara dingin menyusup di antarakisi-kisi jendela lantai dua. Angin berhembus pelan nan dingin dari arah laut (sungai). Mataku mengerjap merabajamtangan. Setengah 5 pagi.

lantunan suara tadarus terdengar dari mesjid samping rumah tidak lama kemudian. Buru-buru menyambar sarung dan kemeja, segera turun mengambil air wudhu. Nenek belum bangun, nampaknya baru aku sendirian yang terjaga.

Cahaya matahari mengintip pelan menembus kaca kamar yang menghadap laut. Kemilaunya berpantulan di lantai sungai membentuk semancam karpet keemasan yang bergoyang. Sungai kubu baru bangkit, dari jauh telihat beberapa penduduk menduduki dermaga dan WC terapung mereka. Mandi, sikat gigi, mencucipiring. Anak-anak kecil riang berenang-renang.

Aku menengok ke bawah dari serambi atas. Puluhan anak-anak kecil berwajah polos nan riang,berseragam merah putih dengan tas yang bergoyang-goyang di punggung mereka,memenuhi jalan utama dusun kami. Semuaanak kelas satu menyandangtas yang lebih besar dari badan mereka--dan itu terlihat lucu--berbaur dengan ibu-ibu yang hendak berangkat ke kebun dan ibu-ibu dari dusun seberang yang penjaja sayuran keliling dengan bakul di atas kepala mereka. Meriah!

Setelah nyaris satu bulan menjadi warga Sungai Kubu, baru kali ini aku melihat parade gempita ini. Celoteh riang anak-anak berbaur dengan suara pipitan burung walet yang dipelihara warga, memenuhi jalanan sederhana namun satu-satunya jalan coryang kami miliki di sini.

Tawa dan riang anak-anak baru yang palingkentara, seragam baru putih bersih, celana rok merah menyala, sepatu hitam mengkilap dan tas besar berkilau yang masih bau toko menyusuri jalanan utama dengan cekikikan lugu dan kilatan mata penuh gairah. Malaikat-malaikat kecil ini menyelinap di sela-sela rumah padat yang memagari jalan utama ini. 

Aku yang benci Senin terpaksatersenyum. Di dua dusun yang padat ini (perkampungan darat dan laut), dengan hanya satu SD dan SMP, walau sebagian anak terpaksa sekolah siang karena lokal kelas yang terbatas, ternyata, di sini masih menyimpan begitu banyak semangat untuk belajar. Semangat untuk cerdas.

Aku bergegas, menyandang ranselku. Dengan dada bergemuruh penuh semangat aku segera bergabung dengan kerumunan suka cita itu. Ingin segera menemui keramaian serupa di sekolah, membenamkan diri dalam deru gairah anak-anak polos ini.

Senin ini akan hebat!

 

AMUBA!

Dayung, dayung, dayung!!!                                                                                                    Rabu 18/7/12 07:47


Cerita Lainnya

Lihat Semua