Liburan Ala Bocah Jawara Lebaksitu
Agung Hari Cahyono 12 Juli 2012Libur telah tiba.. libur telah tiba....
Hore.. hore... hore..
*Libur Telah Tiba cover song by Agung. hehehehehe....
Tak terbayangkan betapa senangnya diriku, 3 hari setelah tiba di Desa Lebaksitu, tempatku kan menunaikan tugas sebagai pengajar muda, anak-anak sekolah telah memasuki musim libur akhir semester. Lah.. kok saya yang senang yah. Heheheheh *ketahuan deh malasnya.
Eits......., jangan salah paham dulu, saya senang karena di saat libur ini, anak-anak dan saya akan memiliki banyak waktu untuk bermain dan mengakrabkan diri. Oia, sebelum melanjutkan cerita lebih jauh *jauh dekat bayarnya seribu rupiah, hehehehehe ..kayak naik Angkot aja..
Seperti yang saya jelaskan tadi bahwa hingga setahun mendatang, saya Agung Hari Cahyono, Pengajar Muda Lebak, akan bertugas di SDN 1 Lebaksitu, Kampung Gunung Julang, Desa Lebaksitu, Kec. Lebakgedong, Kabupaten Lebak. Berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, membuat desa ini tak dapat dipisahkan dengan pemandangan alam pegunungan nan elok, hijau, sawah berundak-undak tumbuh dengan suburnya, udara yang bersih menjadi suguhan utama yang akan memanjakan kita, langit biru dan taburan bintang di malam hari, jangan ditanya lagi, semua ada disini rumahku.. kampungku.. Lebaksitu. Di desa ini juga terdapat tambang emas, yang menjadi sumber pendapatan masyarakat yang semakin lama semakin renta dan tak lagi seproduktif yang dulu.
Desa ini berada sangat dekat dengan Jakarta, bahkan ketika kita berkunjung ke Kampung Lebaksampay di sisi lapangan SDN 3 Lebaksitu, di malam hari di antara gemerlapan taburan bintang, kita dapat melihat cahaya gemerlap yang lain, berada tak jauh disudut sana, itulah lampu Jakarta yang cahayanya tampak angkuh berbendar-bendar membuat kami seringkali tak hanya iri hingga sedih merasa tersisih. Yagh, ironis memang, desa semakmur ini, meskipun berada dekat dengan Jakarta, di namanya masih melekat lebel desa tertinggal dan terpencil. Jalanan berbatu terjal, tak rata, tak beraspal yang acapkali longsor adalah jalanan yan harus dilalui untuk tiba disini. Dari jalan hingga kondisi anak-anak yang hanya mau bersekolah hingga jenjang SMP saja, itupun tidak berlaku bagi semua anak. SMP adalah sebuah pencapaian bagi anak-anak desa ini. Disaat orang-orang telah mampu menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi atau bahkan ke luar negeri. Disaat pemerintah dengan bangganya mengeluh-eluhkan keberhasilan program Wajib Sekolah 9 Tahun. Anak-anak ini memutuskan untuk berhenti sekolah, hanya untuk menjadi buruh tumbuk batu di penambangan emas dengan taruhan nyawa, bukan karena uang, tapi karena mereka menganggap sekolah bukanlah hal yang penting. Kami masih satu pulau dengan JAWA, kami berada dekat dengan ibu kota negara ini JAKARTA.
Sejak awal berada di sini, ku terus memikirkan hal itu, mungkin sekarang perut gunung ini masih memiliki emas untuk mereka gali, tapi entah sampai kapan? Tambang ini telah berusia cukup tua, suatu saat emasnya akan habis. Jika saat itu tiba, ku berharap anak-anakku ini, telah siap untuk memilih masa depan mereka. Menjalani masa depan mereka, menjadi apapun yang mereka mau, kerena saat emas itu telah habis, mereka adalah anak-anak yang terdidik. Yap, bila gambaran ini kalian anggap belum jelas, berarti kalianlah orang yang tepat, saya menantang kalian, sisihkan uang kalian, luangkan waktu sesaat, datanglah menengok anak-anak juara ini dan berpetualang bersama kami, Lebak berada dekat dari Jakarta secara jarak, namun jauh tertingal dari segala aspek.
Okay, kembali ke ceritaku kali ini, li...bu...ran, LIBURAN !!!!!!! yeeeeeeehhaaaaahhhh *histeris kegirangan lagi....
Setiap anak di berbagai daerah pasti memiliki cara sendiri untuk mengisi masa-masa liburannya. Ada yang memilih untuk menghabiskan waktu liburan dengan bersantai, tidur-tiduran, nonton TV atau main games seharian. Bagi kami anak-anak desa Lebaksitu, sepertinya hal itu bukan pilihan yang tepat, karena kami memiliki desa yang menyajikan sejuta tantangan untuk dijelajahi. Anak-anak di desa ini sangat senang melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi. Banyak kegembiraan, kerinat dan petualanan yang dilalui. Secara sederhana berikut ini ringkasan tentang aktivitas liburan kami:
1. Bermain Sepeda
Setiap pagi, siang, sore, hingga malam, atau secara sederhana dapat dikatakan anak-anak didesa ini bersepeda sepanjang hari. Bahkan subuh, setelah mereka bangun tidur, mereka mengeluarkan sepeda dan bersepeda keliling kampung. Wahh super, energi mereka sangat banyak, sayapun terkadang letih hanya dengan melihat mereka bersepeda. *faktor usia.. hehehehe.. become older than my age...
