Pahlawanku minggu lalu

Adeline Susanto 18 Juli 2011
Pundau, 18 Juli 2011

Minggu lalu, tepatnya hari Selasa, sekitar jam 3.30 pagi, ada 2 orang datang bertamu ke rumahku. Sebenarnya, saya sudah memprediksi kedatangan mereka, namun ternyata kedatangan mereka telah menyentuh saya jauh lebih dalam dari yang saya bayangkan.

Nama panggilan mereka adalah Mas Budi dan Mas Imang. Keduanya datang dengan maksud yang berbeda walaupun sama-sama bertolak dari Galuh 2. Mas Budi datang untuk memasang V-sat yang disumbangkan oleh Infracom ( terima kasih sangat!), sedangkan Mas Imang (awalnya saya pikir) datang untuk foto-foto.

Buat saya, bayangan atas kehadiran dua orang ini berhasil memicu rasa bimbang dan rendah diri. Pertama tentang V-Sat. Rumah saya tidak terlalu terpencil, dan menurut teman-teman Majene sebaiknya PM berikutnya tidak usah ditempatkan di lokasi saya. Apabila V-Sat sudah terpasang, kuatirnya PM jadi terjebak harus tetap di desa saya. Namun di mana lagi tempat yang mudah dijangkau, nyaman, dan memiliki PLN sampai 900 watt? Kenapa juga harus di tempat yang yang tidak memiliki latar pendidikan komputer dan dapat dikatakan gagap teknologi alias gaptek?

Kedua tentang fotografi. Ingin sekali saya mengatakan ke mas Imang, kalau ingin mendapatkan foto PM yang bagus dan inspiratif, sebaiknya ke tempat-tempat yang lain. Kalau di tempat saya, memotret kegiatan saya sepertinya kurang menarik.

Namun kedua pergumulan di atas saya simpan dalam hati. Entah kenapa saya tidak mengungkapkannya. Mungkin karena memang sekolah saya kekurangan guru walaupun lokasinya tidak terlalu terpencil, sehingga memang masih harus ada PM berikutnya di sini. Mungkin karena saya ingin juga IM pusat mendapatkan visualisasi fotografis bahwa sebagai PM, saya sangat jauh dari gembar-gembor tentang pengajar muda yang katanya tinggal di tempat terpencil tanpa listrik walaupun benar tanpa sinyal HP, dan menjadi pahlawan super di desa. Saya benar-benar orang biasa di desa, setidaknya itu yang saya rasakan.

Sampai mereka datang pagi itu, tidur cukup lama sampai rumah sedikit ramai melihat pekerjaan beberapa orang yang membangun fondasi semen untuk V-Sat. Mas Imang yang berkata ingin ikut saya ke sekolahpun baru datang sekitar pukul 11.50 (Pelajaran berakhir pukul 12.05).

Mas  Budi melakukan pekerjaannya dengan sangat cekatan. Seorang diri memasang V-sat, berjaga sampai jauh malam untuk mengkalibrasi posisi satelit, dan sempat pusing sendiri karena ternyata salah mencolok kabel. Belum ditambah lagi perjuangannya menuju desa Tatibajo dalam jalan sempit di sebelah jurang dan terjebak dalam hujan sehingga tidak bisa keluar. Bukan hanya teknik IT yang dia kuasai, tetapi juga ketahanan mental untuk beradaptasi seperti air yang mengalir, serta kemampuannya melobi Ibu saya untuk tidak terlalu kuatir dengan keberadaan V-Sat ini. Belum lagi cerita-cerita hidupnya yang –sebaiknya tidak diceritakan di sini- membuat mulut terus menganga. Wow! Ada ya orang seperti ini.. lempeng dan nggak ngoyo, tapi menikmati setiap hidangan yang disediakan di depannya sehingga piring di depannya semakin besar. Dalam Bahasa Inggris, inilah yang saya sebut Perseverance. Mudah-mudahan orang sekaliber beliau tidak disia-siakan oleh GIM. Amiiiin!

Nah, makhluk yang satu lagi, Mas Imang, bisa dikatakan lebih eksentrik. Beliau ini datang subuh dan langsung menceritakan pada saya persepsi dan analisisnya mengenai karakter orang-orang di desa. Subuh, dalam waktu beberapa menit, memperhatikan detail yang selama 8 bulan belum aku dapatkan. Sepanjang keberadaannya, dia berbagi banyak hal. Mulai dari betapa tidak efektifnya 8 padai besi mengurusi hanya 1 besi dalam malam menjelang subuh, menyatakan keinginannya untuk memotret ketulusan dalam perjalanan ke Majene ini, menceritakan saya  tentang seberapa besarnya dampak yang sudah terjadi karena keberadaan GIM, berbagi teknik fotografi (bagian ini super mantab), lalu berbagi ide tentang pengembangan sekolah, memotret keadaan desa saya yang apa adanya, dan sampai akhirnya mengembalikan kepercayaan diri saya kembali pada kursinya.. tidak terlalu tinggi tetapi pas. Pas untuk saya mensyukuri berkat Tuhan dalam invisible handNya.

Menurut Mas Imang, ada alasan lebih dari sekedar logika, kenapa V-Sat di pasang di tempat saya. Bukan sekedar karena keberadaan listrik dan akses yang mudah dijangkau teman-teman, seperti yang saya pikirkan. Keberadaan saya sebagai kaum minoritas, suka atau tidak, menjadi tembok tersendiri bagi masyarakat sekitar. Sebelumnya saya akan menyalahkan diri sebagai orang yang kurang pandai bergaul sampai sedemikian sulitnya diterima oleh orang-orang. Keberadaan orang pemasang V-sat, fotografer, dan kedatangan teman-teman PM, menurut Mas Imang, membuka mata masyarakat bahwa seorang minoritas seperti saya ternyata mempunyai banyak teman. Teman-teman yang sama warna kulitnya dengan mereka, menjalankan ibadah 5 waktu seperti mereka, dan yang paling penting baik kepada mereka. Hal ini akan membuat mereka lebih terbuka dan menerima saya. Apalagi, ketika keberadaan V-Sat ini sudah benar-benar bisa dimanfaatkan untuk pendidikan dan masyarakat.

Saya senang.. Walaupun dibangunkan subuh dengan suara papan jatuh ketika kalian datang Saya senang.. Walaupun saya harus kesana kemari mengikuti sutradara sang fotografer Saya senang.. Walaupun harus bergumul dengan kekuatiran Ibu akan V-sat yang diganggu anak-anak Saya senang.. Karena diingatkan lagi rasanya bermain dengan anak tanpa memikirkan silabus pembelajaran Saya senang.. Karena mengetahui betapa saya diindahkan anak-anak, Ibu, dan orang-orang Saya senang.. Karena bisa belajar langsung dari pemilik kesabaran, kepekaan, totalitas, dan kehangatan Saya senang.. Karena sepertinya saya benar-benar melakukan sesuatu yang dianggap bermanfaat Walaupun tentunya saya juga senang Karena traktiran makan, bensin, dan foto-foto keren.. Therefore, from deepest part of my heart, I would like to thanks GIM for sending me those people to raise me up and refreshing my weeks.. and personally untuk Mas Budi dan Mas Imang, saya bersyukur berada di tempat pemasangan V-Sat sehingga bisa berinteraksi dengan Oom lebih banyak! SEMANGAT dengan kotak-kotak mimpi kita! P.S: Mas Imang, ada janji sama Tika loh..

Cerita Lainnya

Lihat Semua