Home Sick

Adeline Susanto 30 April 2011
February 7th 2011 Hari ini aku tidak masuk mengajar di sekolah. Masuk angin sepertinya setelah beradu dengan angin terus menerus beberapa hari sebelumnya. Belum dengan ditambah banyak aktivitas mengajar, agak kurang tidur memikirkan satu dan lain hal, serta dinginnya udara pagi. Perutku sakit sekali rasanya. Kupikir ini hanya sekedar panggilan alam (baca: kontraksi BAB), namun, waktu kucoba memenuhi panggilannya, hanya sedikit yang bisa kuberikan, itupun cairan. Aku meminta tolong Bapak untuk memberikan tugas pada murid-muridku. Matematika dan Bahasa Indonesia. Aku bermimpi tadi pagi, ketika aku tidur meringkuk karena sakit perut. Di mimpi itu, papa dan mama di rumah datang berkunjung, memberikan kejutan yang tidak dapat kusambut baik karena kesakitan. Dalam kaget aku terbangun dan melihat kamar kosong. Oh, mimpi yang terasa sangat nyata. Aku bangun dan meminjam selimut pada Bapak. Selama ini aku memang tidur hanya berlapiskan selembar sarung. Akupun tidur lagi. Terjaga pukul 9. Pelajaran setelah Mat dan Bahasa adalah Bahasa Inggris dan Agama. Guru agama sering tidak datang sehingga biasanya kuisi dengan pelajaran IPS. Akupun hendak bangun dan bersiap-siap. Terharunya aku waktu anak-anakku datang untuk menjenguk, beberapa kelas 2, beberapa kelas 6 dan sebagian besar kelas 5. Mereka memintaku tidak usah masuk ke sekolah dulu supaya bisa beristirahat. Setelah mengkonfirmasi bahwa sang guru agama hadir, akupun mengiyakan. Aku mengatakan pada kelas 6 bahwa les IPA nanti siang tetap berlangsung, pukul 14.00. Aku diamanahkan oleh wali kelas 6 untuk memberikan les IPA sebagai persiapan menuju ujian nasional. Sewaktu jam pulang sekolah, Bu Anti datang mengunjungiku. Dia menawarkan untuk mengerok punggungku dan langsung kuterima dengan senang. Aku tidak menyangka bahwa kerokan juga dipakai di Sulawesi, walaupun memang tidak lazim. Bu Anti belajar dari bidan yang pernah tinggal di rumahnya. Nyaman sekali rasanya mendapat kerokan. Mungkin karena dulu mama biasa mengerokku waktu aku yang masih kecil masuk angin. Padahal, kalau diingat-ingat, dulu saya selalu menangis sampai teriak kalau dikerok karena sakit. Ibu membuatkan aku bubur. Peca-peca bahasa Mandarnya. Terbuat dari nasi, air, santan, dan sedikit garam. Enak sekali rasanya. Dipadukan dengan ikan-ikan dan sayur campur. Sayur campur yang benar-benar campuran sayur hijau seperti buncis, kankung, dan daun-daun lainnya. Sepertinya aku makan banyak sekali. Setelah makan, aku mempersiapkan diri untuk berangkat mengajar les di kelas 6. Les berlangsung dengan agak lancar. Sedikit tidak lancar ketika seorang anak laki-laki mengibaskan rok seorang anak perempuan dan langsung meninggalkan kelas ketika kutegur. Les ini kubuat sebagai ajang untuk belajar bersama, bukan mewajibkan atau menakut-nakuti mereka dengan aturan. Sepertinya mereka sudah terlalu banyak aturan dan paksaan. Aku menginginkan hak belajar dari anak yang memang ingin belajar, bukan sekedar diharuskan belajar. Malam harinya anak-anak tetap datang ke rumah, seperti biasa. Namun, mereka agak menahan diri ketika mengingat bahwa siang sebelumnya aku sakit. Walaupun demikian, mereka tetap saja bermain, dengan laptopku, sampai malam. Beberapa waktu yang lalu aku menunjukkan pada mereka permainan “plant vs zombies”. Memang permainan merupakan bentuk pengasahan otak. Mereka belajar dan dengan cepat menguasai permainan. Luar biasa!

Cerita Lainnya

Lihat Semua