info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

17 Agustus Yang Mengharu Biru

adji prakoso 21 Agustus 2012

Jikalau aliran sungai dan pohon-pohon sawit sama seperti manusia, pastilah meneteskan air mata melihat ekspresi kecintaan anak-anak desa kepada tanah airnya.

Ini adalah moment special dalam hidup. Moment yang terukir abadi dalam memori jangka panjang. Terukir abadi karena melihat senyum riang dan tawa bahagia siswa-siswiku merayakan hari kemerdekaan bangsanya yang ke 67 dengan berkarnaval keliling desa. Mereka bernyanyi lantang dan penuh penghayatan membuat gemetar individu yang mendengarnya. Derasnya aliran sungai lalan dan rimbunnya hutan sawit jadi saksi kecintaan mereka kepada tanah air Indonesia.

Karnaval anak 17 Agustusan pertama kali diselenggarakan SDN Kepayang, kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Saat diumumkan akan diadakan karnaval 17 Agustus keliling desa, saya pesimis kegiatan ini berjalan lancar. Dikarenakan hari kemerdekaan Republik tercinta sangat dekat dengan perayaan Idul Fitri. Mayoritas siswa-siswiku ada yang pulang ke kampung halaman atau membantu orang tua menyiapkan panganan hari raya.

Saat jam ditangan menunjukan pukul 16.00 WIB, siswa-siswiku sudah berkumpul di halaman sekolah. Sebagian besar menggunakan baju sekolah putih merah atau seragam pramuka. Sedangkan beberapa murid yang tadi pagi jadi perangkat upacara, menggunakan seragam khas paskibraka. Seragam yang memberikan kebanggaan, karena jadi saksi dipercayanya mereka sebagai perangkat upacara di hadapan aparatur desa, dewan guru dan masyarakat.

Saya langsung berinisiatif memberikan potongan kecil kertas krep warna merah dan putih, dilanjutkan memberi contoh menggabungkan dua potongan kertas jadi bendera dwiwarna berukuran kecil. Kemudian menempelkannya di salah satu sisi pipi. Anak-anak antusias menyambut contoh bapak gurunya, tidak butuh waktu lama bendera kebangsaan bumi Nusantara tertempel manis di pipi mereka. Dua buah umbul-umbul milik desa yang terpasang di sekolah juga dipinjam untuk memeriahkan barisan karnaval. Siswa-siswiku yang menggunakan seragam paskibra jadi pemimpin barisan, sembari membawa tulisan HUT 67 Republik Indonesia. Tulisan sederhana dari kardus bekas yang ditempel di kain putih. Menariknya salah satu ketua RT di desa ikut mendampingi karnaval anak 17 Agustus pertama di desa pinggir sungai ini.

Ketika barisan sudah berjajar rapih, serempak kaki diayunkan menuju ujung hulu atau utara desa. Saya memimpin tunas-tunas kecil menyanyikan beberapa lagu nasional seperti Indonesia raya, Hari Merdeka, Hallo-hallo Bandung, Satu Nusa Satu Bangsa dan lain-lain. Turut juga lagu anak, yang sudah dimodifikasi mewarnai keriangan desa. Tidak lupa tubuh mungil anak-anak bergerak lincah ketika bernyanyi lagu anak. Perjalanan dimulai dari sekolah yang berada di hilir menuju ujung hulu desa berjarak sekitar 3 kilometer, tidak terasa lelah karena kegembiraan tumpahruah dihari bersejarah ini.

Peserta karnaval 17 Agustusan terus bertambah di tengah jalan, beberapa anak yang awalnya asyik bermain akhirnya memutuskan bergabung dalam barisan karnaval. Senyum bahagia juga muncul dari masyarakat ketika menyaksikan anak-anak berkarnaval merayakan hari kemerdekaan, bahkan ada yang mengabadikannya dengan foto maupun video dari kamera handphone. Moment kemerdekaan didesa tahun ini terasa lebih hangat dibandingkan sebelumnya, karena menyaksikan keluguan dan keriangan tunas-tunas kecil merayakan hari paling bersejarah bagi Negaranya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua