info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Tasha Centre a.k.a TC

Adeline Susanto 1 Mei 2011
1 Mei 2011 pk.01.29 TC oh TC.. TC adalah 2 huruf yang sangat familiar di Majene. Hampir di setiap titik yang kami datangi, berada di sekitar lambang lingkaran warna biru dengan huruf TC di tengahnya. Jangan bayangkan spanduk yang jadi ajang kampanye para pemilik kepentingan, karena lambang ini bahkan ada di bangku-bangku becak, pos-pos ronda, dan banyak warung makan. TC adalah kependekan dari Tasha Centre, suatu yayasan sosial yang dibangun oleh tokoh masyarakat SulBar, H. Tashan Burhanuddin. Memang, beliau banyak menghidupi usaha-usaha kecil dan mendukung kegiatan-kegiatan sosial. Selain menjadi tempat persinggahan kami ketika pertama kali menjejakkan kaki di Majene pada tanggal 11 November tahun 2010 jam 01.00 pagi, rupanya tempat ini kerap menjadi persinggahan kami-kami yang tidak punya arah tujuan setelah bercengkerama erat dengan internet di hari Sabtu Malam. Malam Minggu ini misalnya, saya dan kedua teman pengajar muda mengerjakan suatu proyek yang membutuhkan akses internet. Terima kasih pada Warnet Al-Falah yang menerima kami berjam-jam dengan lagu-lagu berulang dengan berbagai genre. Agak-agak penuh kepala ini dengan agitasi dari lagu-lagu tersebut. Tidak terasa 6 jam sudah berlalu dan jam sudah menunjukkan jam 12 lewat. Mata mulai berat dan kami memutuskan untuk menghentikan akses internet ini. Belum tau akan bermalam di mana karena ketiadaan basecamp, kami pun luntang-lantung di jalan, sambil singgah di warung untuk menikmati kehangatan mie instan rebus. Mulailah pikiran-pikiran survival muncul, seperti numpang pipis di warnet lain dan berharap dapat berbincang dengan pemiliknya dan mendapat tumpangan sampai pagi. Akhirnya, seorang anggota TC menawarkan kami untuk menumpang di TC. Tasha Centre ini memang merupakan tempat pelatihan, penyuluhan, yang memiliki kamar-kamar untuk disewakan. Beberapa waktu lalu kami sempat beraudiensi dengan Daeng Tashan, begitu panggilannya, dan memang beliau sangat terbuka dengan orang yang baru dikenalnya. Apalagi mengusung nama Indonesia Mengajar dengan misi-misi sosial di dalamnya, kami diizinkan untuk memanfaatkan Tasha Centre. Belum ada satupun dari kami yang belum pernah memanfaatkannya (baca: numpang tidur). Sambil menanti mata yang semakin meredup ini, saya menulis di atas kasur di kamar 14 Tasha Centre dengan TV menyala dan AC yang nyaman, di sebelah 2 teman yang mulai segar karena melihat siaran pernikahan kerajaan Inggris, Pangeran William dan Kate. Akhirnya, terima kasih Tasha Centre dan terima kasih Daeng Tashan atas tempat beristirahat dari kepenatan yang lebih dari sekedar layak. Semoga ini bukan membuat kami terlena, tetapi justru menyegarkan kami untuk berjuang lagi mencerdaskan Majene. P.S : pagi-paginya kami sempat ngobrol dengan Daeng Tashan sambil disuguhkan nasi kuning dan hotspot untuk internet. senangnya! eniwei, Beliau minta supaya security code tidak disebarluaskan supaya usaha warnet di sekitar TC tidak jadi bangkrut..

Cerita Lainnya

Lihat Semua