2. Panen Padi
Yap, sawah memang terhampar luas disepanjang wilayah desa ini. Pada musim liburan ini ternyata bertepatan dengan musim panen padi. Anak-anak berbondong-bondong ke sawah bersama orang tua atau tetangga mereka untuk membantu memanen padi. Satu kali sempat saya ikut bersama mereka. Awalnya saya begitu tertarik dengan apa yang membuat mereka dapat begitu antusias, padahal perjalanan menuju sawah terkadangcukup panjang dan melelahkan, dimana kita harus menyebrangi sungai, mendaki jalanan terjal, hingga menyusuri pematang sawah. Melelahkan memang, namun kegembiraan yang dapat kita peroleh ternyata lebih banyak ketimbang perasaan lelah itu, ini semacam petualangan kami. Memotong satu demi satu batang padi yan tampak berisi menguning dan makan bersama dengan beralaskan daun pisang dan lauk ikan asin ditambah lagi sambel pedas, es teh manis. Wuaaaaaaah.....dijamin akan memanjakan indra pengecap kita. Pemandangan indah jadi bonus tersendiri. Heeeeeeemmm this is it, maknyuusssssssss.. !!!!!
3. Mengaji
Iya, anak-anak ini telah menjadikan mengaji sebagai suatu kebiasaan. Setiap selesai sholat marib berjamaah, mereka mengunjugi madrasah diniyah dan pesantren yang ada di desa ini untuk belajar agama dan mengaji. Wahhh, keren yah.!!!! Anak-anak yan sholeh, Amin.
4. Ngaliwet (masak dan makan bareng)
Perlu saya tekankan, ini.... bukan masak-masak biasa. BUKAN.....MASAK....BIASA..... *red: baca ala presenter infotainment... Ngaliwet merupakan sebuah tradisi yang diturunkan oleh Medha, Pengajar Muda terdahuluku yang telah tunai tugas. Menurut penuturan anak-anak, hampir tiap minggu mereka pergi ke bedeng (bagian sawah) untuk memasak dan makan bersama. Semua disiapkan oleh anak-anak, mulai dari pemilihan waktu, pembagian tugas membawa bahan makanan, jenis masakan, hingga iuran yang mereka kumpulkan sendiri. Ketika mengalaminya, betapa terkejutnya diriku, mereka sangat mandiri, anak-anakku sangat pandai mempersiapkan sebuah kegiatan. Berbekalkan penggorengan, beras, ikan asin, cabe, garam dan bahan makanan lainnya, mereka menata batu besar dan mencari kayu untuk digunakan memasak. Makanan yang disajikanpun matang secara sempurna. Terasa sangat berbeda, sangat nikmat dapat berkumpul bersama mereka di tengah-tengah alam terbuka, makan hidangan yang dibuat anak-anak muridku, beralaskan daun pisang, lahap sudah pasti, keringat bercucuran di kening dan perut kembung jadi tanda keganasan kami. Tak lupa rujak buah menjadi hidangan penutup.
5. Mandi disungai dan mendaki gunung, itu hal biasa yang mereka lakukan
6. Mengajariku bahasa Sunda
Inilah tugas terberat anak-anak ini, hampir setiap hari mereka berbicara menggunakan bahasa sunda, tapi ketika kutanyakan mengenai arti kata-perkata, mereka selalu akan kesulitan untuk menemukan padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Meskipun dijelaskan dan selalu ada kata baru yang kupelajari tiap hari, tiap hari pula ku akan melupakan beberapa kata yang kemarin kupelajari. Hehehehehehe, meskipun demikian ku tetap semangat tuk belajar. *pasang wajah serius
7. Menggambar dan membaca buku cerita
Ini adalah suatu aktifitas yang coba kutularkan bagi anak-anakku. Membiasakan mereka duduk diam disuatu tempat, bukanlah pekerjaan yang mudah. Mereka memiliki terlalu banyak energi. Untuk mengambar mereka hanya mampu bertahan hingga 15 menit, dan membaca jika mampu bertahan selama 5 menit, itu rekor yang luar biasa, setelah itu mereka semua hilang satu pertsatu, berlarian, berhamburan hingga tak tampak lagi. Waaah, inilah PR bagiku kini. *menghela napas panjang
8. Mendengar anak-anakku bercerita
Jika duduk diam membaca dan menggambar merupakan hal yang sulit dilakukan oleh anak muridku. Bagiku duduk diam dan mendengar mereka bercerita, humf.. aktifitas yang cukup berat. Bukan karena cerita mereka kurang menarik, bukan pula karena terlalu panjang. Alasannya sederhana, sejujurnya saya adalah tipe anak yang hiperaktif dan parahnya lagi saya sangat suka berbicara *yap, yang salah itu kebiasaan saya.... Seringkali saya merasa bersalah karena kedapatan menguap atau tidak serius menanggapi cerita mereka. Sangat egois. Padahal anak-anak ini telah bersedia bercerita banyak hal, sangat antusias dan seharusnya menjadi sangat menarik jika ku sedikit saja mampu bersabar. Semoga saja, selanjutnya saya mampu mendengarkan semua cerita-ceritamu nak.
Liburan ini masih tersisa satu minggu lagi dan pastinya kami kan terus bermain dan belajar bersama. Happy Holiday...... !!!!!
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda