Bagi rapor, English Camp, rapat UPTD Sendana
Adeline Susanto 23 Januari 2011
8 Januari 2011
Hari pembagian rapor tiba. Guru-guru di sekolahku berencana mengajak anak-anak berekreasi ke Pelabuhan Palipi. Mungkin juga sudah menjadi tradisi bahwa setiap hari pembagian rapor, anak-anak membawa bekal makanan. Umumnya bekal lebih untuk dibagi kepada guru-guru. Anak-anak kelas 1 sampai 6pun berbaris menuju pelabuhan. Sampai di sana, kami berenang dan berfoto-foto ria lalu makan. Dingin dirasa setelah naik ke pantai. Sekembalinya ke sekolah, aku membagikan rapor ke anak-anak kelas 2. Setiap anak kuberikan hadiah. Sebenarnya memang setiap anak mendapatkan penghapus dengan alokasi dana BOS, namun penghapus ini kujadikan seolah-olah penghargaan karena sudah belajar. Khusus untuk peringkat 1,2, dan 3 kuberikan hadiah berupa bingkisan yang kubeli dari sisa dana untuk perbanyakan soal ujian semester, Rp 100.000 per kelas. Anak-anakpun pulang dengan semangat. Dengan janji untuk belajar lebih baik lagi.
9 Januari 2011
ETC mengadakan English Camp untuk SD, SMP, dan SMA pada tanggal 8-10 Januari 2011. Indonesia Mengajar diminta untuk mengisi sesi pada hari Minggu 9 Januari 2011 jam 09.00-12.00. Sesi ini lebih berfokus untuk memotivasi peserta untuk mau mempelajari Bahasa Inggris.
Setelah semalaman mencari ide dan mempersiapkan bahan-bahan, Arrum, Saya, Wiwin, dan Sakti menuju lokasi perkemahan di Baruga. Hanya berempat, sedihnya. Untuk Agung lekas datang ke lokasi, dan 3 orang lainnya menyusul walaupun terlambat. Sesi ini kami isi dengan perkenalan, alasan kenapa kami belajar bahasa Inggris, lalu peserta dibagi menjadi beberapa 3 kelompok. Subsesi pertama berbicara tentang pengenalan diri. Setiap orang menggambarkan satu benda yang merepresentasikan dirinya. Lalu fasilitator berusaha membuat mereka menggali sisi positif dari benda tersebut. Subsesi kedua lebih berbicara tentang bersahabat dengan masa lalu. Mengingat hal-hal buruk yang dilakukan di masa lalu, membuangnya, lalu berusaha tidak melakukannya lagi. Selanjutnya Subsesi ketiga berbicara tentang mimpi. Setiap peserta membuat pohon mimpi sebagai pembatas buku. Setiap orang bebas bermimpi, dan mungkin itulah hal yang paling bebas yang bisa dilakukan manusia. Subsesi terakhir mengajak peserta untuk menulis surat untuk dirinya 5 tahun mendatang. Apa yang sudah dicapai dan apa yang harus diteruskan.
Sepertinya sesi ini cukup berhasil, ada beberapa orang yang benar-benar bersemangat. Yang pasti hampir semuanya terlihat senang. Kami pun senang bisa membalas kebaikan ETC walaupun sedikit berpartisipasi. Untuk saya sendiri, memotivasi orang lebih berarti ke memotivasi diri. Mengingatkan diri bahwa tidak ada satupun yang dapat menghalangi kita bermimpi. Dan kitapun bebas menentukan bagaimana memperjuangkannya.
10 Januari 2011
09.30 ada undangan dari UPTD Sendana untuk Pengajar Muda dan para kepala sekolah untuk membicarakan Olimpiade Sains Kuark (OSK). 3 orang PM di Kecamatan Sendana, yakni saya, Sakti, dan Wiwin berkumpul di Kantor UPTD Sendana di Somba. OSK merupakan olimpiade sains tingkat nasional yang bertaraf internasional. Diselenggarakan oleh PT. Kuark Internasional, OSK terdiri dari 3 babak utama. Babak penyisihan dan semi final dilakukan di daerah-daerah sedangkan babak final dilakukan terpusat di Jakarta. OSK ini menarik karena kompetisi yang terjadi bukanlah antar peserta seperti halnya perlombaan. Kompetisi terjadi antara peserta dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Peserta harus melewati nilai tertentu untuk dapat lolos ke babak berikutnya. Hal ini memungkinkan adanya ratusan peserta dari kabupaten tertentu yang lolos ke final, dan menjadi juara. Sebaliknya, bisa jadi tidak satupun peserta dari suatu provinsi yang tidak lolos babak penyisihan kalau memang tidak memenuhi standar.
Berdasarkan rapat pembentukan panitia dan tetek bengeknya, kami diharapkan berperan dalam memberikan pelatihan bagi calon-calon peserta se-Kecamatan Sendana. Ya, mulai tanggal 21 januari, kami akan memberikan pelatihan selama 4 minggu setiapĀ hari Jumat dan Sabtu. Saya akan memegang level 1, sakti level 2, dan Wiwin level 3. Semoga kami bisa membuat sains terlihat lebih menarik dan menemukan bibit-bibit unggul untuk diasah.
Dari kantor UPTD, kami bermain ke Kantor Camat yang berlokasi sejauh 2 rumah di samping kiri. Setelah bersilaturahmi, bertutur tentang pengalaman ditempat masing-masing, Saya dan Sakti berangkat menuju Limboro untuk menuju ke Desa Paminggalang keesokan harinya. Wiwin dan Tika menyusul kemudian. Mata saya tertuju pada gulungan kawat nyamuk yang dibawa oleh teman Sakti. Saya bertanya untuk apa gulungan tersebut, lalu Sakti menjawab gulungan itu akan dipakai untuk membuat kandang. Rupanya Sakti diberikan oleh tetangganya seekor bayi kus-kus. Bayi ini terbawa di pohon yang ditebang oleh penduduk. Masih kecil sekali dan sangat lucu. Lapessi sebutannya dalam Bahasa Mandar.
Kus-kus ini kecil sekali, memeluk jariku dan muat kugenggam dalam sebelah telapak tangan. Jenis ini disebut kus-kus beruang dan jika besar dapat mencapai ukuran kucing. Kelihatannya dia agak takut, apabila jauh dari tangan, badannya mendingin. Seumurnya seharusnya dia masih menyusui dan berada di kantong induknya. Ia tidak mau makan pisang tapi makan lahap saat diberikan roti. Sebenarnya saya bukan pendukung pemeliharaan hewan. Apalagi kalau hewan itu termasuk hewan dilindungi. Namun memperhitungkan kecilnya bayi ini selamat tanpa induk di hutan, sepertinya memang lebih aman dipelihara oleh Sakti. Apalagi Sakti benar-benar menganggapnya seperti bayinya sendiri. Malam itu, aku tidur bersama kus-kus kecil. Agak kuatir kalau dia tergencet memang, tapi aku tidak tega melihat dia seolah menangis karena kedinginan.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda