Hari Guru, Pertemuan Limboro, Mengajar
Adeline Susanto 4 Desember 2010
29 November 2010
Wah.. banyak sudah terjadi.
25-11-10
Teacher’s day! Hari ini sekolah dipenuhi 8 guru PNS dan 4 Honorer. Luar biasa. Jadi terharu. Walaupun sebagian mereka memang telat, tapi setidaknya sebelum istirahat pertama mereka semua sudah datang. Aku membagikan chocolatos bersurat dengan corat-coret kearifan lokal dalam bahasa mandar. salah satu di antaranya :
To manarang rappangi pallang sulo di tau laeng – orang pintar bagaikan pelita bagi orang lain.
Jelas guru2 itu bingung. Sebelum membaca tulisan macam tulisan di atas, mereka pikir kertas itu berisi teguran supaya datang tepat waktu.
Anak2ku kelas 5 dan 6, terutama perempuannya (Rosma, Ramlah, Riska, Sappe, Wati) berkumpul di depan ruang guru dan menyanyikan lagu “Terima Kasih Guruku” lalu memberikan pada para guru hadiah berupa prakarya dari origami. Guru-guru tampak kaku. Atau aku yang tegang karena berusaha menyenangkan kedua pihak. Yah, minimal, aku berusaha menyampaikan sebisaku bahwa menjadi guru adalah sesuatu yang harus mereka banggakan mengingat dampak yang mungkin dihasilkan untuk masyarakat.
Oh ya, momen kumpul ini sekalian dipakai untuk rapat penentuan posisi saya. Setelah terombang-ambing, akhirnya saya diputuskan untuk memegang kelas II sampai akhir semester 1. Semester berikutnya, saya akan ditempatkan di kelas V. Jadilah saya meminta izin untuk mempersiapkan diri hari Jumat.
26-11-10
Pagi ini hujan deras. Isu tsunami yang beredar sukses membuat banyak anak dan guru tidak mau masuk sekolah. Jadilah kelas 2 itu sangat ribut. Kelas 2 ini memang paling banyak dan dikatakan guru-guru paling nakal.
Saya bersikeras tidak mengajar hari ini, sesuai izin saya kemarin. Menghabiskan waktu di ruang guru, saya membuat persiapan-persiapan untuk mengajar selama satu bulan menjelang akhir semester. Jadilah bapak kepala sekolah yang menggantikan saya.
Hari ini pak Abdul Rahman, guru honorer lainnya datang. Baru sekali ini saya lihat orangnya.
27-11-10
Nano-nano, ramai rasanya. Pagi senang bertemu teman-teman dalam jemputan mobil carteran, lalu ke RSU Majene untuk cek darah Hbsag dan berhubung hasilnya negatif, kami semua harus menerima tusukan jarum suntik kedua berupa vaksin hepatitis B. Kalau cek darah cukup dilakukan dibalik sikut, pemberian vaksin dilakukan di pantat.. shiiit...
Motto yang tertulis di dinding RS tersebut adalah “anda puas kami senang”.
Sepertinya Nisa dan Arrum tidak puas hanya 1 kali ditusuk walaupun mukanya meringis. Kata Dokter yang bertugas, kualitas kemasan vaksinnya berbeda2, ada yang mudah dikeluarkan dan ada beberapa yang memang suka macet.
Makan di Sop Saudara. Sop konro, ayam goreng, dan ayam bakar.. Makappa niande! *enak dimakan* Lalu lanjut berbelanja di pasar swalayan yang ternyata hanya berbeda 2 rumah dengan gerejaku (dan baru tau donk saya!). Dari sana, berangkat menunju Limboro sambil mampir ke warnet (hanya kebagian 17 menit, hiks..) dan rumah Ari temannya BK yang punya villa di Pamboang. Villa kayu keren berbalkon langsung menghadap laut dengan perahu sandec. Tempat wajib untuk nongkrong!
Dari Jalan Poros menuju ke Desa Limboro, kami harus melewati jalan terjal dengan kondisi aspal agak lumayan berantakan dengan Hardtop. Badan sedikit jadi lebam2 waktu hardtop yang tengah melaju ini mengerem mendadak saat ada mobil dari arah berlawanan. Ketangkasan juga diuji untuk menghindari ranting-ranting di kiri-kanan jalan, serta kabel listrik yang melintas. Pemandangan? Super awesome pastinya. Kalau kata buku Bahasa Indonesia SD, “Amboi, indah sekali!
Sampai Limboro disambut dengan makanan-makanan. Malamnya ada persembahan dari orang2 Desa. Mulai dari qasidahan, pencak silat, tarian anak, gendang, kekke, dan passayang-sayang. Keren sekali. Sampai tengah malam. Balasn kami hanyalah lagu “lihat senyum mereka” yang dinyanyikan dengan suara aneh dan gitar fals. Hahahah malu.
28-11-10
Pagi2 menuju air panas privat di Limboro. Sakti dengan inisiatifnya meminjamkan tempat tersebut untuk kami. Menyenangkan sekali memiliki forum untuk berbincang2 dengan bebas tanpa ada orang lain yang mendengar atau menunggui. Well kalau yang kedua ini sepertinya salah. Ternyata kami ditunggui dari jauh oleh Bu Dahlia, yang memegang kunci tempat tersebut. Sepertinya memang kami selalu merepotkan.
