Pijatan Lembut Anak-Anak

adji prakoso 3 Juli 2012

Hari Sabtu 23 Juni 2012, setelah bermain dengan anak-anak kelas 1 SDN Kepayang. Saya bergegas memasuki ruang guru, untuk mengoreksi hasil ujian. Ada sekitar 2 mata pelajaran yang dikoreksi, pendidikan kewarganegaraan dan matematika. Mengoreksi bukan mencocokan jawaban siswa dengan kunci jawaban yang tersedia. Saya harus mencari sendiri jawabannya di buku panduan, karena soal yang diberikan dinas pendidikan belum disertai kunci jawaban.

Setelah mendapatkan jawaban yang benar dari buku panduan, baru lanjut menilai jawaban murid-murid. Meskipun terlihat ringan, pekerjaan ini menguras fikiran karena wajib memastikan jawaban yang didapat dari buku panduan benar seratus persen. Jika ada kekhilafan memberikan jawaban, akan merugikan penilaian hasil ujian anak-anak. Jawaban yang benar bisa jadi salah.

Ketika asik mengoreksi hasil ujian semester tersebut, saya terkejut melihat kearah jendela. ada tiga orang siswa mengintip aktivitas yang kami lakukan. Raut wajah mereka menunjukan keinginan untuk bercengkrama dan bermain bersama. Awalnya hanya tiga siswa yang mengintip jendela ruang guru, namun tidak lama kemudian sekitar lima belas siswa datang  melakukan aktivitas yang sama. Rasanya dilematis, satu sisi pekerjaan mengoreksi nilai menunggu didepan mata. Tujuan segera menyelesaikan koreksi hasil ujian siswa, agar waktu lainnya lebih banyak digunakan mengakrabkan diri ke masyarakat dan bermain bersama anak-anak. Namun kalbu juga bersedih, tidak tega melihat anak-anak mengintip di jendela penuh harapan  bermain bersama.

Kecintaan terhadap tunas-tunas kecil pinggir sungai musi itu lebih besar, anak-anak dipersilahkan memasuki ruang guru. Mereka berbondong-bondong masuk ruang guru. Bahkan diantaranya berebut masuk dan bersalaman dengan kami. Kelucuan tingkah laku mereka beragam dan unik, ada yang minta diajarkan bermain laptop, memegang erat tangan, minta diperhatikan saat ngedance dan memohon di ceritakan kisah nabi. Sempat bingung mengatasi permintaan mereka, karena harus juga menyelesaikan tugas mengoreksi nilai ujian semester. Akhirnya dengan memberikan pengertian bahwa bapak harus menyelesaikan terlebih dahulu baru lanjut bermain bersama mereka dan mewadahi permintaannya, seperti memutarkan film edukatif dari laptop, memberikan buku tentang kisah inspiratif dan memotivasi sebagian murid yang ingin mempertunjukan keahliannya ngedance.

Tunas-tunas kecil bangsa itu, memahami kondisi kami yang harus menyelesaikan pekerjaan mengoreksi hasil ujian. Bahkan beberapa murid jadi body guard menjaga dan selalu mengingatkan kepada temannya jangan mengganggu saya dan mbak Milastri Muzakkar “Pengajar Muda Angkatan 2” yang sedang mengoreksi hasil ujian mereka juga. Saat wajah terlihat lelah dan mengantuk, sekitar tiga orang anak langsung meraih tangan. Satu diantaranya bernama Arya, siswa kelas 2 SDN Kepayang. Dia memimpin temannya mengutarakan keinginannya meringankan keletihan kami. Maklum selain mengoreksi nilai, kelelahan terakumulasi karena kurangnya waktu istirahat. Sebab waktu yang tersedia habis digunakan bermain dengan anak-anak dan proses adaptasi sosial masyarakat.

Arya berujar, “bapak bolehkah saya dan teman-teman memijat tangan dan pundak bapak. Agar lelah dan pegalnya bapak hilang”. Sebelum saya mengiyakan tiga orang siswa ini sudah berinisiatif memijat. Pijatannya lemah lembut dan penuh perasaan. Hampir saja dibuat terlena dan tertidur, karena nikmatnya pijatan mereka. Saya mencoba beberapa kali menghentikan pijatannya, karena tidak tega. Namun mereka menolak berhenti, pijatannya baru berhenti setelah 15 menit berlalu, itupun dihentikan dengan alasan saya hendak mengambil air minum. Sungguh pengalaman berkesan, yang akan selalu diingat dalam kalbu. Mereka membuat hari sabtu itu berkesan melebihi pergi shopping ke Mall. Pijitan itu tidak hanya menembus tulang-tulangku, tetapi juga merasuk kedalam kalbu.


Cerita Lainnya

Lihat Semua