Harta Karun di Sekolah

Agung Firmansyah 2 Juni 2011
Mas Guru Punya Cerita: Harta Karun di Sekolah (mirip judul episode Doraemon :mrgreen: ) Seri Konstruktivisme

Saat tim Majene B menjalani praktik mengajar di sebuah madrasah ibtidaiyah (setingkat SD) di Ciawi, kami sering membuat alat peraga untuk mengajar. Saya sendiri pernah membuat peta dunia selebar papan tulis bermodalkan gambar .JPG (digital) peta dunia, Ms. Excel, printer, lem, dan beberapa lembar kertas A3. Diskusi dengan para trainer makin meyakinkan kami, para pengajar muda, bahwa guru juga harus terampil membuat alat peraga. Tetapi – pada suatu hari di SDN Tatibajo – keyakinan itu segera runtuh :D .

Daripada iseng ngupil, mending iseng membongkar-bongkar lemari sekolah. Ternyata SD Tatibajo punya harta karun. Harta karun yang paling mengejutkan – serta menggembirakan – adalah adanya 5 globe dunia, 4 globe bintang, 4 kit (alat peraga) IPA, dan 4 kit matematika. Semuanya berdebu. Di jam istirahat itu juga aku membongkar 1 kit matematika. “Bagus itu Pak kalau dipakai. Anak-anak itu kan senang dengan benda yang berwarna-warni.”, kata seorang guru. “Iya, Bu. Males saya bicara panjang lebar. Kalau ada bendanya kan enak, tinggal “Nih, benda yang namanya kerucut!”. :-)”, jawabku. Mantab betul SD ini, bisa jadi sekolah alam sungguhan. Mau observasi tinggal ke rumah, sungai, atau kebun. Sekarang nemu harta karun , jadi ga usah repot-repot membuat alat peraga ~~~~\(^ o^\). Hari itu kit matematika masih dalam tahap ‘diobrak-abrik’, belum dipakai karena bab KPK masih perlu dilanjutkan di kelas VI. Keesokan harinya semua guru hadir di sekolah. Kalau sudah begini, aku biasanya bisa memilih mau mengajar kelas berapa. Berhubung kemarin baru nemu harta karun matematika dan berhubung harta karun paling atas adalah papan pecahan maka aku memilih mengajar kelas yang punya materi pecahan, kelas III. Kuakui, mengajar satu kelas lebih mudah daripada dua kelas digabung jadi satu, walau jumlah muridnya sama. Mengajar kelas gabungan butuh ketelatenan lebih karena kelas terdiri dari siswa yang tingkat kedewasaannya berbeda. Yang paling sulit adalah mengajar gabungan kelas 5 dan 6. Sulit bukan karena jauhnya gap intelegensia mereka melainkan karena sebagian siswa sudah puber sedangkan sebagian yang lain masih belum. Yang puber sudah sok cool atau malu-malu kucing, yang belum puber masih hobi muter-muter di kelas, lari-lari, lalu pipis di depan pohon (_ _’’). Kembali ke kelas III. Memancing diskusi di kelas III tidak semudah di kelas VI. Ditanya apa jawabnya apa (~_^’’). Akhirnya, daripada capek mengulang pertanyaan dan bernyayi serta berhubung yang datang hanya 6 orang (^.^) maka aku minta mereka mengubah formasi tempat duduk. Tiga meja dibuat saling berdekatan membentuk huruf U. Di tengah U diletakkan satu meja sebagai tempat mendemokan alat peraga. Dan tanya jawab pun dimulai kembali, “(Sambil memegang peraga persegi panjang) Ini apa?”. “Penggaris Pak.”, jawab Anto. Hmmm...., ok. Technically, benda ini memang bisa dijadikan sebagai penggaris. Harus buat pertanyaan yang spesifik nih. “Ya, ini penggaris. Penggaris ini bentuknya apa?”. “Segi empat Pak.”, jawab Anto dan Rudi bersamaan. Hmmm...., ok. Benar juga sih, tapi jawaban yang kuharapkan lebih spesifik lagi, persegi panjang. Jadinya, alih-alih mengajar pecahan, hari itu aku justu menyampaikan materi mengenai bentuk-bentuk benda. “Nih, benda yang namanya persegi panjang. Yang ini segi tiga. Ini belah ketupat!”. :-)”, kataku. “Benda apa yang bentuknya belah ketupat?” “Ketupat, Paaak!”, jawab mereka. Benda yang bentuknya belah ketupat? Ya ketupat lah XD! Alhamdulillah nemu alat peraga, jadinya kan ga perlu nggedabrus di depan kelas untuk menceritakan makhluk yang namanya belah ketupat :D . ------------ Aslinya aku bingung bagaimana nanti cara mengajarkan materi pecahan kepada makhluk-makhluk ini. Aku tidak tahu materi mereka terakhir sampai di mana, ditambah lagi adanya kendala bahasa (batas aman berbahasa Indonesia adalah kelas IV). Jadi untuk mengatasi kegelisahan hati :mrgreen:, malam itu aku membuat RPP (akhirnya :P). Nah, bagi siapa saja yang baru mengajar jadi guru SD, coba deh bongkar-bongkar lemari sekolahmu. Mungkin kamu menemukan harta karun yang sama :D. NB: Cerita ini ditulis akhir Desember 2010. Bersambung …. ! Nantikan episode-episode ‘Mas Guru Punya Cerita’ di blog yang sama. Cerita juga ditulis di sini.

Cerita Lainnya

Lihat Semua