Setelah mengisi 7 poin tentang lokasi penempatan untuk dikirim ke Bu Nia dan bertukar-tukar informasi serta bahan ajar, kami pulang dengan dibekali bambu berisikan beras ketan yang telah dibakar. Lammang namanya. Enak rasanya.
Baru sampai rumah, langsung diajak ke kawinan tetangga. Kawinan tersederhana yang pernah ku lihat. Di dalam rumah panggung, dengan ruang 3x3 yang dihias dengan kain warna-warni dan makanan di piring-piring bertudung saji. Rendang kambing, teri, ayam bumbu, kari, telur, dan gado-gado. Enak sekali.
Malam ini aku demam lagi.. setelah 2 malam sebelumnya demam. Lelah menumpuk mungkin, masuk angin juga karena badan sempat lama basah oleh baju setelah berendam air panas. Atau bisa juga karena efek vaksin? Bisa jadi juga. Yang pasti, sakit setelah berpisah dengan teman2 benar2 memperparah keadaan. Kesepian.
Tiba2.. ada orang datang ke rumah, jam 8 malam. Menyampaikan surat. Namanya Pak Dedi. Suratnya dari kepala desa sendana. Minta saya datang ke rumahnya. Kaget. Takut juga. Ketakutan ini terbaca oleh ibu. Ibu meminta Bapak ikut mengantar. Saya jadi lebih tenang.
Rumah kepala desa ada di depan SD 8 Banua. Mungkin sekitar 3 km dari rumah. Jalan tidak memiliki lampu penerang dan banyak lika-likunya. Seram sekali kalau harus berdua bersama orang asing. Semakin tenang karena ada Bapak.
Sampai di rumah Kepala Desa Sendana. Wah ada lapangan badminton di sebelahnya. Tidak lama setelah duduk, mati lampu. Deg., Semakin bersyukur karena ada Bapak. Perempuan muda, di tempat orang asing, mati lampu. Yah, anggaplah aku waspada.
Ternyata pak Abdul Kadir ini hanya ingin berkenalan. Beliau baru tahu tentang saya dari Rizaldhy, wartawan Koran Sindo. Wartawan tersebut mengkonfirmasi keberadaan saya di sini. Kenapa bukan saya yang lapor duluan?
Begini, rumah saya hanya berjarak sekitar 60 meter dari sekolah. Namun, rumah masuk ke Desa Sendana, sedangkan sekolah masuk ke Desa Pundau. Yang dulu menjemput ke Majene adalah Pak Masnawi Mangkualam yang merupakan Kades Pundau.
Panggilan malam yang aneh ini membuat demamnya menurun walau masih menyisakan sedikit pusing. Tentunya efek kesepian yang dialami juga berkurang. Saya semangat lagi untuk mengembangkan masyarakat desa. Thanks God for this strange meeting.
29 -11-10
Upacara. Stelah 2 minggu kemarin hanya ada Kasek, bu Titi (kelas 1), dan saya, akhirnya hari ini lengkap guru kelas untuk kelas 1-6. Luar biasa. Semoga bertahan terus.
Mulai mengajar kelas 2. Hari ini saya berhasil membuatnya efektif. Saya menggantikan jam olah raga yang belum dimulai karena Guru Penjas Ka Uni belum datang. Belajar baca tulis sangatlah dasar dan itu belum dikuasai oleh anak2 ini, kecuali beberapa orang. Saat olahraga pun, banyak ternyata yang tidak punya baju olahraga sehingga anak2 tidak diizinkan berolahraga sehingga saya gantikan latihan baca. Istirahat yang biasanya 1 jam, berhasil saya kurangi jadi 40 menit dengan penambahan waktu belajar 35 menit. Jadi bisa dibilang, agak sesuai jadwal lah. Pelajaran Agama saya tarik Bu Anti, guru honorer yang memegang administrasi kelas 2 untuk mengajarkan lagu rukun Islam. Dalam lagu ini, mereka juga belajar menulis lirik lagunya.
Sore, pergi dengan Bu Anti ke rumah Hartina, anak kelas 2 yang sudah 4 hari tidak masuk sekolah. Demam rupanya. Tadi sudah sembuh, tinggal tersisa batuk. Semoga lekas sembuh sehingga bisa masuk sekolah lagi..
Perjalanan dilanjut ke Somba untuk menemani Bu Anti membeli barang jualan. Sambil menunggu barang, saya diajak makan ke Labuan untuk makan ikan tuing2 dan gogos serta cumi. Enak. 2 aqua, 3 gogos, 2 cumi, dan 3 ikan tuing2 seharga 19 ribu. Enak.
Pulang saat matahari mau terbenam sangatlah cantik. Kami berhenti sebentar di warung Ibu Muli (guru kelas 6) tapi hanya duduk di sebelahnya sambil memandangi sisa-sisa matahari.
Hari yang menyenangkan.
Kalau saja ada USB connection antara memori di kepalaku dengan laptopku tersayang.. mungkin hanya sedikit yang kulupakan.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda