Senyum Bahagia Itu, Mencairkan Ketegangan (Kesan Pertama Bertemu Anak-Anak Pinggir Sungai Musi)
adji prakoso 28 Juni 2012Detik-detik menjelang kedesa dihinggapi tanda tanya. Perasaan ini biasa muncul jikalau saya hendak memasuki wilayah baru yang akan ditinggali dalam jangka waktu lama. Tanda tanya semua yang ada dimasyarakat tersebut, khususnya penerimaan masyarakat terhadap pendatang. Namun saya tidak mau terhanyut asumsi pribadi, yang acapkali muncul tanpa data faktual. Ketika memasuki pelabuhan sungai perasaan tegang juga ikut menjadi bagian. Tegang harus menaiki speedboat (perahu motor), saya berfikir awalnya perahu yang akan mengantar hingga desa berukuran besar. Namun kondisinya berbanding terbalik perahu yang ditumpangi hanya berkapasitas 6 orang penumpang dan harus duduk berhimpitan. Bahkan dengkul kaki wajib beradu dengan pembatas tempat duduk didepannya.
Perahu motor berlalu meninggalkan kecamatan bayung lencir menuju desa kepayang. Perahu berjalan dengan cepat. Ketegangan mulai berlalu berganti suasana nikmat menyusuri sungai musi, sungguh perjalanan penuh sensasi dan jadi pengalaman baru. Sensasi perjalanan menuju desa beragam, dari melihat aktivitas penduduk yang rumahnya dipinggir sungai musi seperti memancing, mandi dan menucuci. Tampak juga aktivitas beberapa perusahaan dalam skala besar dipinggir sungai, antara lain perusahaan pengelola kelapa sawit, penebangan dan pengakutan kayu, dan tambang minyak bumi. Jumlah perusahaan yang bercokol dipinggir aliran sungai musi, tidak sedikit. Sungai musi yang besar memudahkan perusahaan tersebut untuk membawa hasil dari pekerjaannya keluar daerah atau negeri.
Sensasi lainnya, saat perahu yang ditumpangi bertemu dengan perahu lain. Perahu kita akan seperti berjalan diatas aspal yang rusak, rasanya naik turun seperti dihempaskan air sungai. Dua jam setengah perjalanan menyusuri sungai musi berlalu dan akhirnya sampai di desa kepayang. Desa yang akan menjadi tempat berbagi dan belajar tentang kehidupan. Ketika perahu yang ditumpangi hendak merapat kepinggir dermaga kecil, siswa-siswi segera menghampiri dan berteriak memanggil nama ibu Milla, pengajar muda angkatan 2 yang akan saya gantikan. Raut wajah mereka penuh tanda tanya, bagaimana perangai bapak guru baru yang akan menggantikan ibu Milla ? Perilakunya baik atau tidak ya ?
Kebingungan siswa-siswi SD Kepayang baru pertama kali melihat bapak guru yang baru ini, saya coba cairkan dengan melemparkan senyum dan lambaian tangan kepada mereka. Tunas-tunas kecil yang menghabiskan masa kecilnya dibumi Sriwijaya itu, membalas senyum dan lambaian tangan saya. Bahkan mereka melanjutkan sambutan dengan bernyanyi lagu “Selamat datang bapak, selamat datang bapak, selamat datang kami ucapkan. Salam, salam, salam. Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama. Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama”. Semua tanda tanya seketika hilang dari fikiran, yang bergantian muncul adalah perasaan senang dan takjub. Kejutan-kejutan hebat terus bermunculan saat bertemu tunas-tunas kecil bangsa.
Saat naik dari dermaga, salah satu dari siswa SD Kepayang juga mengalungi saya dengan daun pohon yang dirangkai menjadi satu dan diatasnya diberikan khiasan bunga. Indah sekali penyambutan yang disiapkan anak-anak itu. Kemudian,saya memberikan salam tos kepada mereka satu persatu. Tunas-tunas kecil bangsa dan tanah kepayang mengiringi langkah ini menuju rumah ibu kepala sekolah, yang menjadi ibu asuh dan tempat bermukim setahun kedepan. Perbincangan sejenak dengan ibu kepala sekolah dilanjutkan berkenalan dan bercerita bersama anak-anak. Mereka bercerita suka bernyanyi dan menari. “Serupa dengan pernyataan mbak Milla (pengajar muda angkatan 2) tentang kehebatan kinestetik (gerak) siswa-siswi SD Kepayang”, ujar diri ini. Saya refleks memohon kepada mereka untuk bernyanyi dan menari. Beberapa orang diantara mereka menyambut permohonan saya dengan antusias. Mereka bernyanyi dan menari dengan lugas penuh penghayatan. Kembali, saya takjub dibuatnya. Sungguh pengalaman baru dan setahun kedepan yang menyenangkan. Terimakasih siswa-siswiku yang hebat, tidak sabar rasanya belajar dan bermain bersama kalian.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda