Menghaturkan Syukur Laksana Tersenyum Menikmati Kilauan Bintang

adji prakoso 11 Juli 2012

Alam raya jadi teman pengingat rasa syukur atas seluruh karunianya

Sore itu kaki kembali menginjak desa Kepayang, tempat mengajar dan belajar setahun kedepan setelah beraudiensi dengan stakeholder pendidikan ditingkat provinsi. Selain beraudiensi, saya dan pengajar muda angkatan 4 sumatra selatan lainnya juga mengantar pulang anak-anak muda yang selesai memdharmakan dirinya membantu penuntasan janji kemerdekaan. Dharma yang dijalankan penuh suka cita, demi cita-cita besar kemajuan dan kesejahteraan rakyat di penjuru nusantara. Kami melepas pulang pengajar muda angkatan 2 penuh senyum kebanggan, sembari berdoa “Tuhan ridhoi kami dalam setiap langkah menyalakan lilin harapan, semoga lilin ini bisa memotivasi mereka menggapai masa depan gemilang. Jadikanlah kami seperti pengajar muda angkatan 2, mereka contoh individu yang tidak mengeluh dalam menghadapi rintangan dan selalu bersyukur atas setiap karuniamu”.

Tuhan sepertinya langsung mendengarkan doa hambanya ini. Ketika saya mengutarakan salam masuk ke rumah orang tua asuh, sang Khalik memberikan tantangan yang wajib di jalankan langsung. Saya langsung dipersilahkan makan oleh orang tua asuh, yang baru hari ini menempati rumahnya. Sebelumnya di masa transisi, saya tinggal bersama kepala sekolah yang juga orang tua asuh mbak Milastri Muzakkar, pengajar muda angkatan 2. Tinggal di rumah kepala sekolah, allhamdulilah tidak jauh berbeda seperti rumah sendiri. Perbedaannya hanya terletak di warna air untuk mandi. Warnanya coklat pekat bercampur tanah.

Di rumah baru ini menu makan awal saya cukup sederhana, hanya nasi dan potongan kecil ikan. Jikalau di ukur potongannya tidak melebihi tinggi jari kelingking. Kondisi ini memang berbeda dengan kebiasaan di rumah, setiap jam makan menunya terisi 4 sehat, 5 sempurna. Namun saya belajar bersyukur dari kondisi ini. Setiap rejeki yang kita dapatkan, seterbatas apapun bentuknya harus di syukuri. Benar yang sering diutarakan pengajar muda angkatan 1 saat pelatihan intensif, “kalian akan menemukan moment berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Saat itu diresapi, akan terurai rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa”. Ini peristiwa khilas balik, mengingatkan saya untuk terus bersyukur atas karunianya.

Selesai melaksanakan makan ditemani anak didik, yang juga cucuk orang tua asuh. Saya dipersilahkan mandi. Mandi yang berbeda dari biasanya, karena harus berlangsung di pinggir sungai Musi. Kontan dagdigdug merambah hati, antara takut dan penasaran. Penyebab ketakutannya harus membersihkan tubuh dengan air berwarna coklat langsung dari sungai tanpa saringan sedikitpun. Selama ini, punya pengalaman mandi di sungai saat berpetualang di gunung. Namun air sungai pegunungan jernih dan tidak berwarna sedikitpun. Beberapa detik kemudian, saya melihat sebuah tempat disediakan khusus membuang air kecil dan besar. Tempat membuang kotoran manusia ini langsung berhubungan dengan aliran sungai Musi. Bahkan ketika berbalik arah, sekitar 30 meter dari hulu saya lihat tanpa pembatas apapun seorang murid berposisi jongkok membuang hajat besarnya langsung ke sungai. Sambil menikmati aktivitasnya, bocah  itu tidak lupa menegur guru barunya ini “ hallo bapak, bagaimana kabarnya ? Baru pulang dari antar ibu Mila, ya pak ?”. Takut akhirnya bercampur suasana lucu, memperhatikan tingkah unik tunas kecil itu. Pertanyaannya terjawab diringi tawa.

Rasa penasarannya, karena ini pengalaman pertama mandi beriringan dengan aktivitas mayoritas warga yang berkaitan dengan air. Pengalaman pertama ini membuat diri bersatu dengan alam. Saya tidak berfikir lagi ini air mandi bersih atau tidak. Inilah belajar mengamalkan tindakan sosial dan kegotong royongan, sampai detail ke pemakaian air untuk seluruh aktivitas. Rasa takut akan hilang seiring kebiasaan yang dilewati intensif setiap harinya. Sekali lagi ini pelajaran tentang ketulusan dan rasa syukur. Saya coba hadapinya dengan ucapan terimakasih dan menikmati setiap momentnya. Terimakasih Penguasa Jagat Raya, engkau berikan kesempatan berharga untuk diriku. Semoga bisa kupetik nilai pembelajaran dari seluruh aktivitas.


Cerita Lainnya

Lihat Semua