info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Grass Root Understanding

Adeline Susanto 30 April 2011
Frase di atas merupakan frase yang familiar di telinga saya ketika pelatihan Indonesia Mengajar di mulai. Pemahaman dari akar rumput. Kenapa rumput yang dijadikan kata penyusunnya? Kenapa bukan akar pohon beringin yang megah? Atau akar dari pohon kelapa yang saking banyak fungsinya sampai dijadikan lambang organisasi pramuka sedunia. Kata “rumput” membuat saya bernostalgia pada pendidikan yang saya kenyam di SMA. Di dalam SMA semi militer ini, terdapat banyak organisasi untuk menerapkan karakter-karakter kepemimpinan. Para siswa harus melalui serangkaian proses dan seleksi untuk memegang peranan dalam salah satu organisasi yang ada. Nah, istilah ‘rumput’ dikenakan kepada orang-orang yang tidak memperoleh jabatan bergengsi di sekolah. Sebut saja saya, salah satu contoh rumput itu. Dalam perjalanan hidup saya, saya belajar bahwa sekalipun nampak kecil dan seringkali diinjak-ijak orang, rumput mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang kehidupan suatu ekosistem. Rumput-rumput kecil membuat pori-pori dengan akar kecilnya sehingga tanah akan dapat menyerap air dengan baik, sehingga memberi lingkungan yang sesuai untuk hidup hewan-hewan tanah yang saling berkolaborasi. Lebih jauh lagi, keberadaan rumput-rumput yang mati pun memberikan nutrisi untuk tanah sehingga tanah cukup subur untuk menumbuhkan biji pohon-pohon besar. Sekalipun rumput tidak bisa memberikan oksigen dan tidak bisa menyerap karbondioksida sebanyak pohon besar, namun keberadaannya memiliki arti yang tidak dapat diabaikan. Grass root understanding Pemahaman akar rumput. Pemahaman dari lingkup yang terkecil dan yang seringkali diabaikan. Ketika frase ini dikaitkan dengan suatu bangsa besar dengan pluralismenya yang disebut Indonesia, maka mungkin rumput ini menggambarkan dkaum minor, wong cilik, atau orang-orang kecil. Grass root understanding Menghendaki kita untuk memahami manusia-manusia nusantara yang masih belum terpenuhi haknya sebagai warga negara, sebut saja hak untuk mendapat pendidikan, hak untuk berpendapat, maupun hak untuk hidup layak. Menghadapkan kita pada wajah-wajah cerminan Indonesia tanpa taburan bedak dan polesannya. Semoga juga, mengajarkan kita untuk memahami Indonesia dengan lebih baik. Grass root understanding Bukanlah sekedar tertarik dengan headline berita nasional di TV ataupun surat kabar tentang wong cilik. Bukan pula berkomentar atas isi dari berita atau artikel tersebut. Bukan hanya dengan mengadakan pembagian sembako gratis atau bakti sosial.  Bahkan bukan juga dengan merantau ke pedalaman dan memberikan berbagai ilmu,  atau hal dan kepentingan lainnya. Grass root understanding adalah ketika kita mengikuti jarak tempuh anak kelas 1 SD sejauh 6 km yang berliku dan menyebrangi 2 sungai besar untuk menuju sekolahnya. Memahami ketiadaan gedung sekolah yang lebih dekat karena tempat tinggal mereka yang masih terisolasi. Memahami bahwa sekalipun anak-anak kecil tersebut melalui perjuangan keras menuju sekolah, mereka sering diperhadapkan dengan ketiadaan pelajaran karena tidak ada satupun guru yang datang. Memahami bahwa sekalipun guru sedang datang, apabila mendung terasa, mereka harus segera pulang sebelum turun hujan dan meluapkan sungai dalam arus deras. Adalah ketika kita bersabar mengajari anak-anak di sekolah yang sulit sekali memahami pelajaran. Memahami bahwa banyak proses belajar yang terhilang karena ketiadaan guru sekolah, berbagai hukuman yang menyebabkan trauma, dan ketidakmampuan orangtua mendukung pendidikan anaknya. Adalah ketika kita menahan diri untuk memaksa bapak ibu yang sakit untuk tidak berobat ke dukun. Memahami bahwa mereka tidak nyaman dengan rumah sakit yang terkesan kaku dengan penjagaannya yang ketat dan birokrasinya yang memusingkan. Tidak nyaman dengan bahasa-bahasa kesehatan yang asing didengar dan banyaknya obat yang harus diminum, serta tusukan-tusukan jarum yang menyeramkan karena sering salah dilakukan para mahasiswa keperawatan yang sedang praktek. Memahami bahwa dukun berbicara dengan bahasa yang sama, pakaian yang serupa, dan pijitan-pijitan yang merilekskan sekalipun umumnya yang dijual adalah sugesti dan mistis. Adalah ketika kita menahan emosi untuk tidak marah pada supir-supir angkot yang terkesan membohongi dan memberi harga sesukanya. Memahami bahwa angkot mungkin adalah satu-satunya tempat dimana dia bisa berkuasa dan satu-satunya sarana potensial untuknya menghidupi anak dan istri. Memahami bahwa mungkin ia belum cukup berpendidikan untuk mengetahui apa yang benar, salah, jujur maupun curang. Grass root understanding Pada akhirnya, adalah ketika kita belajar menempatkan diri sebagai sang objek. Merasakan panasnya terik siang dan dinginnya angin malam kehidupan mereka. Mengurangi seminim mungkin ke-Aku-an untuk bisa bersikap dengan bijak dalam memperhatikan kebutuhan orang-orang lain.

Cerita Lainnya

Lihat Semua